Chereads / KENANGAN BERSAMAMU DI YOGYAKARTA / Chapter 6 - Chapter 06 Kamar Adikku Berantakan

Chapter 6 - Chapter 06 Kamar Adikku Berantakan

Walaupun saat ini, merasa terganggu oleh pemikiran dari temanku. Apalagi kebanyakan malah mengatakan seperti ini, "Mungkin suatu hari nanti orang tua loe tak, kan bisa bersama lagi!" kadang kalimat tersebut langsung tersimpan dalam otakku, setiap orang merasa terganggu oleh kelakuannya. Tapi, aku sebagai anaknya jangan langsung percaya apa yang di katakan oleh mereka.

Sebisa mungkin memerlukan sebuah bukti, agar terkait permasalahannya benar-benar kelar. Tidak usah banyak pikiran tinggal hidup tenang, hidupku terasa enggak ada yang perhatian. Apalagi pasanganku benar-benar tidak peduli lagi terus, aku hanya bisa merenung sambil memikirkan masalah sendiri.

Sahabatku sudah tak ada kabar lagi! Entah kapan kembali ke Yogyakarta? Terserah sih, merasa hidupku sunyi semua orang hanya bisa memperhatikan orang yang sudah sukses. Sedangkan, aku begitu banyak permasalahan malah tidak mendapatkan support.

Walaupun sekarang bimbang, dan bingung untuk ambil keputusan. Setidaknya, masih ada rencana bersama temanku. Meski dia terlalu lama memikirkan mengenai rencana ini, dan satu hal yang enggak bisa di pisahkan adalah pasangan terindah. Selalu mengikuti dia ke mana pun pasti selalu ada pasangannya.

Tak habis pikir kenapa bisa begitu? Lah, aku hanya bisa bengong tanpa berikan satu kata pun keluar dari bibirku. Meskipun ada rasa iri, dengki, dan berusaha menahan untuk mengatakan bahwa sahabatku terlalu budak cinta sekali. Setiap hari selalu bersamanya sedangkan, aku hanya bisa melihat dari jarak jauh.

Semenjak dari situlah, merasa sahabatku sudah berusaha menghindar dariku. Hah.... sayang sekali aku tak bisa berikan pertanyaan padanya, seharusnya sih bisa ya. Lalu, kenapa bibir aku merasa tertutup? Tak bisa bicara apa pun. Malah sampai sekarang pertanyaan tersebut, masih tersimpan dalam hatiku.

Mungkin suatu hari nanti, bakal terjadi sebuah anugerah terkait pertanyaan ini. Mudah-mudahan saja, berhasil dilakukan olehku. Sehingga pada waktu itu, merasa sepatutnya melawan saja. Agar tidak ke pikiran terus, apalagi semenjak kehilangan sosok seperti dia. Sampai detik ini, pun kabar darinya sama sekali tidak ada.

Bahkan membuatku mulai berpikir sejenak, "Kapan ya, aku bisa ketemu lagi sama sahabatku?" kalaupun dalam waktu dekat ini, kemungkinan enggak deh. Kenapa? Karena, pulang dari Kota jauh dari Yogyakarta. Membutuhkan waktu cukup lama, apalagi permasalahan ini belum usai.

"Jar, kenapa diem? Yuk, makan dulu! Nanti makanan ke buru dingin."

"Iya, Bu."

"Oh, ya Ayah tau kenapa dari tadi diem aja?"

"Memang Ayah tau isi hati aku mengatakan apa?"

"Taulah! Masa nggak tau? Hehehe ...,"

"Kalau emang Ayah tau nih, Ibu mau tau isi hati anak kita lagi memikirkan apa?" tanya Ibu berusaha berpikir positif.

"Tenang dulu, lebih baik makan dulu. Nah, setelah selesai makan. Baru deh, ceritakan isi hati anak kita gimana?"

"Oke, ide bagus."

Terkadang ketika melihat mereka seperti ini, membuatku makin mengingat kembali kenangan semasa kecil. Apalagi dari lubuk hatiku paling terdalam, "Mudah-mudahan sikap seperti ini, dan menghilangkan keras kepala ada di dalam diri Ibu maupun Ayah. Pasti kehidupannya makin tenang, damai, dan tetap berpikir secara positif. Meskipun tahu di luar sana, masih banyak orang tidak tahu mengenai kita. Ya, sudahlah!"

Setidaknya, sekarang aku merasa bahagia sekali. Kedua orang tuaku akur! Tidak seperti kemarin benar-benar membutuhkan kesabaran, dan akal sehat. Hah.... sekarang aku harus bilang apa ya? Agar Ayah, dan Ibu merasakan kebahagian. Meski tahu pekerjaan di Kantor banyak sekali godaan, tak habis pikir masih saja percaya mengenai informasi yang sudah-sudah.

Lalu, aku hanya bisa menahan itu semua. Supaya tahu keluargaku lagi baik-baik saja! Enggak ada masalah yang lagi di hadapi. Meski tahulah media suka di besar-besarkan, dan satu hal yang harus di tanamkan mengenai hal ini adalah bagaimana cara informasi yang sudah tersebar hilang, dan lupa?

Agar aku mampu berikan informasi yang sebenarnya, tapi perlu hati-hati karena masih banyak mata-mata di sekitar kita. Termasuk permasalahan aku dengan pasanganku benar-benar tak bisa berkutik sama sekali, bahkan selama ini aku hanya bisa diam.

Dan, berusaha tidak peduli sekitaran kita lagi melakukan apa? semoga saja akhiri saja, permasalahan yang sudah berlalu. Kalaupun masih di bahas lagi tak segan-segan, bakal melaporkan mengenai kasus ini ke pihak kepolisian. Tidak termasuk permasalahan yang sekarang sih, ini hanya sekedar merendam informasi yang sudah lama.

"Jar, gimana makanan buatan Ibu enak nggak?"

"Enak dong, apalagi pakai sambel beuh .... enak banget!"

"Tunggu deh, sejak kapan Fajar suka sambel? Setau Ibu dari kecil sampai sekarang nggak pernah tuh, liat anak kesayangannya makan sambel."

"Iya, karena Ibu tidak liat secara langsung. Jadi, Ibu hanya bisa liat sekarang hehehehe."

"Nah, berhubung sekarang lagi bahas sambel. Gimana Ibu tanya ke Ayah suka nggak?" tanya Ayah berusaha mengikuti kita lagi bahas soal sambel.

"Ibu Ayah tanya tuh,"

"Iya, kenapa Yah?"

"Nggak apa-apa Bu," ucap Ayah langsung berubah wajahnya.

Perasaan tadi Ayah sumriah lah, sekarang malah langsung bete di ruang makan. Hah... mulai deh, kali ini harus lebih kuat kesabaran melawan rasa ego dalam diri kedua orang tuaku. Sekiranya, masih bersikap seperti itu.

Lebih baik merenung sejenak di kamar masing-masing, berhubung Adikku lagi keluar rumah! Kapan lagi Ibu melihat sesungguhnya, suasana kamarnya begitu berantakan? Padahal aku sudah kasih tahu padanya. Heh... malah pergi begitu saja, biarkan saja ini 'kan kamar Adikku. Berarti yang harus membereskan kamarnya ya, Adikku bukan aku.

Semoga saja, reaksi Ibu tegang, dan langsung bilang Istigfar. Wah.... setelah Adikku pulang ke rumah, pasti langsung di marahi. Biasanya sih, begitu walaupun cuma aku yang merasakannya sedangkan, dia belum pernah merasakan sama sekali. Ya, sudahlah namanya Adikku paling tersayang bukan aku saja.

Alhamdulillah, aku tidak merasa iri, dengki, dan ingin membuat kejahatan seperti sinetron. Sama sekali tidak ada niatan ke arah sana, dan satu hal yang harus ketahui bersama Adikku yang suka berikan ide-ide terkait perasaanku. Terkait persoalan mengungkapkan kapan?

Seiring berjalan waktu, aku belum pernah lihat suasana seperti ini. Meski pada akhirnya, merasa terganggu kehadiranku di kamarnya. Padahal ingin tahu selama di kamar melakukan apa selain belajar? Apakah mempunyai sebuah konten Instagram, Tiktok, atau mungkin Youtube.

"Astagfirullah, kenapa kamar berantakan? Bukannya, di bereskan dulu. Ya, Allah anak kedua satu ini susah sekali di atur."

"Kenapa sih, harus berteriak segala Ibu?"

"Liat tuh, anak kesayangan Ayah kondisi kamarnya berantakan! Ibu pusing apabila liat kamar berantakan."

"Iya, tinggal di beresin sama Ibu."

"Kenapa Ayah selalu saja, bela anak itu? Kenapa Ayah?"

"Iya, namanya juga perempuan pasti suka berantakan."

"Gitu doang berikan alasannya? Memang tidak ada alasan lain apa?" tanya Ibu sambil pegang kepalanya.