Abaddon melangkah masuk, datang ke kamar itu lagi, dan yang dia lihat pertama kali adalah wajah Sakura yang tampak marah.
"Apa?" tanya Abaddon tanpa merasa berdosa sama sekali.
"Kamu meninggalkanku." Siapa pun yang melihat wajah Sakura, akan tahu dengan jelas bahwa Sakura tampak begitu kesal.
"Bukankah kamu yang lebih dulu meninggalkanku tidur?" Abaddon menjawabnya dengan acuh. Dia dapat melihat kalau gadis di depannya itu bertambah kesal.
"Aku belum mengatakan permintaanku." Ucapnya cepat.
Abaddon menghela nafas panjang. Lalu dia kembali bertekuk lutut seperti kemarin di hadapan gadis itu yang masih di lantai berlumur darah.
Dengan sentuhannya, Abaddon perlahan menutup luka di tangan Sakura. "Lalu apa permintaanmu, Nona?"
Gadis itu hanya diam.
Abaddon mencoba sabar. "Bukankah kamu sudah memikirkannya? Dan akhirnya memanggilku kesini lagi."
"Aku…" dia tercekat. Menatap tangan Abaddon yang masih menggenggam tangannya. "Aku masih kesal. Nanti saja." Dia menoleh, tidak lagi menatap Abaddon, tapi dia juga tidak berusaha untuk melepaskan tangannya.
"Oke. Oke." Abaddon mengangkat lagi Sakura ke tempat tidur. Setelah itu dia kembali ke lantai, menyentuh lantai yang bergambar hologram yang berhias darah Sakura dan menghilangkannya secara perlahan. "Jika kamu ingin memanggilku, kamu tidak perlu melakukan ini lagi, kamu cukup memanggil namaku. Aku akan datang. Sebelum kamu mengatakan permintaanmu, kontrak kita belum selesai."
"Namamu…" kalimat Sakura berhenti.
"Kamu tidak mungkin tidak mengetahui namaku. Kamu yang memanggilku kesini." Abaddon terdengar sangat yakin.
Sakura menggeleng. "Bukan itu. Apa kamu tidak memiliki nama lain?"
"…Kin." Abaddon menjawab dengan acuh. "Beberapa manusia memanggilku dengan nama itu." lanjutnya lagi.
"Kin.." gadis itu mengulang pelan sambil memasang wajah seperti mengingat sesuatu. "Kin… artinya…"
"Iya. Seperti yang kamu tahu." Abaddon tampak tidak sabar mendengarkan. "Apa kamu ingin meminta padaku itu?" potongnya berharap masalah ini cepat selesai.
Sakura tertawa kecil. Lalu dia tersenyum. "Aku memang menyukainya." Dia menatap lekat Abaddon. "Dan aku tidak dapat hidup tanpanya."
Abaddon mencoba mengartikan tatapan Sakura. Dia merasa kalau objek yang Sakura katakan itu adalah dia.
"Iya, memang semua manusia hidup mengejar itu." Ucap Abaddon menyerah untuk berfikir dan menjawab dengan asal.
"Kin."
Abaddon menoleh menatap Sakura yang memanggilnya.
"Kin." Sakura memanggilnya lagi.
"Apa?" Abaddon mulai tidak sabar.
"Kin." Sakura kini tersenyum lebar. Dia menatap Abaddon hangat. "Aku menemukanmu." dia melanjutkan kalimatnya.