Kalaupun rencana ini bisa dilakukan dengan baik, pasti aku enggak usah susah payah memberikan alasan tidak masuk akal. Lebih baik jujur saja deh, perihal tahu rencana kita dari siapa? Awas saja kalau misalkan, di kasih tahu oleh mantan terindah pasanganku! Aku pasti kecewa sekali!
Mungkin baru hari ini deh, aku di perlakukan enggak adil oleh pasanganku sendiri. Setahu aku dulu pernah bilang, "Dinaldha, janji tidak akan memikirkan mantanku lagi." Kenyataannya, sama sekali enggak ada yang harus jadi permasalahan. Termasuk urusanku dengan mantan Dinaldha, karena sering ketemu.
Walaupun beberapa kali terkena api kecemburuan di dalam benakku, tapi tenang saja aku enggak akan balas dendam. Cukup mendoakan yang terbaik untuk mantan Dinaldha! Asalkan, jangan pernah mengajak balikan lagi!
Aku pasti akan menemukan dia di perjalanan maupun ke kantornya, karena aku sudah berkomitmen ingin menikah sama pasanganku! Setelah mengumpulkan uang dulu. Supaya Dinaldha cukup duduk saja, tak usah memikirkan uang untuk bayar Gedung dan lain-lainnya. Meskipun terlalu dini mengatakan yang bukan keahlianku.
Sekiranya, hanya sekedar bicara doang sih enggak masalah. Walaupun tahu niat Dinaldha itu supaya aku cemburu padanya, tapi di satu sisi aku merasa tak sepatutnya harus balas dendam. Sering kali bakal melakukan sebuah tindakan mengakibatkan menyakiti hati seorang perempuan!
Namun, setelah di pikir-pikir kembali aku rasa tidak perlu deh. Yang ada malah Dinaldha makin marah padaku, kecuali ada kejujuran dari pasanganku. Kenapa sering ketemu mantan terindah? Apa karena ada kegiatan bersama dia? Please..... kasih tahu dong, jangan membuatku ingin mencari rahasia yang dilakukan oleh kalian berdua.
Sayang sekali aku tak bisa lama-lama, pasti Dinaldha sudah berpikir buruk. Mungkin nanti setelah pertemuan hari ini, aku langsung beritahu ke mereka. Kenapa dia bisa tahu rencana yang bakal kita lakukan?
Walaupun dari lubuk hatiku yang sebenarnya, "Kalaupun mereka tau soal Dinaldha, pasti kurang setuju setelah aku mengatakan yang sebenarnya. Tapi, di satu sisi aku nggak bisa di pendam dalam hatiku. Sumpah tidak kuat menahan sendiri," apalagi perasaanku makin runyam, setelah tahu Dinaldha dekat lagi sama mantannya.
Mungkin rada berat setelah mengetahui apa yang ada dalam pikirannya? Tapi, aku enggak usah mengambil keputusan secara terburu-buru. Yang ada malah terjadi sebuah penyesalan suatu saat nanti, jadi aku perlu berhati-hati mengambil keputusan. Ini hanyalah sebuah pernyataan dariku!
"Sayang kalau sudah bicara sama temanmu, langsung duduk lagi. Awas aja kalau mengikuti teman-teman kurang ajar!"
"Baiklah, ibu negaraku super cerewet."
"Nggak usah panggil pakai sebutan itu," ucap Dinaldha berikan ekspresi serius.
"Jar, kenapa sih pilih cewek serius? Kenapa nggak pilih wanita yang ramah, lembut, dan sabar."
"Heh! Loe ngapain sih suka banget menyuruh Fajar, cari wanita yang ramah dan lainnya? jawab!"
"Sabar, gue 'kan hanya ingin punya pasangan seperti itu. Walaupun loe adalah pasangan teman gue, mengertilah perasaan teman gue."
"Jangan mengadi-ngadi ya, gue mengerti perasaan pacar gue. Bukan cuma loe yang ngerti perasaan dia!" ujar Dinaldha sambil marah-marah kepada temanku.
"Sayang sudah ya, lebih baik kembali duduk. Nanti aku nyusul ke sana," ucap Fajar berusaha sabar walaupun masih kesal padanya.
Uhhhh.... kenapa harus marah-marah segala? Baru sekarang lihat Dinaldha marah segitunya. Padahal aku tidak ada niat ingin berpaling ke perempuan lain! Apalagi kalau misalkan, pasanganku berpikiran mengalami jatuh hati sama sahabatku. Setiap orang punya caranya, tapi Dinaldha harus mengerti perasaanku masih sama. Tidak ada perubahan apa pun soal hati.
Jadi, ketika mendengar obrolan aku dengan temanku. Jangan langsung percaya begitu saja! Bisa saja, mereka melakukan seperti itu. Supaya Dinaldha cemburu! Kita enggak ada yang tahu ke depannya seperti apa?
Please..... misalkan, ketemu lagi cukup berikan senyuman kepada mereka. Jangan sampai ada keributan di kantor! Aku tidak mau permasalahan hari ini, masih di ungkit kembali apabila kalian berdua di pertemukan. Cukup pertengkaran hari ini, dan seterusnya. Apalagi saat ini, bapak manager lihat ke arahku.
Pasti sebentar lagi ada panggilan untukku! Terkait permasalahan kalian berdua. Nanti harus bela siapa? Temanku atau Dinaldha? Kalau enggak ada yang di bela kalian berdua akan marah enggak sama aku? Mestinya, jangan bekerja sama dengan perusahaan yang aku kerja.
Apa pun alasan yang bakal di keluarkan dari mulut Dinaldha. Sebisa mungkin aku sebagai pasangannya harus percaya! Walaupun masih ragu sih, setelah dia bicara suka banget mengalihkan pembicaraan. Topiknya mengenai ini heh..... tak berselang lama jawabnya tidak karuan terus, aku harus percaya?
Kemungkinan sih, enggak bakal percaya harus pakai bukti. Itu pun kalau misalkan, Dinaldha ada buktinya. Tenang saja, aku tak 'kan mendengarkan yang bisa mengubah hatiku. Sebisa mungkin perasaanku tetap sama yaitu Dinaldha Ananda.
Kita sudah cukup lama kenalnya, masa kamu tidak percaya apa yang sudah dikatakan ketika pertama kali pacaran? Seharusnya, ingat perkataan tersebut. Agar hubunganku dengan Dinaldha tetap harmonis, dan sampai ke perlaminan aamiin. Terkadang risih sih, apabila temanku sering menjodohkan ke perempuan lain.
Tapi, aku bakal berusaha keras menghargai saran dari teman kantor. Walaupun ada beberapa di pertemukan sama perempuan diluar sana, dan aku hanya bisa menuruti apa yang di bilang oleh temanku. Hah.... akhirnya, bisa duduk lagi. Sumpah masih ke pikiran terus mengenai perkataan dari temanku.
"Sayang kenapa harus diem setelah duduk?"
"Nggak apa-apa, sayang."
"Yakin, nggak apa-apa?"
"Yakin!" ujar Fajar mengela napas sedalam-dalamnya.
"Oke," ucap Dinaldha langsung percaya apa yang dikatakan olehku.
Suatu saat nanti, setelah aku enggak bekerja di sini. Pasti Dinaldha akan mencariku sampai menemukan pertunjuk, aku berada di mana? Kalaupun ada pemberitahuan olehnya sebisa mungkin untuk menutup sampai aku sampai di Kota masa kecilku yaitu Tasikmalaya. Dan, berusaha memegang janji tersebut.
Awas saja kalau misalkan, teman kantor beritahu keberadaan aku di mana? Tak segan-segan bakal terjadi sebuah insiden lebih menariknya adalah ngomongan dia sudah di rekam. Jadi, enggak bisa berikan alasan di luar nalar. Wah..... pasti hidup dia tertekan, dan berusaha mengingat kesalahan di mana?
Hah..... sudahlah tak perlu memikirkan itu lagi, untuk sekarang lebih fokus bersama pasanganku tercinta. Kapan lagi bisa kerja sama? Teman-teman masa SMA banyak yang tanya mengenai hubungan kita. Apakah sampai sekarang masih menjalin hubungan atau sudah putus?
"Jar, masih berhubungan sama Dinaldha?"
"Widih ...setia sekali ya masih berhubungan. Lah, kita sudah putus di tengah jalan."
"Memang kalian putus gara-gara apa?"
"Biasalah, putus gara-gara berselingkuh."
"Ouh ....gitu tapi, kalian udah ada penggantinya?"
"Belumlah," ucap teman SMA sambil senyum.
"Kalau bisa nanti aja deh, setelah kalian udah punya pekerjaan. Jangan sekarang,"
"Kenapa, Jar?"
"Pasangan, pasti mau apa gitu."
"Oke, kita terima sarannya."