Kenapa ya, semua berkaitan dengan temanku selalu membicarakan tentangku? Apalagi di hadapanku. Sebenarnya, aku marah sih sama mereka. Hanya saja, perlu berhati-hati untuk menyampaikan ini semua. Mungkin dari mereka bakal merasakan apa yang kurasakan sekarang?
Untuk sekarang harus lebih berhati-hati bicara sama mereka, dan termasuk ucapan dariku perlu di lem agar tidak keceplosan. Nanti malah makin bahaya bahkan, tak bisa berkutik apa pun setelah mengetahui pertanyaan seperti apa? please..... hidupku sudah enggak karuan heh.... malah di tambah masalahnya.
Setiap orang mempunyai pendapat, dan pikiran berbeda-beda. Seharusnya, mereka perlu menghargai pendapat yang sudah dikeluarkan. Ini malah seperti sengaja supaya aku marah! Sayang sekali untuk sekarang aku tak bisa mengurus kalian. Karena, aku sudah ada keperluan. Mudah-mudahan saja, Dinaldha enggak mengikutiku.
Nanti aku harus jawab apa? apabila dirinya berikan pertanyaan jebakan batman. Mohon sekali untuk sekarang jangan dulu bertemu denganku! Sampai kondisiku sudah membaik. Baru deh, boleh ketemu asalkan jangan pernah soal masa lalu kita.
Terkadang apa yang kuucapkan belum tentu ia mendengarkan, biasanya sering melanggar yang sudah di sepakati bersamaku. Termasuk permasalahanku dengannya enggak asing di telinga yang kenal kepada kita berdua. Berhubung di sini tidak tahu soal ini, lebih baik tutup rapat-rapat agar enggak terbongkar teman sekantor.
Meskipun cuaca hari ini mendung sebentar lagi, akan turun hujan. Semoga saja selama bekerja sampai pukul 17.00 sore, hujannya sudah reda agar aku bisa jemput Adikku tercinta. Jangan sampai pulang duluan! Tak habis kenapa sekarang berasa di ambang kekecewaan. Setelah lihat seorang perempuan berjalan berdua dengan seorang cowok, padahal hatinya masih ada namaku.
Aku sudah berusaha mempertahankan hubungan ini, sampai ke jenjang pernikahan. Tapi, seolah-olah kehidupan dia seperti enggak ada pasangan. Sumpah aku kecewa sekali sama tingkah laku pasanganku sendiri, teman sekantor malah menyuruhku untuk melupakan kenangan bersamanya.
Sedangkan, aku sendiri memutuskan untuk mempertahankan hubungannya. Meski, terlalu keras kepala tidak mau mendengarkan apa yang dibicarakan oleh temanku. Padahal semua bicara ada benarnya, tak habis pikir dalam diriku memiliki rasa khawatir apabila Dinaldha memilih mantan terindahnya. Dan, berusaha melupakan pasangan yang sekarang alias putus.
Kadang aku pernah melamun selama kerja, tapi bos selalu mempersilakanku untuk merenung sejenak. Bahkan, semua teman sekantor iri kepadaku. Sampai membuatku frustrasi memikirkan sikap dari mereka kenapa? Apa yang salah dalam diriku selama ini? Heh.... ternyata, tidak ada jawaban.
"Kalian kenapa sih, daritadi diem mulu? Padahal aku lagi tanya soal pekerjaan loh."
"Seharusnya, loe pikir dong kita juga punya masalah."
"Nah, ini gue nggak paham maksud kalian apa?"
"Bisa nggak sedikit peka bahwa kita iri sama loe!"
"Benar-benar dah, sumpah gue nggak paham sama kalian semua. Kalau memang gue punya salah ya, udah gue akan minta maaf dengan tulus." ucap Fajar langsung berubah ekspresi.
"Oke, kalau itu mau loe. Kita akan memaafkan kesalahan dari loe!" ucap perwakilan teman sekantor walau tanpa adanya, senyuman terpancar dari bibirnya.
Salah satu supaya mereka tidak berpikiran negatif terhadapku, lebih baik cari tahu sendiri. Daripada nanti terkena imbas masalah ini, tak 'kan usai apabila salah satu dari kita enggak ada yang mengalah. Mungkin tidak semua orang bakal setuju pernyataan dariku! Hah.... sayang sekali aku tak mampu baca isi hati mereka seperti apa?
Kalaupun bisa nih, pasti sekarang sudah to the point kepada mereka. Tidak perlu susah payah berikan pertanyaan kepada mereka! Sikap seperti itu, membuatku jijik enggak bisa berpikir dewaasa. Berhubung aku masih butuh mereka sehingga, dengan terpaksa perlu namanya kesabaran.
Semoga saja dalam diriku masih kuat hadapi mereka dengan ikhlas tanpa adanya, paksaan melekat dalam diriku. Tidak berselang lama ada yang masuk ke ruangan meeting! Tak kusangka ternyata, klien kita adalah Dinaldha. Aduh, bisa-bisa aku tak kuat memandang pasanganku di hadapan teman sekantor.
Jantungku benar-benar makin berdebar! Padahal sebelumnya, enggak seperti ini biasa-biasa saja. Ini kok, makin tidak karuan untuk melihat kecantikan dari pasanganku. Seharusnya, kan semangat ada pasangan. Ini malah seperti enggak mau ada dia di sini? Fix ini perlu di perbaharui pikiran tidak suka menjadi suka kehadiran Dinaldha di sini.
"Selamat pagi, semua perkenalkan nama saya Dinaldha Ananda. Saya di sini bakal membantu perusahaan ini, makin berkembang, dan mampu bersaing sama perusahaan lain. Mudah-mudahan aja, dari kalian bisa menerima kehadiran saya di sini."
"Kita cukup senang kehadiran sosok perempuan seperti kamu! Oh, ya Dinaldha asli Yogyakarta atau dari luar Yogyakarta?"
"Itu orang suka banget berikan pertanyaan asli orang mana?" tanya dalam hatiku benar-benar bete.
"Jar, kenapa wajahnya bete banget?"
"Iya, nggak apa-apa."
"Oke!"
"Saya asli Tasikmalaya, tapi pernah tinggal di Yogyakarta cukup lama. Satu hal yang saya ketahui ternyata, di sini ada karyawan bernama Fajar Nugraha. Apakah betul?"
"Betul, Dinaldha. Heh .....tunggu dulu kenapa kamu tanya soal itu?"
"Iya, karena Fajar Nugraha itu pasanganku sudah berkomitmen bakal menikah dalam waktu dekat ini." ucap Dinaldha sambil tersenyum ke arahku.
Waw.... waw.... waw ternyata, pasanganku masih ingat kepadaku. Aku kira sudah melupakan sosok pasangan yang bernama Fajar Nugraha! Sehingga aku pun berniat ikut melupakan sosok pasangan bernama Dinaldha Ananda. Kalau seperti ini sih, lebih baik kurangi pikiran negatif.
Walaupun aku pun masih sayang padanya! Jadi, kemungkinan hidupku bakal bahagia apabila pasangaku bersama Dinaldha bukan sama perempuan lain. Termasuk perempuan seolah-olah sangat cinta kepadaku kenyataannya, malah sebaliknya aku tidak suka sama perempuan sering berikan sesuatu.
Kenapa uang yang sudah terkumpul lebih disimpan di Bank? Agar aman saja, daripada tersimpan di dalam dompet. Ujung-ujungnya malah ada pencurian membuatmu makin kepikiran terus, curhat kepadaku mendengar sambil mencari solusi maupun jalan keluar.
Kalau sekali sih, ya enggak masalah. Ini sering kali membuat konsentrasiku terbagi menjadi dua bagian. Satu harus selesaikan pekerjaan, dan terakhir harus membantu sosok perempuan cari solusi. Sebenarnya, aku pun merasakan betapa berat jalani kehidupan di dunia. Seperti tidak ada sosok Ayah maupun Ibu untuk di didik!
"Fajar Nugraha, gimana kabarnya?"
"Jar, tuh di panggil sama calon pasangan masa depanmu."
"Iya, kenapa teman-teman?" tanya Fajar dengan spontan terbangun dari lamunan.
"Nah, ini nih kebiasaan Fajar suka melamun. Untungnya, saya masih sayang padanya. Kalau nggak wah ....bisa-bisa berpaling ke cowok lain,"
"Itu maksudnya, gimana Dinaldha?" tanya Fajar sedikit marah sama Dinaldha.
"Hahahaha ....kelihatan sekali bahwa loe itu masih memikirkan dirinya sendiri dibanding pasanganku butuh kasih sayang,"
"Wah .... sumpah ya, cowok itu harus berikan pukulan agar sadar," ucap dalam hati berusaha tersenyum.
Sayang sekali aku sudah kecewa sama Dinaldha!