*
*
"Lalu apa yang mungkin dia butuhkan…" Abaddon menggumam sambil berfikir.
"Yang dia butuhkan?" tak disangka Abaddon gadis di sampingnya yang kini memegang gelas wine berisi cairan berwarna merah itu mendengar gumamannya. "Mungkin debut kembalinya dia?" gadis itu tersenyum, tampak tidak terlalu memikirkan pertanyaan aneh Abaddon dan hanya menjawab asal.
Abaddon membenarkan jawaban gadis itu. Namun dia juga merasa aneh karena sampai sekarang Sakura belum meminta apa pun padanya.
"Ah. Aku harus pergi sekarang." Abaddon menghela nafas sambil mengembalikan ponsel gadis itu.
Gadis itu terlihat tidak merelakannya pergi. "Kamu selalu saja pergi dengan cepat sekarang." Ucapnya cemberut.
"Maaf. Klien ku saat ini sangat cerewet." Abaddon tersenyum dan hampir mengelus rambut gadis itu. Senyumnya menghilang saat menyadari apa yang dia lakukan dengan tangannya itu. Alhasil, tangannya mengambang di atas kepala gadis itu. Abaddon melepaskan tangannya dan berjalan keluar pintu.
Sejak kapan aku terbiasa lagi mengelus rambut seorang wanita?
Ah. 'lagi'?
"Kamu lama sekali!" kekesalan Sakura yang pertama kali menyapa kehadiran Abaddon di kamar putih itu.
Abaddon menatap sekitar ruangan sekilas. "Ada apa?" Lalu dia menatap cairan infus yang terpasang di tangan kiri Sakura. "Apa lagi yang terjadi lagi padamu?"
Sakura terkekeh. "Ada kecelakaan kecil di studio."
Abaddon menatap Sakura lekat. Dia menyadari kalau gadis riang itu mendapat banyak sekali kecelakaan. Bahkan bulan lalu dia dirawat inap karena kecelakaan mobil. Lagi.
"Apa kamu akan mati sebelum kamu mengatakan permintaanmu?" Abaddon berjalan mendekat ke tempat tidur Sakura.