Dia tampak tidak sabar dengan bel pintu yang terus berdering, dia mengerutkan kening sambil merapikan dasinya, "Masih berdiri di sini?"
Febi memelototinya lalu pergi membuka pintu dengan pasrah sambil memegang selimut.
"Nona, ini adalah barang yang Anda mau." Orang yang berdiri di luar pintu adalah pelayan hotel. Dia menyerahkan tas indah di tangannya dengan hormat sambil melirik Febi, sorot matanya terlihat ambigu.
Melihat tatapan mata pelayan itu, Febi merasa sedikit tidak nyaman, dia berdeham pelan sambil mengambil tas itu dan menutup pintu.
Febi melemparkan tas belanjanya ke sofa dengan kasar, dia berniat melanjutkan topik pembicaraan tadi dengan orang asing di kamar itu, tapi saat ini lelaki itu sudah berpakaian rapi. Febi berbalik dan meliriknya, dagu seksinya menunjuk ke arah tas belanja, "Kenakan pakaianmu dan pergi dari sini! Aku tidak punya waktu bertele-tele denganmu lagi."
Eh ....
Febi tertegun sejenak, lalu mengambil tas belanja itu dengan curiga dan membukanya, ternyata itu adalah sebuah gaun gaya terbaru chanel di musim panas ini.
Gaun dengan warna hijau muda yang terlihat elegan dan cerah.
Febi melirik lelaki itu sekilas, ekspresi wajahnya masih terlihat acuh tak acuh dan sulit didekati. Febi tidak mengatakan sepatah kata pun, dia mengambil pakaiannya, lalu berbalik dan pergi ke kamar mandi. Dia sama sekali tidak ingat bagaimana dirinya bisa sampai di sini. Febi hanya samar-samar mengingat dirinya mabuk dan dibawa pergi oleh ibu mertua dan adik iparnya.
Saat Febi keluar dari kamar mandi, hatinya masih belum tenang. Dia melihat lelaki itu berjalan ke pintu seolah-olah hendak pergi, Febi buru-buru menghentikannya, "Hei! Kamu belum mengatakan yang sebenarnya padaku!"
"Apakah setelah aku sudah memberitahumu sebenarnya kita tidak melakukan apa pun, kamu akan merasa lebih nyaman?" Dia berbalik dengan satu tangan di sakunya dan satu tangannya lagi sedang memegang ganggang pintu.
"Tentu saja!" Dia merasa gugup dan bersemangat, mungkin ... mereka benar-benar tidak melakukan apa pun?
Namun ....
Detik berikutnya, kata-kata lelaki itu membuat wajah Febi kembali pucat.
"Pikirkan dengan baik, mungkinkah seorang pria dan seorang wanita tidur di ranjang yang sama tidak melakukan apa pun?" Tatapan mata pria itu terlihat mengejek, "Sayangnya, aku adalah lelaki normal!"
Dia menutup pintu, lalu berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang.
Febi menghentakkan kakinya dengan marah, wajahnya menjadi pucat pasi. Bagaimana bisa ada orang seperti itu? Jelas-jelas tadi malam dia mabuk dan dia masih ... merayunya? Ini pasti karena dia telah merayunya.
...
Saat berjalan keluar dari ruangan itu, mata Febi terlihat memerah. Sampai saat ini, dia tidak percaya bahwa dia telah berselingkuh! Dia telah mengkhianati suaminya. Hal ini adalah sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan dalam 24 tahun hidupnya, meski dia tidak pernah merasa bahagia di Keluarga Dinata.
Namun, apa yang terjadi sekarang membuatnya merasa malu. Dia benar-benar merasa malu.
Sekarang, dalam situasi seperti ini, dia benar-benar tidak tahu bagaimana harus bertemu dengan keluarga dan suaminya, Nando.
...
"Cepat, waktu sudah hampir tiba."
"Yah, kita harus mendapatkan berita terhangat."
"Kita tidak boleh melewatkan skandal Grup Keluarga Dinata."
Saat Febi sedang merasa kesal, tiba-tiba ada keributan di belakangnya disertai suara langkah kaki yang sangat berisik. Tanpa sadar Febi menoleh ke belakang, dia melihat reporter dan fotografer keluar dari lift sambil membawa kamera. Dia tercengang, kalau dia tidak salah mendengar, mereka sepertinya membicarakan ... skandal Grup Keluarga Dinata?