Chereads / KENANGAN BERSAMAMU DI YOGYAKARTA / Chapter 22 - Chapter 22 Waktuku Sangat Singkat

Chapter 22 - Chapter 22 Waktuku Sangat Singkat

Sumpah rapat sama dia suka sekali debatnya kelamaan, mungkin dulu sudah terbiasa rapat sama orang lain. Namun, kalaupun mendapatkan desakan cukup parah lebih baik jangan di teruskan. Kenapa? Karena, sering kali pendapatku maupun pendapat dia tak 'kan sesuai. Bahkan, pernah sekali presentasinya harus tertunda karena ketidakcocokan.

Walaupun dia merasa berat untuk menerima kenyataan tapi, aku malah memohon padanya untuk lebih bersabar. Apabila presentasinya dengan terpaksa di tunda! Karena, pihak bersangkutan enggak bisa datang ke sini. Ya, bagaimana lagi sudah terlanjur mengatakan demikian.

Masa iya, harus memaksa beliau datang ke perusahaan kita? Yang ada malah membuatnya kurang nyaman ketika kita berikan presentasi. Kadang sampai sekarang entah kenapa sering minta kepadaku, "Jar, bisa nggak tak perlulah minta persetujuan. Kan, loe juga tau kemampuan kita seperti apa? seharusnya, terima aja."

Sayang sekali pada saat itu, memang aku enggak ada pilihan. Walau begitu aku tetap bersyukur punya teman selalu berikan nasihat padaku, tapi ada juga berikan nasihatnya seperti tidak ikhlas. Ketika aku tanya padanya, respon tanpa berikan tatapan padaku.

Wah.... aku sudah memiliki firasat kurang enak, apabila dia sudah berikan tatapan seperti itu. Bukan bermaksud ingin bicarakan dia dibelakang setidaknya, mengertilah bahwa aku juga punya kesibukan lain. Apabila dirinya terus menerus memaksa padaku untuk menerima presentasi, dan berikan pendapat positif.

Bisa-bisa aku malah dapat teguran dari bos! Jadi, aku mohon sekali sama kalian jangan bersikap seperti ini. Hingga akhirnya, aku mendapatkan pesan dari seseorang. Walaupun sampai detik ini, dia siapa? Kenapa bisa tahu namaku? Wah.... dari situlah aku makin bimbang takutnya, musuh bubuyutan kadang menyebalkan. Sudah tahu aku enggak bisa.

Heh..... tetap saja, maksa untuk bertemu denganku. Aku pun dengan terpaksa harus minta persetujuan ke salah satu teman SMA, meski dirinya pun sudah tahu apa yang bakal terjadi ke depannya. Ketika di pertemukan aku sama musuhku. Meskipun begitu aku perlu mencoba sesuatu berbeda dari sebelumnya!

Semoga saja berhasil! Selama menunggu kedatangan bos kita. Teman sekantorku berusaha membujukku sayang sekali ucapan dari kalian, tak 'kan kudengarkan. Kenapa? Biasanya, suka banget berikan uang sebanyak satu juta.

"Kalian dari dulu suka sekali berikan uang satu juta untuk apa?"

"Iya, untuk loe masa buat orang lain."

"Kan, sebelumnya sudah gue bilang tunggu dulu."

"Emang loe lagi tunggu siapa?"

"Nanti juga loe tau kita kedatangan siapa?"

"Wah .....sumpah ya, loe sekarang sudah berubah tidak seperti dulu lagi."

"Iya, nggak apa-apa. Asalkan, tidak melanggar peraturan perusahaan ini." ucap Fajar dengan tegas agar dari kalian sadar. Peraturan perusahaan ini sangatlah penting!

Meski rada berat untuk mengatakan yang sebenarnya tapi, ini 'kan demi kemajuan kalian juga. Bukan aku saja yang bisa melakukan sepenuh hati, melakukan pekerjaan dengan lancar. Walau mendapatkan sambutan kurang baik dari kalian, aku berusaha tegar untuk mendapatkan sambutan positif.

Apabila sudah mengatakan sesuai fakta! Bila memungkinkan nih, kita sama-sama cari solusi maupun jalan keluar. Agar permasalahan kita dapat di selesaikan dengan lancar, begitu juga dengan keputusanku kalian harus menerima dengan lapang dada.

Jangan sampai membuatku terpengaruh oleh pemikiran kalian terus, kali ini ada pesan entah dari siapa? Kalaupun aku tahu pasti dari tadi sudah dibalas pesan tersebut. Berhubung enggak tahu ya, di baca seperti yang dilakukan oleh Dinaldha. Namun, tenang saja aku tak 'kan melakukan balas dendam.

Setelah mengetahui bahwa Dinaldha susah untuk melupakan mantan terindahnya! Meski pada akhirnya, dia berusaha menjelaskan apa yang sedang terjadi? Seiring berjalan waktu mulai terasa kerinduan suasana bersama pasanganku. Sayang sekali sekarang ia sudah berubah, bahkan pesan dariku kadang dibalas. Paling telat selama satu jam!

Selama menunggu pesan darimu aku dengan terpaksa harus merenung, memikirkan hubungan kita berdua. Apakah berlanjut atau akhiri saja? Selama seminggu ini, belum menemukan keputusan paling tepat. Walau begitu aku tetap berusaha memikirkan dengan teliti, dan detail.

Kadang kesal apabila teman sekantorku memaksa untuk mendengarkannya, "Jar, dengerin ya lebih baik putus aja deh. Daripada melamun nggak jelas seperti ini, memang mau pekerjaan loe menumpuk? Gara-gara sering melamun memikirkan pasangan loe." Menurutku ada benar adanya, tapi di satu sisi aku enggak mengambil keputusan kurang tepat.

Yang ada malah hubunganku dengan Dinaldha tali silaturahmi hancur, gara-gara mendengarkan nasihat dari teman sekantorku. Jadi, perlu namanya pertimbangan supaya keputusan tepat. Sekali lagi aku tegaskan kepada kalian keputusan perlu namanya pertimbangan!

Kalaupun dari kalian belum mempunyai kesabaran ya, sudah jangan mengikutiku dari belakang. Memang iya, kalian tuh peduli sama aku. Kalau seperti ini terus menerus bisa-bisa hidupku enggak nyaman, karena ada desakan dari teman kantorku. Padahal sudah katakan sebelumnya, malah menutup kedua telinganya. Jadi, aku pun merasa serba salah.

"Loe dulu pernah ingat gue pernah bilang seperti ini 'Lain kali nggak usah mengikutiku dari belakang, karena gue tertekan apabila harus menerima permintaan dari teman gue. Please .....lebih baik jalan kehidupan ini masing-masing,' tetap aja loe mengikutiku."

"Lagian Fajar, sendiri nggak mau menerima permintaan dari gue."

"Heh! Denger ya, berikan pendapat boleh aja. Asalkan, pendapatnya harus sesuai ini malah sebaliknya, buat gue agak ragu apabila menerima permintaan dari loe. Makanya, gue dengan terpaksa harus memikirkannya dengan teliti."

"Ya, udah 'kan bisa nggak usah menunggu keputusan dari atasan."

"Tuh, kan males deh harus jelasin ke loe sekali lagi. Kan, sebelumnya gue udah jelasin ke loe. Masa udah lupa lagi?" tanya Fajar langsung berikan ekspresi kesal.

"Ia, gue udah lupa."

Aduh, malas deh apabila berurusan sama dia. Pasti perdebatan tak, kan selesai sampai menemukan solusi paling pas. Walau aku menaruh harapan bahwa dia adalah seorang lelaki dengan kesabaran sangat tinggi! Setelah mengenal cukup lama pada akhirnya, sadar bahwa dia bukan sosok lelaki penyabar.

Tetapi, rasa lupa dalam dirinya cukup tinggi. Perlu namanya mengingatkan selalu, agar tidak lupa ketika aku menjelaskan sesuatu padanya. Bila memperbolehkan minta padanya, untuk sering menghafal tentang apa pun. Supaya otak dia dapat di cerna lalu, menyimpan di dalam otaknya. Sayang sekali waktunya, cukup singkat.

Dengan terpaksa aku harus meninggalkan dia bersama teman-temannya, waktuku hari ini mau di gunakan bersama Adikku tercinta. Sedangkan, bersama kalian dari awal kerja sampai sekarang selalu bertemu. Meskipun sering debat tentang apa pun! Aku akan selalu menerima kehadiran kalian di rumahku.

"Sudah cukup gue males debat sama loe! Gue hanya mau bilang ke loe lebih baik banyakin menghafal sesuatu. Tentang apa pun asalkan, ada keseriusan dalam diri loe. Sebenarnya, waktu gue berada di sini sangat singkat. Jadi, gue dengan terpaksa harus meninggalkan kalian."

"Terus, mengenai presentasi hari ini gimana?" tanya temanku dengan ekspresi ketakutan apabila ada pertemuan dengan bos perusahaan ini.