*
*
Tidak butuh satu detik, Abaddon memotong kepala Syeol.
Mata tajam Abaddon menatap mata Syeol yang kini menitikkan air mata. Abaddon tahu, Syeol tidak akan melawannya. Syeol adalah satu-satunya demon yang dapat Abaddon percayai. Dia tidak akan pernah membantah ataupun mengkhianatinya. Tapi, Abaddon tidak menyangka kalau akan ada alasan untuknya kecewa kepada Syeol.
Kepala Syeol jatuh lebih dulu, sebelum tubuhnya rubuh ke tanah. Perlahan kepala dan tubuh Syeol terbakar dan menghilang menjadi abu.
Abaddon kini terdiam.
Tidak ada suara lain yang ada di sana.
Dia masih memeluk Hotaru.
"…Aku tahu itu Syeol. Dan aku memang ingin melakukan ini. Tak dapatkah kamu mengerti keinginanku?" Dia bersuara pelan, menjawab pertanyaan Syeol yang tidak lagi dapat mendengar jawaban Abaddon.
Dengan keadaan yang begitu hening. Suaranya begitu terdengar jelas. "Aku tak ingin melanjutkan hal ini jika tidak bersama Hotaru." Dia melanjutkan. "Aku tahu itu. Dan aku sudah mengerti." Dia masih bergumam, mengulang jawabannya.
"Apakah Kii akan bersamaku saat aku tua nanti?"
Suara Hotaru masih jelas dapat terdengar di ingatan Abaddon.
"Iya, aku akan bersamamu. Lalu kita akan bersama. Meskipun, mungkin nanti kamu akan lahir kembali. Tapi setidaknya, aku tak perlu merasakan hidup tanpamu." Dia mencoba menjawabnya, meskipun dia tahu ini bukan saat yang sama dengan pertanyaan Hotaru.
Air mata mengalir dari mata Abaddon. Amarah kembali muncul dari dalam tubuhnya. Dia sadar kekuatannya mulai kembali seperti semula.
"Lalu untuk apa semua ini?" dia bertanya entah kepada siapa. "Untuk apa aku memiliki semua, jika aku sendirian?" suaranya begitu terdengar lemah.
Kemarahan Abaddon semakin memuncak. Dia merasakan api keluar dari tubuhnya mulai menyebar keluar. Menyebar dari tubuhnya mulai merayapi sekitarnya. Di tengah api kemarahannya, Abaddon hanya memeluk erat jasad Hotaru. Hanya dia dan Hotaru yang tidak terbakar oleh api kemarahannya. Api di sekitarnya mulai berkobar semakin cepat. Menjilati semua yang berada di sana. Dan teriakan Abaddon membuat ledakan besar. Begitu besar, dan begitu cepat, membuat semua tempat, desa dan penduduk yang tercapai dengan ledakan itu tidak dapat bersembunyi atau bahkan mengerti apa yang sedang terjadi. Mereka menghilang dengan cepat dari pandangan.