Chereads / KENANGAN BERSAMAMU DI YOGYAKARTA / Chapter 8 - Chapter 08 Semoga Akur Kembali

Chapter 8 - Chapter 08 Semoga Akur Kembali

Tak kusangka ternyata, sekarang Adikku sudah punya teman. Lah, biasanya ia selalu cerita mengenai perkembangan pertemanan sejauh ini bagaimana? Kenapa sekarang sangat cuek padaku? Mungkin ada desakan dari temannya atau bagaimana? Please.... beritahu dong, agar tidak mengalami berpikiran aneh padanya.

Walaupun aku cukup berlebihan meminta kepadanya, semenjak dari situlah aku merasa seorang perempuan perlu di jaga. Takutnya, tertekan ketika punya masalah cukup berat. Apalagi perihal permasalahan yang sedang dihadapi oleh kedua orang tuaku, dia belum tahu karena saking sibuknya.

Mudah-mudahan saja, setelah aku berikan penjelasan secara detail. Membuatnya makin peduli, sayang, dan selalu bersama keluarganya. Apalagi sampai pulangnya terlarut malam, mungkin aku tak begitu khwatir. Tapi, kan Ayah maupun Ibu bakal khwatir sama anak paling bungsu satu ini.

Kalaupun punya masalah sama orang tua kita, kan bisa cerita enggak perlu di pendam dalam hati. Yang ada malah makin bingung, dan susah untuk bertemu sama Adikku. Saking dalam dirinya merasa paling benar, dan lupa bahwa di rumah masih ada orang tuanya.

Please..... jangan seperti anak kecil lagi! Apalagi sebentar lagi mau masuk Kuliah. Sikap anak kecil perlu di hilangkan! Apalagi kalau mempunyai pasangan pasti dalam hatinya, "Idih .... pacarku kok, kayak anak kecil. Setahu aku kenal sama dia bener-bener pemikiran dewasa lalu, kenapa bisa berubah? Mengapa bersikap seperti ini?"

Aku tak, kan beritahu ke temanmu yang katanya lagi marahan. Gara-gara memperebutkan satu lelaki! Padahal di Sekolah banyak kok, lelaki lebih ganteng darinya. Kenapa harus pilih dia sih? Mungkin sosok ini membuat kedua wanita di rumah merasa paling cocok bersanding bersama kalian berdua.

Satu hal yang perlu di tanamkan dalam benaknya, "Jangan sampai tali silaturahmi berantakan gara-gara menaruh harapan sama satu cowok, tolonglah bersikap dewasa kalian sudah SMA." Sayang sekali aku tak bisa mengatakan secara langsung kepada kalian, karena takut bawa perasaan.

Pasti aku yang salah sedangkan, kalian paling benar. Jadi, lebih baik tunggu waktu paling tepat! sebenarnya, bisa saja memotong bicara kalian. Hanya saja, setelah di pikir-pikir kembali rasanya perlu deh bicara secara jujur. Kalaupun dari kalian masih mau berteman sampai tua kelak!

"Loe ngapain sih bahas cowok itu, kan bisa bahas lain?"

"Mau ngomong sebelumnya tapi, kan itu bukan urusan gue."

"Hahahaha .... pura-pura nggak denger, gue denger kok loe ngomong cowok barusan."

"Sumpah gue nggak ngomong cowok itu,"

"Terserah loe! Gue nggak bakal percaya lagi sama loe. Karena, sudah menyakiti hati gue." ucap teman Adikku langsung meninggalkan rumah.

"Kakak mau ngomong serius sama kamu!"

"Kak, tunggu! emang Kakak mau ngomong apa kok, serius?"

"Mengenai pembicaraan kalian berdua,"

Sebisa mungkin urusan seperti ini, segera mungkin di selesaikan. Daripada nanti masalah makin runyam! Apalagi ada kaitannya dengan lelaki membuat kalian merasakan jatuh cinta. Hal-hal seperti ini perlu dibicarakan agar masalahnya tidak semakin runyam! Satu hal sampai sekarang belum tahu sosok lelaki seperti apa?

Karena, Adikku tak kunjung memperkenalkan kepadaku. Please.... katakan saja secara jujur kepadaku, kalau memang dia belum bisa bicara jujur sama Ibu maupun Ayah. Ini sih, terserah kalau keadaan seperti ini lebih baik cerita. Nanti akan mempertemukan solusi, dan jalan keluar.

Hah.... mudah-mudahan saja, Adikku bersedia menceritakan semua secara jelas. Awas saja, kalau misalkan masih menyembunyikan fakta-fakta yang belum terucap dari bibir kamu. Sekiranya, sekedar malu ternyata seorang perempuan juga mempunyai masalah.

Aku pun sebagai Kakaknya masih ada masalah yang belum terselesaikan! Jadi, jangan malu menceritakan semuanya. Jika, suatu hal ada kaitannya dengan perjanjian lebih baik mempertemukan sama seseorang tersebut. Aku tidak mau terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan dia merasakan sakit hati!

Aku rasa perlu deh, mengingatkan dari sekarang. Daripada nanti mendapatkan sebuah teguran dari orang tua, mau pilih mana? Harus bisa memilih ini juga demi kebaikan Adikku. Bukan orang lain. Terserah sih, kalau memang belum bersedia mengatakan jujur kepadaku. Pastinya, aku akan mengawasi kalian berdua.

Supaya tidak terjadi sebuah insiden pertengkaran, mengakibatkan masuk penjara. Terus, kedua orang tuanya merasa sudah gagal mendidik jadi anak baik, sholehah, dan pemikiran seperti anak kecil. Penyelesaian masalahnya harus pakai cara kekerasan, bukannya bermaksud membahas masa laluku seperti apa?

Ini sekedar mengingatkan saja! Kalau misalkan, ada informasi tidak sesuai fakta. Tak segan-segan bakal melaporkan kalian ke pihak kepolisian! Tanpa kasih tahu ke orang tuanya. Karena, ini adalah jalan satu-satunya. Mungkin aku terlalu posesif kepada Adikku sendiri, sehingga dari tadi hanya tunduk tanpa mengeluarkan satu kalimat.

"De, kenapa diem aja dari tadi?"

"Lagian Kakak ngapain harus ikut campur urusan aku?"

"Iya, Kakak peduli sama kamu. Masa seorang perempuan menyelesaikan masalah pakai cara kekerasan."

"Heh? Tunggu dulu! Kenapa, Kakak tau soal itu? Wah .... jangan-jangan selama ini mantau aku terus ya, kan?"

"Nggak juga,"

"Lalu, dapat informasi ini dari siapa?"

"Karena, informasi sudah tersebar ke mana-mana."

"Maksudnya, gimana?" tanya Adikku langsung bingung.

"Maksudnya, gini informasi mengenai masalah kalian berdua. Sudah tersebar di sosial media," ucap Fajar berusaha sabar, dan tersenyum padanya.

Langsung panik dong, Adikku aku kira bakal tenang seperti tidak punya rahasia. Wah.... jangan-jangan Adikku sudah sembunyikan masalah ini dari lama, kenapa aku tidak tahu? Makin perlu hati-hati apabila dia mau keluar rumah mau ke mana? Asalkan, jangan terlalu posesif yang ada malah dia enggak nyaman dekat sama Kakaknya.

Jadi, sebisa mungkin aku perlu tenang. Jangan gegabah ambil keputusan sebisa mungkin pakai pertimbangan, semua masalah pasti punya solusi dan jalan keluar. Terkadang hidupku maupun hidup dia tidak begitu bahagia, apalagi kondisi keluargaku makin tidak karuan.

Lebih baik simpan saja, dalam hati masing-masing. Menunggu waktu paling tepat, dan keduanya tidak ada masalah lagi. Baru deh, cerita dari awal sampai akhir masalah Adikku kenapa dapat masalah cukup berat? Asalkan, dalam dirinya harus memiliki keberanian.

"Kak, kenapa harus tau soal masalah aku?"

"Kan, tadi sudah katakan Kakak peduli sama kamu."

"Hah? Sepertinya, Kakak bohong ya?"

"Kakak serius, de!"

"Aku sama sekali nggak tahu, apa pun alasan dari Kakak. Ade tak 'kan percaya lagi!" ujar Adikku langsung meninggalkanku sendiri di ruang tamu.

Tuh, kan beginilah sosok Adikku tak bisa berpikir dewasa. Padahal aku ingin bantu doang, kenapa harus tinggalkanku sendiri di ruang tamu? Padahal aku enggak ada maksud ingin ikut campur masalah Adikku. Sekiranya, masalahnya membuat kamu merasa terbebani cerita saja. Enggak usah di pendam sendiri!

Yang ada malah Adikku terjatuh sakit saking banyak pikiran! Mudah-mudahan saja, marahnya reda dan kita bisa akur lagi seperti dulu lagi.