Meski sekarang kita sama-sama melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi suatu hari nanti kita bakal ketemu kembali. Dan ternyata, pikiran dari dulu selalu saja di kabulkan. Ada pertemuan dengan seseorang yang pernah masuk ke duniaku sayang sekali, aku tak bisa menampik bahwasanya dalam diriku merasakan getaran kerinduan.
Mungkin pada saat, kita di sini melakukan istirahat cukup panjang. Lebih baik menghindar saja deh, daripada nanti terkena omelan dari manager perusahaan ini. Meski pada akhirnya, akan sadar dengan sendiri. Bila memungkinkan aku perlu tanya soal cowok itu, siapa? Jangan sampai bilang kepadaku cowok tersebut selingkuhanmu.
Please.... kita sudah sepakat tidak bakal berselingkuh, apabila kita pacaran jarak jauh. Bila memungkinkan, suatu hari nanti bakal terjadi sebuah penyesalan sudah melakukan hal bodoh. Sebenarnya, aku tak ada jaminan bakal mempertahankan hubungan ini.
Selama meeting berlangsung dari lubuk hatiku mengatakan, "Dinaldha, sekarang cara bicaranya sudah berubah. Tidak seperti dulu lagi," meski ia enggak mendengarkan isi hatiku bilang apa? setidaknya, sebagai kekasihnya berhak berikan sedikit semangat padanya. Agar pekerjaan cepat selesai, dan berusaha berpikir positif.
Meskipun tahu betul informasi mengenai dirinya sudah tersebar ke mana-mana, mau berikan klarifikasi enggak ada bukti yang akurat. Ya, sudah aku hanya bisa mendoakan terbaik untuknya. Terkadang aku pun berhak tahu mengenai perubahan bicaranya, jangan sampai membuatku makin penasaran padanya.
Karena, kita masih punya jalin sebuah hubungan kekasih. Itu pun, terasa masih bimbang harus memilih ke siapa? Sekiranya, hanya sebatas teman saja sih ya enggak masalah. Asalkan, jangan sering menjauh apalagi harus berbohong ke pasangan. Itu bisa mengganggu konsentrasi bakal terbagi menjadi dua bagian, yang satu harus memikirkan pekerjaan, dan satu lagi harus mengurus kekasihku kenapa bisa berubah?
Hah.... pokoknya hari ini benar-benar kurang nyaman, setelah mengetahui perusahaan ini akan bekerja sama dengan Dinaldha. Kalaupun aku punya pemikiran positif, dan berusaha lihat ke depannya. Wah... terjamin deh, tidak bakal bekerja sama dengan kekasihku. Ini juga demi kebaikan bersama! Atau mungkin perlu buat peraturan selama di kantor jangan bahas masalah kita berdua.
Jika, memang hal tersebut dapat di terima oleh Dinaldha. Kalau misalkan, enggak menerima dengan lapang dada. Dengan terpaksa untuk mengundurkan diri supaya tidak terjadi permasalahan cukup berat, itu sih harapan dariku sebagai pacarnya.
"Jar, kenapa sih benci sama dia? Padahal cantik loh."
"Iya, menurut loe cantik luar doang. Dalamnya beuh ....pasti loe akan menyesal menerima cinta dari dia."
"Wih .....sepertinya, ada yang marah nih. Cerita dong apa masalahnya? Siapa tahu kita bisa membantu loe?"
"Hahahaha ..... hahahaha ...,"
"Malah ketawa kita serius loh, mau bantu loe."
"Ini serius atau hanya mau kenalan sama pacar gue?"
"Hmmmm ....,"
"Kenapa diem? Sudah gue duga pasti loe semua hanya memikirkan dirinya doang. Sedangkan, perasaan teman loe nggak di pikirin. Itu namanya egois."
"Jangan baper dong, Jar." ucap teman sekantor.
"Siapa yang baper?"
"Iya, loelah."
Tak habis pikir kenapa semua teman sekantor ingin kenalan dengan Dinaldha? Sudah tahu aku lagi marah sama pasanganku. Heh.... pura-pura mau bantu aku agar bisa selesaikan masalahnya, tapi dengan tujuan untuk kenalan sama mereka. Pasti bakal pakai jurus gombalan seperti di sosial media.
Memang aku tidak tahu soal itu hah! Selama di rumah aku hanya tonton video enggak jelas. Bahkan, enggak tidur selama tiga hari. Alhamdulillah, enggak merasakan jatuh sakit masih kuat melaksanakan pekerjaan menurutku cukup berat. Apalagi manager kita memaksa untuk lembur sampai tengah malam.
Meskipun tahu sih, di kantor ini benar-benar ada makhluk halus tidak dapat dilihat oleh teman sekantor, sumpah ya selama ini aku hanya bisa mendoakan agar tidak di ganggu oleh mereka. Heh..... dapat teror enggak tahu dari siapa?
Dengan terpaksa harus melakukan sesuatu! Supaya ketakutan dalam diriku tidak terlihat oleh mereka, meski sejauh ini hubunganku dengannya cukup prihatin. Setiap hari hanya bisa lihat foto kita berdua! Bahkan kalau mau ketemu sama Dinaldha perlu beritahu dulu. Kan, aneh dan bingung kenapa harus beritahu dulu?
Setahu aku ya, kerinduan enggak boleh lama-lama. Kenapa? Karena, takut tidak kuat menahan kerinduan sama pasangannya. Lebih baik ketemu langsung tanpa harus beritahu dulu! Ini sih, keinginanku bukan keinginan orang lain. Kalau menurut orang lain sih, aku terlalu berlebihan menanggapi pasangan sendiri.
Ya, bagaimana ada kekhawatiran dalam diriku? Takut pasanganku berpaling ke lelaki lain. Kita sebagai berhak khawatir padanya termasuk ya, hubungan ini harus mampu mempertahankan sampai ke perlaminan. Kalau misalkan, putus di tengah jalan. Kurasa bakal mengalami sakit hati untuk kedua kalinya!
"Jar, jawab dong! Jangan melamun mulu kita lagi meeting sama pacar loe."
"Iya, gue juga tau. Tapi, gue sudah malas liat wajah dia."
"Kalau sudah malas liat wajah Dinaldha, kenapa tidak putus aja?"
"Apa maksud loe bilang seperti itu?"
"Heh .... maksudnya, gini ya loe jangan marah dulu."
"Kalian berdua kenapa harus ribut di ruangan meeting?" tanya Dinaldha dengan nada bicara sangat tegas.
"Ia, nggak apa-apa kita berdua hanya salah paham." ucap teman sekantor berusaha menutupi apa yang terjadi sebenarnya.
"Oh, oke. Kalau misalkan, dari kalian tidak ada masalah."
"Loe sih, seharusnya barusan loe yang harus jawab bukan gue."
"Malas hah!"
"Sumpah ya, sekarang Fajar sudah nyebelin."
"Biarin," ucap Fajar langsung kembali duduk.
Walaupun aku sudah membuat teman sekantor terpancing oleh perkataanku asalkan, jangan timbul pertengkaran di ruang meeting. Bisa-bisa nanti sama Dinaldha aku akan di keluarkan dari ruang meeting! Karena, sudah mengetahui sikap dan perilaku dia seperti apa? sedangkan, mereka yang baru kenal belum tentu kenal luar dalam.
Please.... jangan sok tahu apabila enggak tahu apa-apa, yang malu siapa? Ya, merekalah bukan aku. Karena, selama ini hubunganku dengan Dinaldha sulit untuk dipisahkan. Padahal kedua orang tuaku kurang setuju, tapi tetap saja di pertemukan kembali di sini.
Sepertinya, kita berjodoh setiap ada pertemuan pasti ada Dinaldha. Kecuali, kalau misalkan ada terjadi sesuatu padanya. Baru deh, enggak bisa bertemu denganku. Tanpa adanya, beritahu soal permasalahan dia yang lagi di hadapi. Terus terang, barusan aku bicaranya secara jujur. Tanpa adanya, rahasia tersimpan dalam diriku kalau misalkan, dari kalian mau tahu soal Dinaldha.
"Kepada Fajar Nugraha, mohon setelah selesai meeting hari ini. Ada pertemuan dengan Dinaldha, tempatnya akan kasih tahu melalui pesan WhatsApp kalian berdua. Karena, bapak nggak bisa kasih tahu ke karyawan lain. Ini urusan pribadi bukan urusan pekerjaan,"
"Baik, pak." ucap Dinaldha sambil tersenyum.
"Untuk saudara Fajar Nugraha gimana?"
"Baiklah, pak. Dengan senang hati," kataku sambil tersenyum dengan terpaksa.