Namun, aku enggak boleh gegabah mengambil keputusan beresiko. Apalagi ini tujuan melihat apakah dia sekarang lagi bersama mantan terindah? Atau sekedang ingin mencari tahu perihal pekerjaannya. Jika, hal tersebut ketahuan olehku. Tak segan-segan bakal ada obrolan serius, apalagi menyangkut hubungan kita berdua, apakah berlanjut atau mengakhiri sampai di sini?
"Fajar, nggak bosan apa kamu selalu di sini?"
"Nggaklah, namanya butuh teman obrol. Soalnya, setiap hari di rumah hanya bengong. Chatting dengan pacarku nggak pernah di balas, apalagi ingin ketemu sama gue."
"Dari ngomongnya sudah ketahuan loe lagi ada masalah ya, kan?"
"Nggaklah, masa setelah ngomong barusan sudah kepikiran ke arah sana."
"Yakin?" tanya teman sambil bertatapan dengan serius.
"Yakinlah!" ujar Fajar sambil tersenyum terpaksa.
"Okelah,"
Alhamdulillah, teman satu ini jarang loh rasa ingin tahunya berlebihan. Kalau zaman sekarang, "Ihhhh ...., kenapa sih, loe kepo banget sama gue?" sayangnya, temanku di dalam pikirannya cuma satu yaitu bagaimana caranya agar mendapatkan nilai bagus?
Hal hasil aku begitu kurang respect kepada mereka, tenang saja urusan berikan sebuah ilmu tetap lanjut. Karena, kita sudah sepakat perihal kegiatan yang bakal dilakukan. Hanya perlu menunggu sambil memikirkan siapa yang pantas jadi ketua panita? Padahal tahun lalu sudah sukses heh.... malah ketua panita terkena kasus, dan pada akhirnya enggak di lanjut akibat masalah tersebut.
Jangan sampai terganggu permasalahan ke depannya, bila perlu harus berunding siapa saja yang berniat masuk ke dalam kegiatan tersebut? Tak begitu lama aku mendapatkan sebuah ide cemerlang, dan kali ini terasa benar-benar fresh.
"Guys, gue mau ngomong serius perihal kegiatan."
"Boleh, kita juga masih memikirkan hal tersebut. Nanti rapat di mana?"
"Gimana kalau kita mencari tempat benar-benar berbeda dari sebelumnya?" tanya Fajar dengan spontan menjawab itu.
"Nah, ide baru kenapa nggak dari dulu?"
"Ia, karena baru dapet sekarang." ucap Fajar jawabnya sambil tersenyum kepada mereka.
Namun, ketika lagi berdiskusi heh malah kedatangan seorang wanita yang begitu cantik seperti bidadari. Sayangnya, malah lagi berjalan berdua dengan mantan terindah. Membuatku api kecemburuan sangat melengkat dalam diri ini, tapi dia enggak merasa bersalah sudah menyakiti hatiku.
Mau marah, tapi ada temaku apalagi kedatangan orang yang sangat penting. Kalau sampai terjadi pertengkaran bisa membuat mereka ifeel kepada kita. Jika, mereka hanya ingin membuatku cemburu. Seharusnya, jangan di sini dong. Pikiran pacarku enggak pernah berpikir sebelum melakukan eksekusi!
"Jar, itu 'kan pacar loe? Ngapain bersama cowok lain?"
"Mana gue tahu? itu, kan urusan dia. Sedangkan, gue sudah tidak berhak ikut campur. Ingat loh, tujuan kita datang ke sini untuk rapat dengan sponsor! Kalau sampai terjadi pertengkaran bisa-bisa mereka ifeel kepada kita.
"Bener kata loe ya, sudah sekarang lanjut lagi meetingnya.
"Siap!" ujar Fajar dengan spontan berikan jari jempol.
Asal kalian tahu mengenai rasa sayang padanya, sebenarnya masih ada. Namun, entah kenapa agak berat untuk melakukan bilang uneg-uneg yang selama ini tersimpan di dalam hati. Apalagi kedua orang tuaku belum tahu soal aku sudah punya pacar takutnya, Bapak maupun Ibu melarang untuk pacaran. Bayang saja setiap aku berkumpul enggak pernah ada pembicaraan mengenai, "Fajar, sudah punya pacar belum? Masa harus Bapak maupun Ibu mencari pasangan?"
Boro-boro tanya soal pacar, apalagi kehidupanku tak begitu bahagia seperti temanku selalu bersama kedua orang tua. Sebenarnya, iri sama mereka hanya saja, aku mendapatkan nasihat dari sahabatku. Nasihat tersebut malah menghilang bahkan setiap aku ingin sekali muncul kembali, benar-benar tak bisa dilakukan.
Tak ada jaminan kehidupanku bakal sempurna seperti kalian, tapi di satu sisi merasa pantas mendapatkan sebuah nasihat tersebut. Kalaupun aku harus balik ke masa itu, harus melalui jalur mana? Masa ia, harus panggil Doraemon dulu? Yang ada malah mendapatkan kritikan dari orang sakitar.
Mungkin salah satunya teman SD sampai SMA. Hah.... berharap selama keadaan hatiku masih rapuh, kedua orang tuaku hadir di sampingku. Lalu, memberikan satu atau dua kalimat yang bisa di jadikan motivasi. Sebenarnya, aku sudah tidak tahu harus melangkah ke mana? Setiap ada orang seperti mereka selalu saja, mengingat kalimat tersebut.
"Heh .... ada Fajar, lagi ngapain di sini?"
"Ya, terserah gue. Ouh .... gue tahu kalian tuh, berpikir gue nggak pantas berada di sini?" tanya Fajar dengan sigap tahu pikiran mereka.
"Bener sekali! Loe nggak pantes di sini. Seharusnya, loe pantes bersama makhluk tak kasat mata. Dan satu hal yang perlu loe ingat adalah jangan pernah mengikuti pacar loe,"
"Kenapa kalian melarang gue mengikuti pacar gue?"
"Ia, karena pacar loe sering curhat ke gue. Apalagi dia bilang, 'Fajar, aneh banget kenapa sih tidak percaya ke gue?' makanya, loe harus percaya sama pacar loe."
"Hah? Dia bilang itu serius?"
"Serius!" ujar orang-orang yang sudah membuatku berpikir.
Dan anehnya, mengapa pacarku terlalu jujur? Bahkan baru hari ini isi hati dia terdengar jelas bahwasanya mempunyai kebimbangan menyangkut soal diriku. Apa seharusnya aku berusaha percaya padanya? Please .... gangguan seperti ini terlalu berisiko apabila tidak menemukan sebuah bukti.
Setidaknya, untuk sekarang aku sudah tahu mengenai isi hati pacarku. Meskipun kalian sudah membuatku merinding dengan mengatakan demikian, walaupun dari lubuk hatiku 'Jangan sampai melakukan balas dendam kepada kalian!' yang ada malah melaporkan perilaku aku ke pacarku. Jadi, kali ini aku harus hati-hati sama kalian.
Sekiranya, ingin beritahu persoalan ini. Tidak perlu nada bicaranya tinggi, bahkan sampai ke dengeran ke orang sekitar. Mungkin mereka bakal berpikiran bahwasanya aku orang tidak benar, dan mempunyai masa lalu begitu kelam.
Hmmmm .... lantas, apa yang bakal aku lakukan sebelum meninggalkan tempat ini? Rasanya, tak sanggup memikirkan pacarku pasti sekarang lagi merenung selama berhari-hari di kamar? Jika, ada waktu luang pasti bakal datang ke rumahnya. Sayangnya, aku punya janji sampai detik ini pacarku enggak tahu soal ini.
"Fajar, om minta kamu menjauh dari anak om. Mungkin masih bingung kenapa om mengatakan demikian?"
"Iya, saya bingung maksud om apa?"
"Denger ya, om tak sudi punya pasangan seperti kamu hanya mengandalkan kepintaran dibanding mencari uang agar om menyetujui hubungan kalian. Untuk kali ini, om nggak bakal mengusir kamu asalkan menuruti permintaan yang sudah sampaikan barusan. Sekali lagi om mau Fajar, menjauh dari anak om!"
"Tapi ..... tapi ..... tapi om,"
"Nggak usah pakai tapi, karena om tidak merestui hubungan kalian berdua." ucap ayah pacarku dengan berikan tatapan enggak suka kepadaku.
Mungkin pada saat itu, aku menjelaskan selama berpacaran sama pacarku. Pasti orang tuanya setuju hubunganku dengan anaknya. Meskipun rada berat menyebut nama pacarku! Di satu sisi aku perlu pertimbangan. Jangan sampai orang tuaku mengetahui soal ini, apalagi Bunda menyuruhku untuk fokus mencari pekerjaan. Daripada diam di kamar enggak kegiatan sama sekali.