Hotaru mengambil kerikil-kerikil kecil di dalam satu lobang di kayu kecil-panjang yang memiliki beberapa lubang kecil dan dua lubang besar di masing-masing ujungnya.
"Kii pernah mengatakan padaku, kalau Kii tidak tahu sejak kapan Kii berada disini." Hotaru bertanya pada Abaddon sambil memainkan permainan itu.
Abaddon mengangguk sambil memperhatikan Hotaru yang menaruh satu per satu kerikil di lubang-lubang kecil di depannya.
"Umur manusia tampak begitu pendek jika dibandingkan demon, bukan?"
Abaddon kembali mengangguk. Dia berfikir, bahkan dia tidak tahu apa dia dapat mati dengan kekuatannya yang telah terkumpul selama ini.
"Tapi apakah Kii tahu?" Hotaru kini menatap Abaddon, tampak bersemangat. "Aku mendengar kalau manusia memiliki 3 kehidupan di dunia."
"Apa maksudnya?" Abaddon bertanya tanpa menatap Hotaru, dia memandang alat permainan di depannya, berfikir batu mana yang ingin dia mainkan.
"Jadi, jika aku sudah mati, aku akan kembali lagi lagi lahir dan hidup di dunia ini. Dan itu akan berulang lagi." Suara Hotaru terdengar semakin bersemangat.
Abaddon tampak tidak terlalu mendengarkan. "Baguslah."
"Kii, apakah Kii akan bersamaku saat aku tua nanti?"
Abaddon memainkan kerikil di depannya tanpa menjawab Hotaru.
"Kii, aku akan datang lagi kepadamu setelah aku lahir di kehidupan setelah ini." Hotaru tampak yakin dan seakan memaksa Abaddon mendengarkan. "Jadi, tunggu aku ya."
"Kamu, berani sekali memerintahku."
"Kii!" Kini Hotaru menggenggam tangan Abaddon. "Berjanjilah padaku." Dia memanyunkan bibirnya. "Karena aku berjanji akan mencarimu lagi." Dia kini melepaskan genggaman tangannya dan mengalungkan kelingkingnya dengan kelingking Abaddon.
Abaddon melepaskannya. "Hei, bahkan kamu tidak tahu, sudah berapa kali kamu hidup di dunia ini. Bagaimana kalau ternyata ini adalah kehidupan terakhirmu?"
"Oh. Benar juga." Hotaru tampak berfikir.
"Dasar bodoh." Abaddon mendorong kayu kecil panjang di depannya menjauh. Lalu menyandarkan kepalanya.
"Apa Kii mengantuk?"
"Sepertinya begitu." Abaddon tampak lelah.
"Apa Kii sakit? Kii terlihat pucat."
Abaddon memegang kepalanya. Dia sadar dengan kondisi tubuhnya beberapa waktu ini. Dulu dia bahkan tidak memerlukan istirahat sama sekali, namun beberapa waktu ini dia seakan mengantuk dan kadang dia akan tertidur untuk beberapa jam.
"Tidurlah."
Abaddon membuka matanya perlahan. "Kamu akan tetap disini?" tanyanya pelan. Bahkan dia juga tudak tahu kenapa dia menanyakannya.
Hotaru mengangguk. Tersenyum. Dia mengelus rambut Abaddon yang hitam-legam panjang dengan lembut dan perlahan.