*
*
Abaddon memeluk Hotaru.
Dingin. Abaddon merasakan seluruh tubuh Hotaru dingin. Dia merasakan suhu tubuh Hotaru sama dengannya.
Bau darah masuk ke dalam penciuman Abaddon lebih lekat. Dia menatap tangannya yang telah menyentuh tubuh Hotaru, dan telah menjadi merah pekat juga.
"Your Majesty." Syeol membuka suara setelah membiarkan Abaddon. "Your Majesty semakin lemah saat bersama dengan manusia ini." Syeol menatap Abaddon khawatir. Tangannya masih memegang pedang miliknya. Dan Abaddon menatap pedang itu, dia dapat mencium darah manusia dari pedang itu.
"…Aku mempercayaimu, Syeol." Suara Abaddon terdengar serak.
Wajah Syeol terlihat ingin membantah. "Your Majesty, aku-"
"AKU MEMPERCAYAIMU SYEOL!" teriak Abaddon seakan menahan amarahnya yang mulai muncul.
"…" Syeol hanya menatap Abaddon. Diam. Dia menyarungkan kembali pedangnya.
Abaddon menarik lagi wajah Hotaru. Tidak ada tanda kehidupan lagi di sana. Tapi wajahnya terlihat begitu tenang, meski begitu banyak darah di sana.
"…Bahkan aku tidak sempat mengabulkan permintaannya." Suara Abaddon terdengar lemah.
Dia marah.
"…Seandainya aku bangun lebih cepat." Dia melanjutkan kalimatnya. "…Aku hanya butuh Hotaru untuk memintanya." Amarahnya kembali keluar. Dia memeluk erat Hotaru. "Seadainya aku tidak terlambat…"
"…Your Majesty, jika Your Majesty tidak terus mempertahankan jiwa Demon King dengan membunuh dan menguasai kerajaan, kekuatan-"
Tidak butuh satu detik, Abaddon memotong kepala Syeol.