Chereads / KENANGAN BERSAMAMU DI YOGYAKARTA / Chapter 7 - Chapter 07 Teman Adikku Datang Ke Rumah

Chapter 7 - Chapter 07 Teman Adikku Datang Ke Rumah

Kalau aku lihat kedua orang tuaku, merasa kembal ke masa-masa aku masih duduk dibangku SMA dulu. Mungkin semua teman SD sampai sekarang belum tahu, bahwa aku pernah pacaran sama seorang perempuan selama 3 tahun. Kalaupun mereka tahu wah... terjamin deh, hidupku tak 'kan tenang.

Bahkan, bisa saja akan berikan pertanyaan menurutku kurang pantas. Dan, suatu ketika ada seorang perempuan entah siapa namanya? Mungkin saja kenal kepadaku atau hanya sebatas kenal doang. Aku pun sama sekali tidak tahu soal itu, karena dalam karakterku yang sebenarnya tak begitu peduli mau berikan pertanyaan mengenai apa?

Asalkan, jangan mengungkit privasiku. Yang ada malah aku kurang nyaman dekat sama mereka, ini enggak termasuk orang tuaku. Tapi, kan suatu saat pasti ketahuan aku pernah pacaran dan sudah melanggar peraturan yang sudah di sepakati bersama.

Walaupun yang sebenarnya, aku merasa dag-dig-dug ketika pertanyaan jebakan. Bukan bermaksud ingin bicarakan dari belakang tapi, aku sama sekali enggak tahu isi hati mereka mau melakukan apa? apalagi teman sekelasku pada tahu itu pun, aku tidak pernah ceritakan persoalan masalah orang tuaku.

Kadang aku kesal loh, setiap ada pembahasan mengenai hal tersebut. Membuatku susah untuk bicara secara jujur! Mungkin dari lubuk hatiku selalu mengatakan, "Kalau aku terlalu jujur sama mereka, bisa aja diberitahu ke orang tuaku. Bahwa aku pernah pacaran ketika masih duduk di bangku SMA,"

Alhamdulillah, selama 3 tahun yang sudah berlalu belum ada informasi dari mereka. Ada niat ingin beritahu kepada orang tuaku! Walaupun merasa terganggu oleh kehadiranku, mohon banget kasih tahu secara jujur. Jangan di pendam dalam hati takut, kalian enggak kuat merasakan sakit hati selama bertahun-tahun.

Please.... aku harap harus ada pemikiran dari kalian secara dewasa, dan satu hal yang perlu aku selidiki selama masih bersama mereka. Bahwa aku pacaran juga dengan terpaksa, bukan karena ketulusan mencintai mantanku. Pada waktu itu, memang aku lagi kesepian menunggu siapa pasangan masa depanku?

Terkadang permasalahan terdahulu masih tersimpan sampai sekarang! Apalagi di tambah kehadiran masalah kedua orang tuaku belum usai. Nah, kalaupun aku bisa selesaikan masalah sekarang, pasti dari tadi Ibu tak 'kan menaruh tangan di kepala Ayah. Dan, baru kali ini Ayah enggak terpancing perkataan dari Ibu.

"Ayah nggak marah sama Ibu?"

"Nggaklah, buat apa Ayah marah sama Ibu?"

"Iya, karena selama di meja makan pasti ada debat. Kok, hari ini biasa-biasa aja. Pasti Ayah ada yang sembunyiin dari kita?"

"Hahahahah .... hahahaha kok, anak paling pertama kepo banget ya urusan Ayah. Ayah mau tanya ke Fajar,"

"Boleh aja, tapi mau tanya soal apa Yah?"

"Ini misalkan, Fajar lagi menyembunyikan sesuatu. Nah, Ayah maupun Ibu boleh tau nggak?" tanya Ayah dengan berikan tatapan serius.

"Ya, pasti tak 'kan beritahu ke Ayah maupun Ibu. Karena, privasi nggak boleh kasih tau."

"Nah, tuh 'kan Ayah pun nggak bakal kasih tau heheheh."

"Lalu, yang kemarin telepon sembunyi di kamar mandi itu siapa?" tanya Ibu tatapan sangat serius.

"Biasalah, klien Bu." ucap Ayah langsung tegas, tanpa berpikir dulu.

Wah... terjamin deh, seorang Ibu tak 'kan pernah percaya apa yang di katakan oleh Ayah? Meskipun tujuan sama adalah apakah Ayah selama ini menyembunyikan sesuatu enggak? Hah.... sayang sekali hidupku benar-benar tidak begitu bahagia, dan sering plin-plan ketika ambil keputusan.

Semisalkan, aku di posisi Ayah mungkin akan beritahu soal rahasia ini. Kecuali, persoalan perselingkuhan. Nah, ini mungkin harus berhati-hati. Apalagi masih ingat kenangan bersama mantan terindah! Itu sih, sudah dilakukan oleh kekasihku yang sekarang.

Kadang susah loh, dia mau mengatakan secara jujur kepadaku. Sering gugup apabila aku beri pertanyaan mengandung unsur pribadi, pasti dalam pikiran dia mau berikan alasan apa? apalagi ia sangat mengenali karakterku seperti apa? wah.... pokoknya, ribet deh pacaran sama aku.

Akan merasakan betapa sulitnya bersama pasangannya, mempunyai api kecemburuan terlalu berlebihan. Termasuk enggak ada sedikit pun berpikiran jernih, dan berusaha positif. Mungkin semua orang merasa terlalu berlebihan, dan termakan informasi tidak begitu akurat. Padahal aku sama sekali enggak kenal padanya!

"Jar, kalau sudah selesai makan. Nanti bantu Ibu ya, beresin ini semua."

"Siap, Bu!" ucap Fajar langsung angkat tangan kanan dekat jidat.

Lah, Ayah kok enggak bantu kita? Apa mungkin masih ada pekerjaan yang belum selesai ya? Hah.... palingan soal pekerjaan, sebagai anak harus berpikiran positif. Lantas, sekarang apa yang harus aku lakukan? Selama kedua orang tuaku belum akur.

Masa iya, aku main ke rumah teman selama beberapa jam? Sampai Ayah maupun Ibu sudah tertidur lelap di kamar. Yang ada bukan kantuk tapi, masih berusaha menunggu anaknya. Sedangkan, paling bungsu berusaha di lindungi oleh Ibu. Apalagi alasan Adikku langsung percaya, walau tahu sebenarnya Ibu marah sama Adikku.

"Bu, Fajar boleh tanya nggak?"

"Mau tanya apa? kan, tadi sudah."

"Kapan Bu?"

"Barusan selama makan bersama Ayah,"

"Itu, kan mengenai Ayah. Ini, kan persoalan Ibu nggak pernah marah sama Adikku."

"Oh, masalah itu Ibu nggak mau kasih tau."

"Lah, kenapa Bu?" tanya Fajar langsung cepat berikan respon.

"Iya, karena Fajar bakal mengetahuinya. Tanpa di beritahu oleh Ibu!"

"Tapi, Bu Fajar maunya dari Ibu langsung. Bukan dari orang lain, please!"

"Sekali lagi maaf, Ibu nggak bisa kasih tau."

"Hah .... nggak asyik!" ujar Fajar langsung berikan ekspresi bete.

"Jangan marah dong,"

"Hmmmmm ....,"

Sumpah sekarang Ibu enggak asyik untuk di ajak obrol, tapi masalahnya aku penasaran. Kenapa Ibuku enggak pernah marah sama Adikku? Padahal pertanyaan mudah loh. Seharusnya, Ibu bisa jawab pertanyaan dariku. Ini seakan-akan tidak mau kasih tahu yang sebenarnya. Sumpah aku kecewa sama Ibu!

Kalaupun ada rahasia enggak bisa kasih tahu ya, aku menerima dengan lapang dada. Ini, kan berbeda setelah lihat ekspresi Ibu. Seperti ada yang menyembunyikan sesuatu, dan perihal Adikku memang aku tidak begitu iri padanya. Hah.... sudahlah hidupku kurang tenang, dan berusaha berpikir positif.

Nah, untuk sekarang lebih baik aku kembali ke kamar. Karena, besok pagi harus mengantar Adikku ke Sekolah. Hah.... sebenarnya, aku malas dekat sama Adikku. Dia suka sekali mengulik privasi bahkan, sampai mempertanyakan apakah aku sudah punya pasangan atau belum? Terus, masih banyak yang kalian belum tahu.

"Kak, besok jadi antar aku ke Sekolah?"

"Jadi, dong. Memang kenapa de?"

"Ya, karena Kakak suka lupa."

"Tenang aja, Kakak nggak bakal lupa."

"Bener, ya?"

"Iya, De." kataku sambil senyum.

"Siap, Kak!"

"Wih ..... tumben kakak beradik akrab biasanya, suka berantem. Apalagi suka banget mempertanyakan soal privasi kakaknya, sebenarnya ada apa nih?"

"Maaf, ya temanku paling kepo. Ini tidak ada kaitannya sama loe,"

"Wih .... tumben bilang aku pakai loe?"

"Terserah guelah!" ujar Adikku langsung marah padanya.