Febi tidak memiliki waktu untuk memikirkannya, dia segera mengikuti mereka.
Semua orang berhenti di depan kamar 2401, Febi juga merasa curiga. Sebelum dia bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi, dia mendengar seseorang mengeluh.
"Nona Usha, apa kamu tidak salah? Pagi-pagi buta kamu berbohong kepada kami. Kamu kira kami tidak punya kerjaan?" teriak seorang reporter dengan keras.
"Tidak, aku benar-benar tidak bermaksud membohongi kalian. Apa yang terjadi hari ini adalah salah paham!"
Bukankah itu adalah suara ... adik iparnya, Usha?
Febi berjinjit dan melihat ke seberang kerumunan. Benar saja, dia melihat Usha dikelilingi oleh sekelompok wartawan, dia berdiri di dalam kerumunan dengan tubuh kurus yang terlihat sangat menyedihkan.
Begitu banyak wartawan yang menindas dia! Sungguh menyedihkan!
Saat Febi hendak berbicara, dia mendengar Usha menjelaskan dengan tergesa-gesa, "Apa yang aku katakan itu benar, awalnya kakak iparku datang ke hotel ini dengan lelaki lain, ini adalah kamarnya."
Wajah Febi menjadi pucat.
Kata-kata Usha seketika membuatnya mengingat kembali ingatan tadi malam yang telah memudar karena mabuk.
Febi ingat mereka membawanya ke kamar ini .... Kemudian, mereka mengganti piyamanya ... lalu ....
Dia baru mengingat pelayan berkata bahwa kamarnya telah ditingkatkan ke kamar suite pemandangan laut!
Jadi ....
Dari awal selain lelaki aneh pagi ini, semua ini telah dirancang. Selain itu, ironisnya adalah ... ternyata ibu mertua dan adik iparnya yang merancang perselingkuhannya. Mereka ... bahkan mencari begitu banyak reporter. Konyol sekali!
Sekujur tubuhnya langsung memancarkan aura dingin.
Febi mengepal erat tangan kanannya hingga kukunya menusuk ke dalam daging. Dia menepuk fotografer yang menghalangi di depannya, "Permisi."
"Kenapa?" Fotografer itu mengerutkan kening sambil melihat ke belakang. Sekilas, dia langsung menyadari orang itu adalah menantu Keluarga Dinata yang sedang dibicarakan semua orang, "Hei, bukankah ini Febi?"
"Ya, benar dia!" Semua orang mengenalinya.
Sorot kamera langsung berkedip-kedip. Semua orang memberikan jalan pada Febi untuk berjalan ke arah Usha.
Usha menatapnya dengan bingung, dia tidak menyadari aura dingin yang terpancar dari tubuh Febi. Kemudian, dia bertanya dengan arogan, "Febi, kenapa kamu ada di sini?"
"Adik ipar, kalau aku tidak di sini, aku harus berada di mana?" Dia tersenyum dengan acuh tak acuh, "Apa aku harus terjebak dalam perangkapmu dan ibu mertua yang membuatku mabuk dan memberikanku kepada lelaki lain?"
Setelah menyelesaikan kata-katanya, tatapan mata Febi menjadi tajam bagaikan belati tajam yang membuat Usha sedikit terkejut.
Di sekeliling, para reporter berkomentar, lalu mereka semua mengambil pena dan menundukkan kepala untuk menulis di buku catatan. Lihatlah dengan benar! Ternyata ini adalah jebakan dari ibu mertua dan adik ipar menantunya. Bukankah ini adalah skandal keluarga kaya? Benar saja, tidak mudah menjadi menantu keluarga kaya.
Setelah jebakannya dibongkar di tempat, ekspresi Usha terlihat kesal, wajahnya juga memucat, "Febi, jangan bicara omong kosong! Kamu sendiri yang melakukan hal yang tidak pantas, jangan coba-coba menyalahkan aku dan ibuku!"
"Benarkah? Kalau begitu, haruskah kita meminta rekaman CCTV hotel untuk melihatnya? Kalau kalian yang melakukannya, kalian harus segera meminta maaf kepadaku!" gertak Febi sambil meninggikan volume suaranya. Sebenarnya, bagaimana mungkin dia berani meminta rekaman itu? Setelah meminta rekaman itu, maka kejadian tadi malam dia yang salah masuk kamar dan berselingkuh dengan lelaki lain benar-benar akan terungkap.