Chereads / KENANGAN BERSAMAMU DI YOGYAKARTA / Chapter 25 - Chapter 25 Adikku Sudah Keluar Dari Sekolah

Chapter 25 - Chapter 25 Adikku Sudah Keluar Dari Sekolah

Walaupun menurutmu aku perlu melupakan semua perjanjian, bukan berarti semua yang sudah dibicarakan membuatmu ingin beneran putus dengannya. Pikiran seperti itu, memang susah untuk di hilangkan. Apalagi dia begitu tulus mencintai Rika, aku pun enggak tega apabila dia galau gara-gara memikirkan Rika terus.

Mungkin saat ini, memang enggak tahu siapa pelakunya? Tapi, suatu saat nanti bakal mengetahui biarkan waktu mengalir seperti air. Asalkan, jangan di ganggu ketika kita berniat ingin membantunya. Kalau sendiri, kan akan lama proses pencarian pelakunya. Please.... untuk sekarang lebih baik dengarkan nasihat dariku.

Daripada nanti salah mengambil keputusan! Apalagi aku tahu sekali karakter Rika seperti apa? karena, kita berdua sudah saling kenal dari kecil. Kemungkinan bila aku jelaskan padanya pasti memahami maksudku apa? ini hanya sekedar berikan nasihat selebihnya, terserah sahabatku mau terima atau enggak?

Paling penting aku sudah sampaikan bila kurang berkenan setidaknya, kasih tahu apa yang membuatmu enggak mau terima saran dariku? Sebenarnya, mudah sekali untuk penyampaikan uneg-uneg masih tersimpan dalam hati. Apalagi semua hal yang berkaitan tentangku, dia tahu semuanya.

Hah..... sudahlah daripada nanti dia mendapatkan pikiran negatif, bisa gawat persahabatan kita berdua akan hancur. Kadang agak kurang yakin sih, semua yang sudah dibicarakan akan tersimpan dalam ingatannya.

Apabila temannya cenderung buatku sendiri berpikir, "Kalau teman sahabatku membuat pembahasan agar dia mengikuti permintaannya, nanti hubungan dia dengan Rika akan sirna." Selama memikirkan hal ini, dengan baik tanpa adanya gangguan dari siapa pun. Mungkin obrolan kita tidak ada yang tahu! Ini seolah-olah membuatku teringat kenangan masa lalu.

Walaupun sudah berapa tahun tak ada kabar darinya, tapi pikiranku sudah melayang ke dunia masa laluku. Hah..... sayang sekali semua yang sudah dibicarakan tetap saja, teman sekantorku enggak ada yang percaya. Padahal aku sudah berusaha menjelaskan sesuai kenyataan loh, mereka hanya berikan ketawa secara sengaja.

Supaya apa sih, padahal aku sudah jujur loh. Seharusnya, percaya sebagai temanku. Kalaupun diluar dunia kita mana mungkin berani bicara soal ini ke kalian? Please..... hidupku sudah hampa setelah tahu Dinaldha masih komunikasi sama mantannya, lalu selama 3 tahun ini hubungan kita berdua akan sirna juga.

"Jar, malah melamun."

"Ihhhh ....kata siapa gue melamun?"

"Barusan gue liat sendiri, jadi loe nggak perlu sembunyikan permasalahannya."

"Dengerin ya! Gue nggak ada masalah apa pun."

"Kalau emang nggak punya masalah, kenapa harus melamun?" tanya sahabatku sedikit tegas bicaranya.

"Ehhhh ....soal itu, loe nggak perlu tau."

"Lah? Kenapa, Jar?!"

"Iya, karena ada kaitannya dengan masa lalu gue."

Mungkin itulah salah satu cara, agar sahabatku enggak terlalu banyak bertanya padaku. Tak ada salahnya, mencoba sesuatu sangat positif buat kita berdua. Bila memungkinkan besok aku perlu bicara serius sama sahabatku tapi, jangan di rumahku. Soalnya, ada sebuah perjanjian jangan ada kalimat pacaran.

Sekiranya, hanya berikan nasihat positif enggak masalah. Walaupun dari lubuk hatiku selalu dapat sebuah inspirasi, "Entah mengapa setiap melamun pasti dapat inspirasi? Kedua apabila aku bener-bener galau wah ....sudahlah hidupku penuh kegaulan," mungkin itu penyebab aku selalu tulis di buku diary.

Gangguan hatiku kurang kondusif bisa-bisa aura kemarahan muncul lalu, tanpa adanya sebab memarahi orang sekitar. Seharusnya, sebisa mungkin aku harus mengendalikan kemarahan tersebut. Agar orang sekitar tidak berpikiran aneh-aneh!

Tanpa pemberitahuan sekalipun pasti dia, akan berusaha mencari rahasia selama ini aku simpan di dalam hatiku. Semua teman sekantorku sudah pada tahu kecuali, sahabatku kenapa harus merahasiakan ini semua? Karena, emosi dia belum mampu di kendalikan. Apalagi sambutan kurang bagus setiap ketemu orang baru, bukanya berkenalan heh.... malah menghindar mulu.

Jadi, kesannya orangnya benar-benar tertutup banget. Berbeda denganku setiap ketemu orang baru sebisa mungkin terbuka asalkan, jangan membuka semua rahasiaku seperti apa? yang ada malah beritahu ke orang lain. Seperti sekarang kejadiannya, tanpa ada beritahu ke kita. Heh.... mading Kampus ada pemberitahuan hubungan sahabatku dengan Rika.

Selama kenal dengannya, baru kali ini lihat dia seperti banyak pikiran. Padahal aku sudah katakan sebelumnya, "Aku bakal berusaha mencari pelakunya siapa? Jadi, loe nggak usah banyak pikiran. Loe harus tenang!" berikan ketenangan adalah solusi paling terbaik, dibanding harus berikan nasihat positif.

Ujung-ujungnya malah enggak mau dengarkan nasihat yang sudah diberikan! Meski pada akhirnya, mengaku semua hal yang sudah tersampaikan malah keluar dari telinga sebelah kanan, terkadang semua permasalahan yang sedang dihadapi berasa seperti tak ada kehidupan sama sekali.

Begitu pun denganku, setiap ada pembicara begitu serius. Yang lainnya malah asyik main handphone pada saat, rapat bersama klien. Jadi, aku pun bingung mau sampaikan melalui apa? jika, perilaku seperti ini ada terus dalam benak kalian. Tak 'kan ada kemajuan ke depannya, lebih baik perbaiki perilaku tersebut.

Apabila ingin mendapatkan sambutan positif dari bos kita! Alhamdulillah, musuh bubuyutan aku tidak melihat ke arah mobilku. Apa mungkin belum tahu bahwa mereka enggak ada yang mengenal mobil ini? Tapi, alhamdulillah hidupku sudah tenang sekarang. Tapi, Adikku sekarang di mana? Kok, sepi ya selama menunggu di tempat parkir."

"Jar, liat deh di Sekolah Adik loe kok sepi ya?"

"Nah, gue rasa ada pelajaran tambahan deh."

"Sepertinya, bukan itu deh."

"Lalu, apa kalau bukan pelajaran tambahan?" tanya Fajar berusaha berpikir maksud sahabatku apa.

"Mungkin ada panggilan ke ruangan BK,"

"Hahahaha .....gue rasa selama ini Adikku sepertinya, nggak ada masalah."

"Malah ketawa gue serius, Jar!"

"Iya, gue tau loe serius, Tapi, mikirnya jangan ke arah situ. Yang ada malah gue khawatir,"

"Iya, juga." ucap sahabatku langsung berikan ekspresi bingung.

Selama menunggu di dalam mobil sumpah lama banget, sampai-sampai perutku bunyi dong. Gara-gara enggak pesan makan dulu di kantin! Nafsu makan lagi kurang mood. Setelah terjadi pertengkaran antara sahabatku dengan teman sekantorku. Kadang kurang yakin sih, kalian akan terus menerus marah tanpa adanya penyelesaian akhir.

Sudah berusaha beritahu ke dia kalau ketemu sama temanku, enggak perlu mengajak berantem yang ada malah karyawan lain melihat ke arah kita. Memang sahabatku mau aku terkena hukuman gara-gara tak bisa akur sama karyawan lain? Walaupun selama ini memilih untuk diam sejenak. Jangan dulu membahas kejadian selama di Kantin!

"Jar, itu 'kan adik loe!" ujar sahabatku sambil tunjuk ke arah pintu masuk Sekolah.

"Iya, bener kata loe. Ya, udah loe tunggu di sini ya?"

"Kenapa, Jar? Lagian adik loe mau ke sini kok."

"Hahahaha .....mana mungkin Adik gue tau bahwa Kakaknya baru sampai di Sekolahnya,"

"Loe kali nggak percaya kata gue! Tuh, adik loe sudah ada deket kaca sebelah kanan."

"Astagfirullah," ucap Fajar langsung kaget spontan bilang istigfar.