Chereads / KENANGAN BERSAMAMU DI YOGYAKARTA / Chapter 26 - Chapter 26 Adikku Sudah Tahu Mengenai Cinta

Chapter 26 - Chapter 26 Adikku Sudah Tahu Mengenai Cinta

Iseng banget dah, kelakuan seperti ini membuatku kurang nyaman. Tapi, entah mengapa dari lubuk hatiku merasa Adikku sengaja? Kalaupun suatu hari nanti aku beneran pergi dari Yogyakarta. Terjamin dah, ada kerinduan melengkat dalam tubuhku. Tak bisa pungkiri hidup merasa hampa, dan sunyi.

Sekali ketemu pun dengannya, selalu minta itulah, inilah, dan paling aku menyesal adalah beli barang tapi, Adikku enggak suka. Sudah cape-cape mengumpul uangnya heh.... sia-sia ya, sudahlah kejadian sudah terlalu lama. Palingan Adikku enggak terlalu mengungkit ke masalah itu, dan satu hal paling sekarang sudah cukup senang.

Akibatnya, aku serius kaget setelah lihat kaca sebelah kanan. Sesuai apa yang dikatakan oleh sahabatku! Mungkin semua pendapat dari orang sekitar terasa berlebihan, bahkan enggak ada gunanya memikirkan hal ini terlalu dalam. Terkadang hidupku tidak berwarna tanpa kehadiran kalian berdua!

Mungkin salah penyebab ketika masih remaja, tidak terlalu memikirkan sejauh mana hubungan sahabatku dengan Adikku. Oh, ya hampir lupa aku belum perkenalkan nama Adikku siapa? Kalaupun kasih tahu di kantin kantor. Wah.... bisa-bisa karyawan akan cari tahu.

Dan, kehidupan kita akan mengetahui dulunya orangnya seperti apa? untungnya, sahabatku peka dan, langsung berikan arahan padaku. Supaya berhati-hati dalam hal berucap, walau beberapa saat mendadak susah untuk buka pintu. Saking grogi mengingat ke masa itu, apalagi sahabatku sudah bilang 'Jangan terlalu memikirkan masa lalu, nanti loe grogi."

Cuma aku doang sepertinya, punya kelakuan seperti ini. Tanpa adanya, pemberitahuan oleh kalangan orang sekitar. Apalagi dari lubuk hatiku, "Kenapa sih, selalu memperlihatkan bahwa aku grogi? Seharusnya, dari kemarin udah belajar. Maka dari situlah aku berniat tidak akan menunjukan rasa grogi ke yang lain,"

Ya, sudahlah namanya kejadian seperti ini suka dadakan. Bahkan sampai-sampai terhalang oleh pemikiran positif, dan pikiranku hanya negatif semua. Termasuk pasangan sebelumnya, mungkin sekarang masih bersama mantan terindahnya. Bukan itu saja sih, masih banyak yang belum aku ketahui.

Selama tidak bersamaku dia suka ke mana ya? Ini hanya kekhawatiran takutnya, kejadian masa laluku terulang kembali di masa sekarang. Cukup sekali saja! Karena, aku sudah muak menghadapi permasalahan seperti itu.

"Kak, buka pintu mobil dong! Ade mau masuk!"

"Ia, de bentar."

"Loe kenapa sih, selalu grogi apabila mengingat masa lalu loe?' tanya sahabatku langsung to the point.

"Mana gue tau! Soalnya, grogi seperti ini sering dadakan."

"Ya, udah sekarang buka pintu belakang."

"Ini lagi coba," ucap Fajar berusaha buka pintu belakang mobil.

"Sumpah gue kesel sama loe!"

"Lah! Kenape kesel sama gue?"

"Padahal tinggal buka aja! Apa susahnya coba, Fajar Nugraha?!" ujar sahabatku langsung berikan ekspresi bete.

Entah kenapa sering lihat sahabatku marah mulu? Apalagi kalau tatapan seperti ingin sampaikan padaku hanya saja, enggak berani takut terjadi apa-apa. Padahal kesehatanku baik-baik saja terus, tidak pernah begadang lebih sering mengikuti perintah dari sahabatku.

Namun, sebelum itu aku merasa terganggu oleh bicara Dinaldha. Sampai sekarang ucapan tersebut, masih ingat dalam pikiranku. Sumpah kalau pikiranku masih mengarah ke situ wah..... gawat banget bisa-bisa nanti terkena sebuah insiden ingin meloncat dari Gedung. Pasti keesok harinya, aku sudah tak ada di Bumi lagi.

Upsss ..... enggak boleh bicara seperti itu, ucapan adalah doa. Jadi, perlu hati-hati apabila ingin mengatakan sesuatu. Kalaupun suatu hari nanti, aku senantiasa mendengarkan nasihat dari orang lain. Walaupun sebentarnya, sudah jarang loh. Orang-orang suka berikan nasihat positif!

Terakhir itu, kalau enggak salah. Ketika aku masih duduk di bangku SMP. Itu pun, dapat sambutan kurang baik dari teman sekelasku. Mereka masih ada pemikiran terjerumus ingin mendapatkan nilai bagus, padahal niatku hanya mau menjadi orang lebih baik dari sebelumnya.

Semenjak dari situlah, aku merasa kurang nyaman dekat sama mereka. Termasuk Adikku langsung menyuruhku untuk mengusir mereka. Tanpa berikan masuk ke dalam rumah, karena sudah kelihatan dari larut wajahnya. Meskipun tahu selama berada di mobil kita berdua berantem enggak jelas.

Bahkan, sampai-sampai Adikku enggak kuat menunggu terlalu lama di luar. Langsung memukul kaca sebelah kanan dibelakang untungnya, tidak sampai pecah. Kalau sampai pecah wah.... aku perlu minta tanggung jawab ke Adikku karena, sudah merusak kaca mobil. Sebisa mungkin biaya harus lebih dari satu juta, tapi berhubung kasihan padanya.

Ya, enggak jadi yang ada malah aku terkena amarah dari orang tuaku. Karena, sudah memarahi sampai Adikku mengeluarkan air mata bercucuran di pipi. Mungkin aku terlalu berlebihan pada waktu itu, tapi ini juga demi kebaikan Adikku sendiri.

Heh.... malah aku yang terkena hukuman dari orang tuaku, mungkin dia sudah terlalu sempurna. Sehingga lupa apabila selama di rumah punya dua anak tapi, berikan kasih sayang hanya untuk Adikku tercinta. Sudah sekian lama aku tinggalkan rumah, pada akhirnya sadar Adikku juga butuh kasih sayang dari orang tuaku.

Makanya, selama ini aku berniat ingin menghabiskan waktu bersama Adikku. Mungkin mengajak sahabatku untuk mengatasi kemarahan dalam diriku, karena dia tahu karakter seperti apa? apalagi sekarang aku punya rasa kenyamana apabila dekat sama sahabatku. Teman sekantorku belum pada tahu soal ini!

Untuk pertama mengenai perasaanku yang sebenarnya, mereka tidak boleh tahu. Karena, aku masih menjalin hubungan bersama Dinaldha. Belum seratus persen benar-benar putus dengannya, walau seribu alasan terganggu oleh pemikiran dia.

Tetapi, aku merasa hal tersebut sangatlah berarti menjalani sebuah hubungan. Apabila terjadi suatu perubahan bisa gunakan hal tersebut! Lagian selama menjalani hubungan pola pikirannya tidak sesuai apalagi demi bertemu dengan mantan terindahnya, yang membuatku rasakan sakit hati secara berulang kali.

Mungkin ini adalah cobaan buatku, dan harus menghadapinya dengan kepala dingin. Meski pada akhirnya, tahu reaksi dia seperti apa. Mungkin pendapat dariku bakal tidak sesuai sama pendapat dia mengenai ketemu sama mantan! Sedangkan, aku berusaha kuat agar tidak keluar api kecemburuan.

Terkadang susah mengatakan ini padanya, takut terjadi tersinggung setelah mengatakannya. Aku sih, sudah biasa-biasa saja. Apabila ada teman mengatakan membuatku tersinggung ya, enggak masalah asalkan tahu jangan pernah balas dendam. Yang ada hubungan kita benar-benar hancur, dan susah untuk dipertemukan kembali.

"Kak, sahabat Kakak kenapa ya dari tadi diem mulu?"

"Mana aku tau de!?"

"Lah? Kenapa nggak tau?"

"Iyalah, karena kalau bahas di sini."

"Kalian berdua lagi marahan ya, kan?"

"Nggak juga sih, de cuma malas aja."

"Asalkan, marahan jangan terlalu sering ya." ucap Adikku beri peringatan.

"Kenapa?"

"Nanti kalian bakal merasakan arti jatuh cinta,"

"Widih .....sekarang Adikku sudah tau soal cinta nih,"

"Biasa aja kali, Kak."

"Bilang hah .... ke Ibu bahwa Adikku sudah tau mengenai cinta,"

"Jangan, Kak!"