Chereads / Price of Feathers / Chapter 23 - Chapter 014 part 3

Chapter 23 - Chapter 014 part 3

*

*

Abaddon merasa ini semakin menjengkelkan. Tangannya terangkat ke atas saat pelukan itu datang. Seakan tangannya tidak tahu harus melakukan apa. "Hei-"

"Aku baru tahu kalau demon itu sangat banyak bicara." Kalimat gadis itu membuat Abaddon semakin tidak mengerti. "Sekarang dapatkah kamu diam dulu? Aku sedang memikirkan permintaanku." Ucap gadis itu lagi, dengan parau, tidak begitu jelas, seperti dia menangis.

Abaddon memutar bola matanya. Tangannya mulai turun, tapi dia sama sekali tidak berniat untuk membalas pelukan gadis yang memeluknya itu. Dia menghela nafas dan mengingat beberapa waktu lalu ada seorang anak kecil yang memanggilnya. Tapi permintaannya begitu mudah. Dia ingin memeluk Abaddon, karena dia begitu kesepian dan ingin memiliki teman. Dia memiliki penyakit menular yang tidak dapat disembuhkan.

Abaddon mengira anak kecil itu memanggilnya untuk meminta kesembuhan. Tapi sampai akhir hidupnya, dia hanya menginginkan Abaddon untuk menemaninya. Waktu kebersamaan Abaddon dan anak kecil itu begitu singkat. Namun Abaddon masih dapat mengingatnya. Karena itu adalah satu dari beberapa permintaan langka dan murni dari sekian banyaknya permintaan gelap manusia lain.

Ingatan Abaddon terputus saat dia merasa pelukan Sakura melonggar. Abaddon mengintip mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

"Apa? Kamu tertidur?" tanya Abaddon tampak tidak percaya.

Tidak ada jawaban.

Abaddon menghela nafas panjang. "Dasar bocah."

Abaddon mengangkat Sakura dan menaruhnya pelan di tempat tidurnya. Lalu menyelimutinya dengan hangat.

Ujung mata Abaddon menangkap beberapa hal yang tidak biasa dia lihat. Kamar gadis itu termasuk luas. Ada banyak boneka-boneka dan pernak-pernik bertuliskan nama Sakura di sana.

Di samping tempat tidur itu, ada meja yang penuh dengan bingkai foto, Abaddon dapat melihat wajah gadis yang sedang tertidur itu berada di semua lembar foto itu, dikelilingi oleh wajah-wajah yang tampak bahagia lain yang tentunya Abaddon tidak mengenalnya.

Abaddon juga melihat banyak foto dan poster yang tertempel di dinding kamarnya.

"Sepertinya dia begitu terkenal." Abaddon menatap wajah gadis di depannya lagi. "…Begitu terkenal sampai-sampai aku merasa wajahnya tidak asing untukku."