Chereads / KENANGAN BERSAMAMU DI YOGYAKARTA / Chapter 4 - Chapter 04 Kebiaasan Aku Telat Makan

Chapter 4 - Chapter 04 Kebiaasan Aku Telat Makan

Walaupun hari ini, cukup melelahkan banget. Harus memikirkan kedua masalah yang menimpaku, dan kedua orang tuaku. Mungkin butuh sekali perjuangan untuk menyelesaikan masalah tersebut! Pada awalnya sih, aku benar-benar tidak punya keyakinan masalah ini akan selesai dalam waktu dekat ini.

Hingga akhirnya, aku tahu bahwa masa lalu keluarga benar-benar berat. Tapi, soal hal-hal yang menurutku susah di bujuk. Pasti Ayah maupun Bunda tetap keras kepala, tidak ada yang mau mengalah satu sama lain. Apalagi masalah ini sebenarnya, sudah terjadi ketika masih duduk di bangku Sekolah.

Sekiranya, susah menyelesaikan masalahnya kenapa tidak beritahu ke anak pertama? Kenapa harus memperlihatkan secara langsung di hadapanku? Mengapa Ayah? Mengapa Ibu? Please.... sikap seperti ini, bisa membuatku makin trauma apabila punya pasangan seperti mereka.

Sayang sekali selepas menghadapi musibah cukup kacau bahkan, aku pada saat itu lagi banyak pikiran selama di Kota Bandung. Mungkin kebanyakan orang terlalu berlebihan tapi, satu hal yang mungkin terlalu memaksa untuk pulang ke Yogyakarta.

Tidak tahu apa? aku di sini merasa ada sesuatu hal yang mungkin dari mereka sudah lupa. Hah.... sayang sekali hidupku enggak terlalu berguna selama bernapas di Bumi. Ingin sekali aku berikan sesuatu yang menurut positif, dan berusaha mencari solusi. Seperti apa yang di katakan oleh temanku.

Kadang selama ini cukup berlebihan sudah membentak Ayah, dan Ibu. Mungkin kesalahan ini, tidak usah di maafkan. Karena, sudah mengulangi beberapa kali. Pokoknya untuk tahun ini sebisa mungkin kedua orang tuaku akur seperti sedia kala, tapi masih pesimis sih.

Sayang banget kehidupan yang sempurna, bersama mereka heh.... malah banyak terjadi masalah, dan satu hal yang membuatku terkesan berlebihan. Kenapa tetangga komplek sini benar-benar kepo? Bahkan, aku sudah berikan teguran. Heh.... tetap saja, masih mendengarkan dari arah keluar.

Sayang sekali aku belum mampu selesaikan masalahnya, karena terlalu dini ikut campur masalah kedua orang tuaku. Setiap anak yang seakan-akan merasakan betapa rugi, dan pikiran negatif tetap mengalir. Mungkin suatu hari nanti, pasti seperti kedua orang tuaku. Kalau sudah menikah nanti.

"Jar, ngapain melamun?"

"Heh .... nggak apa-apa kalau misalkan, aku lagi melamun. Berarti banyak pikiran gitu doang sih, kalau memang kamu tau. Sebenarnya, terlalu berlebihan kamu melamun siang bolong gini. Nanti malah kemasukan setan,"

"Hahahaha .... aya-aya wae,"

"Heh! Sejak kapan Fajar, bisa bahasa sunda?"

"Mau tau aja atau mau tau banget?"

"Iya, pastinya pilih mau tau banget."

"Ntar aja deh, karena aku buru-buru mau pulang."

Penasaran apabila aku mengatakan demikian bakal terjadi sesuatu enggak? Kalaupun dia merasa tersinggung oleh ucapanku. Berarti aku harus minta maaf padanya! Jangan sampai pertemanan dengannya, hancur gara-gara satu masalah sepele.

Mungkin teman yang lainnya, akan merasa sama apabila mulutku tak bisa di jaga. Oh, ya tuh 'kan aku baru ingin terkait masalah kedua orang tuaku. Apa gara-gara tersinggung membuat mereka berantem terus? Apalagi masalah ini tak, kan bisa selesai apabila keduanya menurun ego.

Tak habis pikir aku sebagai anak pertama merasa terganggu terkait informasi pertengkaran viral di sosial media! Apabila sesuatu hal berkaitan dengan pribadi. Seharusnya, tidak usah mengumbar. Karena, hal-hal semacam itu sangat banyak risiko. Apalagi Ayah punya perusahaan terkenal di Yogyakarta.

Semua warga sini sangat mengenali sosok Ayah seperti apa? sehingga aku tidak bermaksud ingin membandingkan seorang Ayah begitu akrab sama anaknya tapi, menurutku cukup kita saja yang tahu. Orang lain tidak perlu tahu, karena semua bakal tahu dengan sendiri. Enggak usah di beritahu sekalipun pasti mereka tahu!

Jika, memang nanti bisa akur kembali. Wah.... aku sebagai anaknya bakal merayakan dengan cara syukuran, tapi perlu berhati-hati. Terkadang ucapan maupun hati suka sekali tidak sama, dan satu hal yang mungkin mengakibatkan terjadi pertengkaran sangat hebat. Enggak bisa menyelesaikan masalah dengan cara kepala dingin.

Aku hanya berikan pendapat agar para tetangga tahu namanya privasi itu apa? ingin deh, bertanya seperti itu kepada mereka. Walaupun rada berat setelah berulang kali memikirkan hal ini, tapi temanku malah berusaha membujuk pakai cara lain.

Walaupun sekarang sudah sampai di rumah tapi, firasatku mengatakan sebentar bakal terjadi perang dunia ketiga. Bayangkan saja dari sekarang! Daripada nanti menyesal di akhir. Kan, aku sudah sesuai perkiraan bakal terjadi sesuatu hal begitu tegang. Bahkan, tetangga di sini sering kali menguping walau jauh. Tapi, kan terdengar suara kedua orang tuaku begitu kencang.

Bahkan, membuatku malu apabila di tanya oleh mereka. Aku harus menjawab apa? selain berikan alasan menurutku tidak membuat mereka pergi dari sini. Mau curahan hati ke sahabatku heh.... telepon dariku benar-benar enggak di angkat dong, pasti malas mendengarkan curahan hati cukup panjang ini.

"Jar, sini bentar! Aku perlu ngomong serius,"

"Wih .... tumben kamu mau ngomong serius, biasanya suka bercanda terus."

"Kan, itu dulu. Sekarang aku sudah berubah, mau mengubah sikap yang lebih berguna. Walaupun bukan karakterku yang sebenarnya tapi, soal hati tak bisa bohong."

"Nah, ini maksud kamu apa ya? Aku benar-benar kurang paham. Jelasin dong,"

"Oke, aku bakal jelasin. Asalkan, kamu harus dengerin ya."

"Iya, teman sebelahku paling bawel kalau ketemu denganku."

"Bagus dong, apabila temanku bawel. Daripada nggak ada mengingatkan soal ini,"

"Bisa aja sih, dia berikan alasannya. Membuatku susah untuk bicara lagi," ucap Fajar tetap berusaha tenang, dan berikan senyuman kepada temanku.

Walaupun dari lubuk hatiku, "Sebenarnya, dia itu cantik loh menurutku. Tapi, sayang sekali aku tak bisa berbuat apa-apa. Makanya, setiap mau ungkapkan perasaanku suka banget ada yang mantau dari arah rumahnya." ucap dalam hatiku mendadak senyum sendiri.

"Fajar, kenapa? Kok, senyum-senyum sendiri."

"Pertanyaan barusan menurutku bagus untuk bahan komedi,"

"Pasti kamu lagi bercanda sama aku ya, kan?"

"Nggak aku serius mengatakan demikian!"

Padahal tak sanggup lagi ingin ketawa karena, sudah membuatku terhibur. Walaupun dia kelihatan sekali bicara serius! Tapi, menurutku bisa ketawa karena melihat ekspresi seperti itu. Mendadak bakal viral di sosial media deh, dan seluruh temannya bakal sering minta di foto.

"Jar, nanti main ke rumahku yuk."

"Ayo aja! Tapi, di rumahmu ada makan nggak?"

"Memang kenapa, Jar?"

"Biasalah, aku belum makan siang."

"Heh .... kebiasaan dari kecil makan suka telat, nanti kamu sakit loh. Makanya, jangan terlalu sering menunda makan pagi, siang, dan malam. Walaupun seluruh tubuhmu kuat asal Fajar tau, hidup tak 'kan selama sehat. Pasti bakal merasakan sakit itu gimana? Please ... untuk ke depannya lebih bagus jaga kesehatan."

"Widih .... pertanyaan dari kamu banyak juga, sampai aku tak bisa jawab sekarang."