Meski dirinya cukup membuatku kaget, dan bingung kenapa harus berikan pertanyaan seperti itu? Padahal bisa saja sih, aku enggak bakal beritahu siapa pun terkait perihal ini. Kemungkinan bisa terjadi sebuah insiden yang mengakibatkan seseorang penuh dengan pemikiran negatif, dan satu hal memungkinkan juga mengalami stres.
Secara, kan mendapatkan pertanyaan yang tak bisa membuatnya menjawab semua. Aku pun pernah dapat pertanyaan seolah-olah susah untuk diberitahu oleh seseorang tapi, satu hal yang sampai sekarang pertanyaan tersebut benar-benar masih tersimpan dalam ingatanku. Meski, rada berat menyampaikan ini semua.
Mungkin suatu hari nanti, bakal mengetahui apa yang terjadi setelah menempuh hidup bukan seperti ini tapi, sebisa mungkin harus benar-benar akur. Tak ada salahnya, mencoba sesuatu hal yang menurutku berguna. Daripada harus bertengkar melebihi sekedar mengurus masalah yang lama.
Terkadang aku pernah iri sama keluarga teman sekelasku pada saat itu, memang lagi bermain bersama mereka. Akan tetapi, mendadak mengeluarkan air mata karena terlalu dini punya masalah sebesar ini. Walaupun begitu aku tetap berusaha, dan berjuang untuk menggapai hal yang seharusnya ada dalam keluargaku.
Sayangnya, aku malah merasa terganggu oleh pemikiran-pemikiran yang bisa mengganggu konsentrasiku. Tanpa aku sadari Ibu selalu memantau dari arah dapur tapi, setelah ada pembicaraan serius. Ibu selalu saja mengelak bahkan, membantah pertanyaan tidak pantas untuk di keluarkan dari mulutku.
Lalu, aku harus bagaimana supaya Ibu mau terbuka terkait masalah sama Ayah? Please.... aku mohon banget masalah ini harus segera mungkin selesaikan, daripada nanti terdengar kembali oleh tetangga di Komplek. Soalnya, sudah malas harus berhadapan sama mereka. Apalagi ada sosok lelaki bibir tidak bisa di jaga sekiranya, hanya mau membantu.
Ya, tinggal bilang apa solusinya? Ini malah menguping lalu, memberitahu ke orang lain. Kan, membuatku kesal sama dia. Biar bagaimanapun pada saat itu, aku belum bisa mengontrol emosinya. Meski pada akhirnya, terlalu memaksa untuk menaruh harapan bahwa Ayah maupun Ibu baik-baik saja.
Dan ternyata, malah membuatku ke pikiran mengenai masalah kedua orang tuaku. Apalagi di tambah masalah percintaanku tak kunjung bisa melupakan mantan terindah, walaupun tahu dia sudah bercerita kepadaku. Jika, mengerti perasaanku yang sebenarnya. Pasti mereka tak 'kan biarkan hal semacam itu terulang kembali.
Walaupun dari lubuk hatiku sudah mengatakan yang sebenarnya, akan tetapi kedua orang tuaku selalu saja membahas permasalahan tersebut. Padahal aku sudah bilang, "Ayah, Ibu tolong dong, jangan berantem terus." Walaupun, bicara pelan dan jelas.
Sedangkan, mereka tetap berusaha enggak mau mendengarkan anaknya bicara apa? terus, harus pakai apa supaya mereka kembali akur seperti sedia kala. Terkadang hidupku benar-benar banyak sekali masalah, sehingga enggak bisa selesaikan dalam waktu dekat ini.
"Sudah pulang nak?"
"Sudah Bu, sekarang lagi ngapain? Ouh .... Fajar, tau pasti lagi masak buat Ayah ya 'kan?"
"Salah nak,"
"Hah? Lalu, Ibu masak buat siapa?"
"Iya, buat anak pertama yang Ibu sayangi." ucap Ibu sambil tersenyum. '
"Lalu, Ayah gimana Bu?"
"Kalau soal itu tenang aja, Ibu sudah siapin uangnya. Nanti tinggal Ayah beli di luar aja,"
Waduh.... Ibu begitu teganya habis pulang kerja dari kantor heh.... Ayah harus makan di luar rumah, tapi di satu sisi aku merasa terganggu oleh pemikiran seperti itu. Apalagi ketika ada masalah di biarkan begitu saja. Tanpa harus menyelesaikannya! Kalaupun aku ada di posisi Ayah sebisa mungkin, masalah ini harus segera di selesaikan.
Tanpa adanya, pengecualian apalagi berikan alasan tidak masuk akal. Wah.... kehidupan penuh sekali dengan drama apabila ada sesuatu tidak berkenan, lebih baik kasih tahu saja. Daripada nanti mengakibatkan permasalah sangat rumit, dan bingung harus selesaikan seperti apa?
Tak ada salahnya aku berusaha keras memikirkan hal ini dengan baik, dan teliti. Setiap hari aku senantiasa memberi kabar terkait keadaan seperti apa? jangan sampai ketika lagi di luar heh.... malah ribut sampai terdengar keluar rumah, sudahlah pernikahan seperti itu lebih baik pisah saja.
Daripada pertanyaan dari mereka tertuju kepadaku nanti harus jawab apa? sekiranya, hanya sebatas bertanya mengenai kabar ya tidak masalah sih. Tapi, ada sesuatu hal yang mungkin berpihak kepada mereka. Agar permasalahan Ayah, dan Ibu jangan beritahu ke orang lain. Kadang apa yang aku bilang ternyata, mendadak seperti orang gila?
Padahal aku sudah berulang bilang ke mereka, "Please .... jangan pernah bahas soal masalah kedua orang tuaku, bisa nggak bahas yang lain? Jangan sampai membuatku terpancing oleh perkataan dari kalian!" selepas itu sih, mereka pergi entah ke mana? Aku juga tidak terlalu kepo.
Sebisa mungkin kehidupan sekarang harus baik-baik tanpa adanya, masalah yang menimpa kedua orang tuaku. Meski rada berat mengatakan ini, asalkan mereka mau mengubah sikap keras kepala, dan berusaha mengerti satu sama lain.
"Oh, ya Bu sekarang Ayah lagi di mana?"
"Tumben nak, nanya Ayah? Biasanya, cuek banget."
"Ya, karena Fajar perlu bicara sama Ayah."
"Ibu boleh tau nggak?"
"Hmmmm .... boleh aja asalkan,"
"Asalkan, apa ayo?"
"Simple sih, tinggal masakin buat Ayah gimana?" tanya Fajar berusaha berikan senyuman manis.
"Hmmmm ....," ucap Ibu sambil lihat ke atas.
"Wah ... sepertinya, terlalu berlebihan atau nggak? Kok, Ibu jawabnya lama?" tanya dalam hatiku sambil ikut pikir juga.
"Oke, Ibu setuju."
Mantap sekali nanti malam bisa makan malam bersama Ayah! Tidak sabar menunggu Ayah pulang ke rumah. Walaupun sudah mulai terlarut setidaknya, Ibu sudah masak kesukaan Ayah. Nanti setelah sampai di rumah punya perasaan senang, bahagia, dan melupakan masalah terdahulu.
Sejak dari lama sih, aku ingin sekali makan bersama kedua orang tuaku. Sayang sekali Ayah maupun Ibu punya rasa ego terlalu tinggi, sehingga belum mampu memikirkan anaknya keadaan seperti apa? terkadang kehidupan sekarang malah bakal sia-sia. Apalagi sejak dulu sendiri mulu tanpa di temani sama Ayah, dan Ibu.
Berhubung hari ini langka Ayah, dan Ibu bersedia makan bersama. Asalkan, ketika lagi makan malam malah ribut soal masalah yang sudah lama. Suasananya malah makin kacau, dan tidak bisa di jadikan sebuah kenangan. Setiap orang punya impian, dan harapan bahwa kedua orang tuaku bersedia baikkan. Daripada berantem terus, kapan selesainya?
"Nak, nanti bantu Ibu siapin ini semua. Oke!"
"Oke, Ibu!"
"Bener ya, nak bantu Ibu?"
"Iya, Ibu paling cantik."
"Assalamua'alaikum,"
"Wa'alaikumsallam," ucap Fajar, dan Ibu secara bersamaan.
"Widih .... ada makanan kesukaan Ayah nih, sudah lama nggak pernah mencoba masakan Ibu." kata Ayah dengan berikan ekspresi bahagia.
"Tuh, kan apa yang aku bilang Ayah bahagia di masakin sama Ibu." ucap dalam hatiku ikut tersenyum. Terkadang hidupku begitu tenang!