Chereads / KENANGAN BERSAMAMU DI YOGYAKARTA / Chapter 14 - Chapter 14 Semoga Bapak Manager Enggak Tersinggung

Chapter 14 - Chapter 14 Semoga Bapak Manager Enggak Tersinggung

Sebenarnya, agak malas sih sudah susah payah ingin melupakan kenangan buruk. Heh.... malah manager satu ini malah mendukungku untuk ada pertemuan berdua tapi, di satu sisi sering kali mendapatkan pertanyaan menurutku kurang bagus. Untuk di keluarkan dari bibir Dinaldha.

Mungkin suatu hari nanti, pasti dia akan mengerti dengan sendiri. Kenapa aku bersikap seperti ini? Ya, karena aku sudah kecewa sama kamu. Please.... kalau memang Dinaldha masih sayang sama aku, lebih baik intropeksi diri sendiri karena aku sudah muak lihat muka dua dalam dirimu.

Asal dia tahu isi hatiku masih sayang padanya! Heh.... malah dia ingin banget balikan dengan mantan terindahnya, seharusnya 'kan mantan itu perlu di hapus dari ingatanmu. Dan, memperkuat ikatan cinta kita berdua agar bisa menjalin sebuah hubungan sampai ke perlaminan.

Namun, seiring berjalan waktu aku perlu penjelasan dari Dinaldha terkait hubungan kita. Mau di bawa ke mana hubungan ini? Kalau memang punya pikiran ke sana. Aku siap kok, untuk menerima dengan lapang dada. Asalkan, ada kejujuran dari Dinaldha.

Kalaupun masih menyembunyikan sesuatu dari aku, lebih baik putus saja deh. Karena, hubungan kita sudah tidak sehat. Bahkan sampai terjadi pertengkaran selama beberapa bulan ini tapi, entah kenapa aku belum berani bicara mengenai hubungan kita. Dari dulu sih, ingin sekali bicara serius sama Dinaldha.

Heh..... cenderung berlebihan apabila aku memaksa dia untuk bicara denganku, apalagi dalam kondisi lagi marah padaku. Rasanya, enggak mungkin pada saat itu aku langsung to the point. Pada akhirnya, selama ketemu sama pasanganku diam-diam tanpa adanya obrolan sama sekali.

Membuatku mulai berpikir sejenak, "Aku sangat yakin Dinaldha, lagi menyembunyikan sesuatu. Tapi, nggak beritahu kepadaku terkait persoalan rahasia ini. Ya, sudahlah aku pun sudah malas berdebat sama dia. Termasuk permasalahan terdahulu belum di selesaikan,"

Selama aku melamun kembali, teman sekantor sempat menyuruhku untuk pindah ke ruangan yang sudah di sepakati bersama bapak manager perusahaan ini, dan juga Dinaldha. Sayangnya, malah sebaliknya membuatku bingung harus jawab apa? pada saat, pasanganku berikan pertanyaan jebakan batman.

Berharap sih, pertanyaan jebakan batman ini bisa di jadikan sebuah pelajaran untuknya. Kalaupun sikap Dinaldha cenderung ingin mempertahankan hubungan kita, aku putuskan tak 'kan menerima begitu saja. Karena, aku sudah berkomitmen ingin mencari tahu dulu. Semisalkan, dia beneran sudah berubah, dan cara bicara seperti dulu lagi.

Boleh deh, aku akan senantiasa membuka kembali kehadiranmu di kehidupanku. Asalkan, dalam dirinya berhak beritahu kenapa harus bersama mantan terindah? Kenapa enggak beritahu mengenai hal ini kepadaku? Atau memang sengaja supaya aku cemburu padanya? Please.... kita sudah dewasa seharusnya, selesaikan masalahnya dengan cara berpikiran jernih.

"Dinaldha, tunggu dulu!"

"Kenapa, Fajar?"

"Sebenarnya, kamu datang ke perusahaan ini untuk apa?"

"Emang ada yang melarang aku nggak boleh datang ke sini?"

"Nggak ada sih,"

"Ya, udah. Seharusnya, kamu senang kedatangan pasangannya. Ini malah seperti tidak senang aku datang ke sini,"

"Lagian kamu sendiri bahwa mantan segala," ucap Fajar dengan berikan ekspresi cemburu.

"Ouh ....aku sekarang tau kamu cemburu?"

"Aku cemburu sama kamu? Nggak mungkin dong. Daripada kamu berpikiran ke arah sana, lebih baik kamu duduk aja deh."

"Idih ....nggak jelas banget,"

"Biarin," ucap Fajar sangat singkat.

Kadang aku sudah menyesal sudah tanya enggak jelas padanya, tapi di satu sisi aku perlu tahu alasan dia bahwa mantannya untuk apa? awas saja kalau misalkan, ketahuan olehku ternyata mereka sudah balikan.

Itu sudah membuatku tersakiti oleh kelakuan kalian berdua! Tak habis pikir perilaku yang sebenarnya, tak sesuai apa yang sudah di pikirkan sejak dulu. Walaupun kehidupanku dengannya, sudah enggak seperti dulu lagi. Ya, enggak masalah sih paling penting perlu ada keyakinan dalam diri masing-masing.

Selama ini ada kesalahan dalam berucap atau tersinggung oleh ucapan yang sudah keluar dari mulutku? Please.... kasih tahu keresahan dalam diriku apa? sehingga bisa aku perbaiki. Jangan sampai setelah melewati tahun ini, malah dibahas tahun depan.

Kan, aneh sekali seharusnya kehidupan aku tenang. Ini malah membuatku banyak pikiran! Apalagi sampai sekarang pun masih memikirkan sosok lelaki yang katanya, adalah mantan terindah Dinaldha. Berarti selama ini, dia sudah bohong kepadaku. Padahal dulu sebelum menerima cintaku Dinaldha sudah berjanji, "Aku tak, kan menghubungi mantanku lagi. Janji!"

Heh.... malah sebaliknya, Dinaldha sudah melanggar perjanjian tersebut. Dan, satu hal sampai saat ini terheran-heran padanya. Mengenai tulus mencintai seseorang apa pun alasannya, kuharap tidak terpancing oleh pernyataan temannya.

Cenderung maha bahaya apabila resiko sudah cukup prihatin tapi, di satu sisi malah sebaliknya. Hah.... sudahlah aku pun sudah kecewa, mungkin pulang dari kantor enggak bakal ajak dia. Sengaja supaya bisa berpikir selama ini, sudah melakukan sebuah kesalahan cukup fatal.

Bukan berarti aku enggak sayang padanya! Hanya saja, untuk berikan pelajaran untuknya. Agar menyadari kesalahan itu, sudah membuatku cemburu. Seharusnya, sebagai pasangan kekasih berhak jaga perasaan masing-masing.

"Fajar, kenapa selama aku duduk di ruangan ini kamu seolah-olah nggak mau ngomong sama aku? Kenapa, Fajar?"

"Seharusnya, kamu pikir dong! Kenapa sebelum meeting kamu sama mantan untuk apa?"

"Kan, barusan aku sudah bilang mantanku hanya mengantar doang."

"Ouh ....gitu kok, beri ekspresi seperti itu? Bilang aja, bahwa Dinaldha masih sayang sama mantannya ya 'kan?"

"Sumpah ya, Fajar nggak paham."

"Ia, emang aku nggak paham sama isi pikiran Dinaldha!" ujar Fajar sambil pukul meja cukup keras.

"Kenapa ribut-ribut di ruangan ini?" tanya bapak manager langsung buka pintu ruangan ini.

"Tuh, karyawan bapak sudah fitnah saya."

"Fajar, please ..... kendalikan emosinya bisa 'kan?"

"Bisa, pak." ucap Fajar langsung nurut apa yang dikatakan oleh bapak manager perusahaan ini.

Kalau enggak bapak manager bisa saja sih, kunci Dinaldha sampai besok. Ternyata, dia malah mengadu ke bapak. Ya, sudah nanti juga bakal kubalas tunggu saja! Setelah reda sekarang malah di pantau. Sampai membuatku kurang nyaman di tatap oleh bapak manager perusahaan ini. Aku harus apa?"

"Fajar, kenapa sih lihat seperti itu?"

"Iya, karena bapak di sini. Aku kurang nyaman,"

"Yaelah, Fajar Nugraha. Bapak kenal kamu dari kecil, kenapa nggak nyaman? Alasannya, kenapa coba?" tanya bapak manager langsung berikan tatapan serius.

"Iya, Fajar juga tau. Tapi, kan di ruangan ini cukup berdua bukan bertiga."

"Mau Fajar, kalian berdua doang berada di ruangan ini?"

"Iya, pak."

"Oke," ucap bapak manager langsung berdiri dari tempat duduk.

Mudah-mudahan saja, enggak tersinggung oleh ucapanku. Kalau sampai tersinggung wah.... bisa-bisa aku di pecat dari perusahaan ini. Ini harapan satu-satunya, untuk buktikan bahwa aku bisa bekerja di perusahaan lain, bukan perusahaan kedua orang tuaku.