Aku begitu ragu apabila kita masih mempunyai ikatan kasih sayang satu sama lain, meski pada akhirnya tergantung kondisi dalam dirimu seperti apa? walaupun belum sepenuhnya menyakinkan setidaknya, perlu memberikan support. Biar dia bersedia mendengarkan penjelasan yang membuatku tersakiti oleh perkataannya.
Aku tak, kan pernah berhenti untuk berikan pertanyaan padanya. Walaupun yang sebenarnya, dalam diriku tidak begitu peduli ketika mengetahui pernah jalan berdua bersama mantan terindahnya. Rada menyebalkan ketika kondisi hatiku benar-benar rapuh, pasti dia merasa paling suka memperlihatkan kemesraan bersama mantannya.
Heh.... sering kali di tempat yang biasa kita berkumpul, tetap saja ada seorang perempuan wajahnya begitu mirip dengan Dinaldha. Setelah mendekatinya malah menyuruhku untuk tinggalkan tempat ini! Please.... tolonglah jangan seperti itu, aku hanya ingin bicara baik-baik.
Walaupun bersikap seperti anak kecil setidaknya, pemikiran seperti dia. Cenderung membuatku susah untuk bertemu, apalagi semenjak putus pun enggak pernah sekalipun ingin melakukan balas dendam.
Plesase.... hidupku sudah sangat berarti sekarang! Jangan pernah sekali-kali melakukan hal bodoh, apa pun alasannya keluar dari mulut teman sekelas. Tidak akan percaya kalau berikan sebuah bukti karena, aku sudah yakin semua apa yang dibicarakan oleh mereka hanya omongan kosong.
Mungkin aku sudah mengenali karakter temanku seperti apa? apalagi ada sosok lelaki yang perlu di waspadai oleh siapapun yang kenal padanya. Setiap orang butuh sekali pertemanan yang mampu mengerti karakter kita seperti apa? lah, lelaki yang aku maksud boro-boro mengerti. Yang ada malah mendesak supaya kita mengerti sosok ini tapi, anehnya kenapa dia tidak mengerti kita?
Itu doang, sampai sekarang masih menimbulkan berbagai pertanyaan yang perlu di jawab oleh dia. Aku di sini tidak bermaksud ingin menyindir atau bagaimana? Sekiranya, hanya sekedar bicara perihal pelajaran ya silakan saja.
Aku pun tidak akan jadi, masalah apabila itu keinginan dia. Percuma aku cerita dari awal sampai akhir, karena menceritakan itu membuatku teringat kembali punya masalah sama dia. Sampai sekarang masalah tersebut belum selesai bahkan, sampai rela untuk mengalah demi kebaikan bersama.
Semenjak pertemuan kali ini, cenderung membuatku malas berjumpa apabila ada acara reuni di Sekolah ternama di Yogyakarta. Hah.... kenapa sih, harus ingat kejadian yang sudah berlalu? Untungnya, teman sekantor tidak memperhatikanku. Nanti bisa gawat apabila lihat kondisi aku masih rapuh!
"Jar, ngapain sendiri mulu? Sinilah! Duduk bersama kita."
"Hah! Gue tau kenapa loe duduk sendiri mulu?"
"Memang loe tau apa yang di pikirkan oleh, Fajar?"
"Taulah! Mau cerita sekarang atau nanti setelah pulang kerja?"
"Nggak perlu cerita itu sudah berlalu!" ujar Fajar masih berikan ekspresi dingin.
"Ya, udah kalau itu keinginan teman kita. Aku nggak bisa menceritakan,"
"Sip! Makasih sudah nggak ceritakan mengenaiku."
"Ia, sama-sama." ucap seorang lelaki berambut krtiting sambil tersenyum padaku.
Aku sudah tidak tahan apa yang dilakukan oleh mereka? Padahal selama ini aku tidak pernah menceritakan mengenai mereka. Kenapa seolah-olah hidup di dunia terkesan enggak adil? Kenapa? Ingin sekali pindah dari Bumi ini ke Bumi sebelah. Itu pun, kalau ada ya.
Kalau misalkan, tidak ada ya aku pasti mencari sampai dapat. Terkadang hidupku penuh namanya drama keluarga, drama berantem sama pasangan, dan semua drama tersebut cenderung membuatku pusing untuk memikirkan hal tersebut. Apalagi masalahnya sampai bertahun-tahun hidupku di hantui oleh ancaman dari dia.
Kadang aku pernah bertanya padanya, "Kenapa loe melakukan hal bodoh? Sampai gue tak bisa berkutik sama sekali. Kalau memang punya salah ya, cerita dong, jangan di pendam dalam hati. Termasuk mau melakukan balas dendam sedangkan, gue tidak tau apa-apa." pertanyaan dariku sama sekali enggak di jawab oleh dia.
Entah mengapa punya firasat bahwa dia bakal menghampiriku sekali lagi? Percayalah apa yang terjadi dalam pikiranku! Jika, benar terjadi apa yang harus kulakukan? Aku enggak temanku terlibat masalahku. Yang ada malah kalian terkena imbasnya, dan satu hal lelaki tersebut karakter benar-benar keras kepala.
Tidak terjamin kalian semua bisa melakukan sendiri tanpa adanya, bantuan dariku. Bukan bermaksud tidak percaya tapi, ini 'kan masalahku. Seharusnya, aku dong yang harus menyelesaikan terdahulu. Jangan sampai rencanaku di ketahui oleh dia! Karena, aku tidak mempunyai rencana kedua bakal melakukan apa?
Sehingga rencana ini perlu di sembunyikan, agar tidak ketahuan oleh lelaki kurang ajar, dan berusaha menunduh pernah melakukan tindakan kurang pantas. Tidak termasuk pasangan dia, perempuannya sangat mulia apalagi pernah membantuku untuk kasih trip agar pikiranku bisa dewasa. Sedangkan, pasanganku Dinaldha boro-boro kasih trip. Yang ada dalam pikirannya hanya selalu mengingat mantannya.
Sedangkan, kelakuannya seperti anak kecil. Marahnya enggak jelas bahkan, aku tidak menyadari dia punya masalah sama temanku. Wah.... kadang kehidupan bersamanya tidak bakal bersama lagi, kenapa? Karena, aku sudah muak sama tingkah lakunya. Lebih baik menghindar dulu dari dia.
Meski pesan WhatsApp Dinaldha tidak pernah kubalas, berhubung dalam diriku masih mengalami sakit hati. Gara-gara dia sendiri kenapa harus ingat mulu sama mantan? Kenapa jarang berikan perhatian kepadaku?
"Jar, mana pacarmu kok nggak datang ke kantor?"
"Iya, Jar. Kan, biasanya suka datang ke sini. Kenapa sekarang nggak datang?"
"Please .... untuk sekarang, dan seterusnya jangan dulu bahas mengenai pasanganku." ucap Fajar dengan bicara sangat tegas.
"Lah, kenapa? Alasannya harus jelas dong."
"Maaf, aku tidak bisa ceritakan ke kalian!"
"Oke, kalau sama aku gimana bisa dong cerita?" tanya seorang perempuan sambil tersenyum kepadaku.
"Jar, dia siapa?"
"Gila sih, Fajar sekarang banyak fans."
"Kamu siapa ya? Kok, aku tidak tau."
"Mau tau banget atau mau tau aja"
"Mau tau banget!"
Semenjak ada seorang perempuan seperti dia, seolah-olah ingatanku mendadak lupa mengenai perkembangan hubunganku dengan Dinaldha. Selepas dari situlah aku suka sekali memandang bahwa perempuan lebih sempurna dari Dinaldha. Please.... jangan pernah membuatku kembali merasakan jatuh cinta seperti apa?
Kalau sampai rasakan jatuh cinta bisa-bisa membuatku bisa berpaling kepadanya! Bukan itu saja sih, masih banyak yang belum ketahui seorang perempuan ini. Kenapa bisa kenal kepadaku? Sedangkan, aku enggak pernah kenal padanya. Seiring berjalan waktu hidupku tidak begitu tenang, dan bingung seketika.
Lebih baik keadaan apa pun orang lain perlu namanya, rasakan apa yang kurasakan sekarang. Hatiku tak bisa bohong harus berbuat apa? apalagi semenjak kedatangan seorang perempuan seperti dia. Please.... jangan pernah berikan tatapan seperti itu, bisa-bisa membuatku jatuh hati padanya.
"Jar, jawab dong! Jangan diem mulu."
"Jangan-jangan Fajar, sudah terpesona padanya. Aku sih, yakin banget."
"Nah, betul apa yang dikatakan oleh kamu. Kelihatan sekali Fajar, jatuh hati."
"Mungkin kita sebagai temannya, perlu berikan dukungan. Agar Fajar, tidak lagi memikirkan Dinaldha terus."
"All right!" ujar teman sekantor.
Hello, kalian ya memang aku enggak mendengar apa? kalian bicara apa?