Abaddon masih duduk diam di sana.
Masih memeluk Hotaru yang tidak bergerak.
Tapi di sekitarnya tidak ada lagi apa-apa.
Tidak ada hutan ataupun demon di sekitarnya. Hanya api yang terus membakar.
Api kemarahan Abaddon telah membakarnya. Membakar semua dan memusnahkan semua.
Emosinya. Kesedihannya. Dan rasa kehilangannya. Untuk pertama kali. Begitu menyakitkan.
Dia masih diam seperti tanpa jiwa.
Dan tanpa disadari Abaddon, setelah sekian lama, api kemarahannya padam di sekelilingnya. Bau hangus begitu pekat di sekitarnya.
Bahkan Abaddon tidak tahu berapa lama dia diam duduk memeluk Hotaru.
Lalu setelah ini apa?
Jika selama ini aku membunuh yang terkuat untuk menjadi yang terkuat. Lalu yang lemah akan takut padaku. Menyembahku. Mengikutiku dan takut akan perintahku.
Tapi, kini aku talah membunuh semuanya.
Lalu apa yang tersisa?
Hotaru tak lagi bersamaku.
Abaddon kini menatap tangannya. Hanya baju Hotaru yang berada di sana. Di sekitarnya sudah berubah. Bukan lagi bau hangus yang dapat dia cium dari penciumannya. Dia mencoba menebak dia mungkin sudah beratus tahun diam di sini. Jadi semua di sekitarnya sudah berubah.
Abaddon dapat mencium bau kehidupan di ujung-ujung tempat ini.
Abaddon menghela nafas panjang. "Selamat tinggal, Hotaru." Dia menaruh pakaian itu di tanah. Dia dapat mengenali bunga berwarna ungu itu. "Kamu kembali hidup lagi?" dia tersenyum menatap bunga yang selalu bersama Hotaru. "Setidaknya, kamu dapat menemaninya."
*end volume 1