Walaupun aku menerima saran darinya, tapi aku tetap berusaha menahan supaya enggak percaya. Apa yang dikatakan olehnya? Sering kali membohongi kepadaku. Walaupun misalkan, ada sesuatu yang disembunyikan. Lebih baik kasih tahu saja! Daripada nanti terkena amarah berlebihan. Bisa membuat kamu tersakiti oleh ucapan dariku!
Kalaupun masih menerima dengan lapang dada ya, aku sih enggak masalah. Asalkan, beneran menerima dengan lapang dada. Ya, sudahlah waktuku di sini hanya bentar setelah selesai pertemuan dengan Dinaldha. Aku bergegas menghampiri teman kantor yang sekarang lagi makan siang.
Sebentar saja kali ya, beritahu kenapa Dinaldha bicara seperti itu? Pasti ada maksud supaya aku tidak terpengaruh oleh bicara dari temanku. Namanya juga perempuan pasti dalam hatinya, memiliki firasat kurang baik. Terhadap pergaulan aku sama mereka.
Sebenarnya, bukan kalian doang yang terkena amarah Dinaldha. Tapi, teman SD sampai Kuliah reaksinya sama seperti barusan. Walaupun Ibuku sudah melarang tetap saja, pikiran negatif Dinaldha tak bisa di hilangkan. Perlu waktu waktu lebih dari setahun! Itu pun, harus di bimbing olehku supaya enggak salah mengambil tindakan.
Jadi, aku mohon sekali jangan pernah berpikiran aneh. Apalagi sampai mengeluarkan bahasa binatang dari bibir kalian! Enggak tahu saja, sikap sesungguhnya bukan seperti itu. Melainkan lebih berhati-hati agar semua orang yang kenal sama Dinaldha, belum tentu loh akan sama persis apa yang dipikiran temanku?
Meskipun tahu pasanganku sudah melanggar perjanjian yang sudah di sepakati! Walaupun begitu aku tetap berusaha berpikiran positif. Terserah mereka mau percaya atau enggak? Ya, setidaknya sudah aku jelaskan secara detail. Dan, enggak ada lagi uneg-uneg dalam hatiku sekarang.
Jadi, aku sekuat tenaga menahan rasa sakit hati. Kalau memang dari kalian ingin bilang bahwa aku, "Dasar seorang cowok hanya bisa menuruti permintaan dari pacarnya! Sedangkan, kita sebagai teman seperjuangan susah payah. Heh .....malah enggak langsung percaya, ia sudah lebih baik akhiri pertemanan kita."
Kalimat tersebut seharusnya, enggak boleh dikeluarkan. Karena, terlanjur berlebihan ini bisa saja akan terulang kembali. Masa-masa kita sudah tua bahkan, memiliki jembatan kurang harmonis dalam hal berkomunikasi. Apabila perkataan tersebut beneran kejadian wah... terjamin deh, hidupku di ambang penyesalan telah melakukan hal bodoh.
Please..... aku mohon banget kepada kalian semua, untuk sekarang percaya apa yang dikatakan olehku. Kalau misalkan, temanku tak kunjung mempercayai pasti sudah diberitahu entah siapa?
"Jar, ngapain berdiri di situ? Sini!"
"Iya, bentar."
"Buruan napa jangan lelet dong,"
"Wah .....kacau sekali kalian semua, sudah membua jantungku berdebar sangat kencang,"
"Makanya, sini!" ujar temanku sambil minuman kesukaanku.
"Wah ..... sebenarnya, mereka ada rencana apa? tumben loh, perasaan pada saat di ruangan meeting wajah mereka tidak seperti ini." Ucap dalam hatiku dengan terpaksa berikan senyuman.
Padahal tahu bahwa temanku ada niat buruk kepadaku maupun pasanganku, mudah-mudahan sih hanya firasat kurang berkenan. Setidaknya, untuk sekarang lebih berhati-hati dan berusaha mengerti kondisi sekarang. Jangan sampai mengeluarkan satu kalimat yang bisa membuat mereka tersinggung lalu, menyuruhku untuk pergi dari sini!
Wah..... berasa di usir oleh kedua orang tuaku, makin terasa mengingkat kejadian dari bayang-bayang menghantuiku. Namun, sebisa mungkin aku perlu melawannya. Supaya ingatan tersebut tidak terkuras bahkan, sampai mengeluarkan air mata.
Terkadang masa laluku antara bahagia atau sedih, karena yang kualami pada waktu itu lebih condong sedihnya dibanding kebahagiaan. Semoga dalam waktu dekat ini, aku mampu bilang ke kedua orang tuaku. Agar dapat izin untuk pergi ke Kota masa kecilku! Bila perlu aku mau mengajak Adikku.
"Jar, malah melamun. Sini!"v
"Iya, bentar napa. Aku lagi banyak pikiran,"
"Walah .....palingan alasan doang, bilang aja loe takut sama kita ya, kan?"
"Sok tau kalian!" ujar Fajar sambil berjalan menghampiri temanku. Meskipun tahu sebenarnya, aku takut sekali. Apalagi langsung bahas soal barusan, makin enggak karuan kebimbangan saat ini.
"Hah? Gue takut sama loe? Tidak dong, buat apa takut sama teman sendiri?"
"Kalau memang nggak takut, kenapa diem berdiri sendiri di sana?"
"Iya, karena pikiranku sudah menumpuk."
"Maksudnya, apa ya?" tanya temanku langsung bingung seketika.
"Sudahlah! Lupakan aja soal barusan."
Mungkin temanku satu ini, lemot apabila aku mengatakan yang enggak mampu di cerna oleh dia. Tapi, apabila aku bicara mengenai Film, Game, bahkan sampai teknologi sekalipun pasti temanku langsung memahami maksudku apa. berbeda pemahaman soal percintaan dia hanya bisa mengikuti perkembangan seperti apa?
Kalaupun temanku tahu apa yang sedang terjadi? Tak seharusnya, membelaku sampai menyuruhku untuk menjauh dari mantanku. Sebenarnya, aku punya satu bukti untuknya. Apa benar foto yang di ambil dari Mall Asia Plaza, Tasikmalaya. Pada saat itu, memang aku sudah pindah. Hanya saja, enggak beritahu mantanku takut menyuruhku untuk tetap tinggal di sana.
Kejadian ketika itu, memang ingin berencana pindah ke Kota Yogyakarta. Sayangnya, dengan terpaksa harus menunda keberangkatan. Gara-gara mantan jatuh sakit sampai di larikan ke rumah sakit Jasa Kartini, Tasikmalaya.
Tapi, kedua orang tuaku tetap pindah. Kalaupun memang memaksa untuk tinggal sendiri sepertinya, orang tuaku enggak bakal di izinkan. Enggak tahu ada maksud apa terkait kepindahan ke Kota Yogyakarta?
Sampai sekarang pun enggak tahu alasan yang sebenarnya, karena aku sebagai anaknya tidak terlalu kepo urusan orang tauku. Kalau memang di Kota ini ada yang perlu di selesaikan terkait pekerjaan. Mudah-mudahan saja, bisa ambil keputusan yang tepat. Dan, tidak membuatku berpikiran aneh-aneh kepada orang tuaku.
Sering kali salah paham mengenai kepindahan ke Yogyakarta, dan Adikku dengan terpaksa harus ikut pindah Sekolah. Padahal keinginan dia mau lulus bersama sahabatnya! Heh.... tetap saja, Ibu maupun Ayah bersikeras ingin pindah. Pokoknya, kehidupan aku di masa lalu sangat ribet, dan susah di mengarti oleh teman-temanku mengenai keputusan yang diambil kedua orang tuaku.
"Astagfirullah, Jar kenapa langsung diem seketika?"
"Iya, nggak apa-apa."
"Nggak apa-apa gimana? Daritadi gue liat loe hanya bengong. Sebenarnya, ada apa sih? Sampai melamun selama satu jam."
"Pasti loe bercanda ya, kan?" tanya Fajar tidak percaya aku melamun selama satu jam.
"Gue lagi serius, Fajar!"
"Jangan serius dong, hidup itu harus dibawa santai."
"Please ..... Jar, serius!"
"Oke, ntar gue jelasin kenapa diem seperti lagi melamun."
"Sok, silakan cerita ada apa?"
"Kan, nanti setelah selesai makan oke."
"Bener ya?"
"Ya," ucap Fajar sambil berikan senyuman.
Tak berselang lama ada sebuah insiden membuat kita berdua, langsung melihat ada keributan antara karyawan dengan pemilik warung. Hah..... palingan karyawan itu enggak bayar makan atau minum mungkin, seharusnya bayar agar tidak ada keributan. Cukup keras sampai kedengeran ke kita!
Apa perlu bantu ya? Kalau misalkan, bantu di sangka ikut campur urusan mereka. Aduh, kenapa jadi bimbang ambil keputusan?