Masalah berlalu seperti itu.
...
Kepala Febi terasa sangat sakit dan sekujur tubuhnya juga sangat pegal.
Terdengar suara gemericik air di telinga Febi.
Febi membuka matanya dengan perlahan, lalu melihat lampu kristal yang mewah.
Dia terlihat kebingungan ....
Kemudian, dia menutup kembali matanya dengan lelah.
Gambar-gambar berantakan seperti film-film yang terputus mulai terbayang di benaknya.
Tiba-tiba Febi teringat sesuatu, wajahnya langsung menjadi pucat, lalu dia duduk dengan ekspresi kaget.
Selimut sutra terjatuh dan memperlihatkan piyama yang berantakan, hingga membuatnya terkejut dan bingung.
'Kenapa aku bisa datang ke sini? Ke ... kenapa aku bisa menggunakan piyama? Selain itu, masih sangat berantakan ... seperti telah melakukan hubungan intim,' batin Febi.
Tidak! Tidak! Sekarang bukan ini yang terpenting! Hal yang terpenting adalah ... apakah lelaki di kamar mandi adalah Nando Dinata?
Pikiran Febi sangat kacau, dia tidak berani memikirkan apa yang terjadi tadi malam. Saat ini, pintu kamar mandi ditarik dari dalam.
"Sudah bangun?" Seperti sapaan biasa, lelaki itu berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membalut tubuh bagian bawahnya.
Dibandingkan dengan ekspresi ketakutan Febi setelah melihat wajah tampan itu. Lelaki itu malah terlihat tenang. Dia memakai arloji dengan santai sambil memandang pemandangan di jendela. Tatapan matanya terlihat dingin, tapi emosi dari sorot matanya itu seperti lapisan asap tipis yang membuatnya terlihat sangat misterius.
"Siapa ... siapa kamu?" tanya Febi tergagap-gagap, dia merasa putus asa seakan telah terperangkap di dalam gudang es.
Lelaki itu bukan Nando ... bukan suaminya! Jadi, tadi malam ... dia berselingkuh? Dua tahun dia menjadi Nyonya Dinata yang baik, setelah minum ternyata dia melakukan kesalahan ....
Lelaki itu berbalik dengan perlahan, matanya yang gelap itu memperhatikan Febi sehingga dia bisa melihat dengan jelas rasa sakit, bersalah dan kegelisahan di mata Febi.