Walau dalam keadaan pening, Ale tetap berusaha untuk bangkit. Peluh mulai membercak di sekitar kening. Ia sedang mengumpulkan semua keyakinan dan usahanya. Semua demi janji-janji membahagiakan Lynn beserta keluarganya.
Ale tak mau jika pernikahan kontrak ini hanya menguntungkannya, sedangkan Lynn tak bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
"Aku harus bisa!" tekadnya.
Pada akhirnya dengan sisa tenaga yang tak banyak, Ale merapikan pakaiannya. Memberikan pewangi dan merapikan rambut meski sesekali meringis kesakitan.
"Mas Ale! Dua menit lagi."
"Ale! Kamu ngapain, Nak? Ayo, cepat! Semua sudah menunggu!" Mama ikut mengetuk pintu kamar dengan sangat kencang. Nada-nadanya terdengar sangat panik.
Ale menghempaskan napasnya kasar. Menatap wajah sejenak. Mengangkat kedua sudut bibirnya. Meski rekat, Ale tetap berlatih untuk tetap terlihat tenang. Dan terakhir, ia meminum obat untuk mengantisipasi hal lain.
"Aku datang, Lynn."
***
Rasanya benar-benar lega saat melihat Ale yang akhirnya benar-benar datang. Rasanya seperti baru saja menyelesaikan permainan roller coaster. Naik turun dan menegangkan. Meskipun banyak pertanyaan atas keterlambatan Ale, Lynn tetap tak bisa menanyakannya di situasi ini.
Melihat Ale yang datang dan tak melarikan diri dari janji-janjinya adalah hal yang cukup melegakan.
Lagi, entah kenapa Ale yang selalu tampak menawan itu menjadi semakin berkarisma. Ia berjalan dengan menebar senyum bahagia—seolah ini pernikahan sungguhan. Tanpa sadar, Lynn meluaskan senyumannya saat saling bertatapan dengan mata indah pria itu.
Biasanya dalam lamaran terdapat tradisi saling memberikan hadiah dikenal dengan istilah seserahan. Dalam rangkaian acara lamaran, keluarga pria datang dengan membawa seserahan. Tampak beberapa keluarga Ale berbanjar di belakangnya.
Dalam rangkaian prosesi lamaran terdapat penyambutan rombongan pihak keluarga pria datang ada utusan yang sudah ditunjuk untuk mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan rombongan keluarga pria. Kemudian dari pihak keluarga wanita akan memberikan sambutan lamaran dari pihak keluarga pria.
Seorang pria berkacamata setengah tua itu berdiri di hadapan, "Kedatangan kami adalah untuk bersilaturrahiim, untuk saling mengenal lebih dekat keluarga kami dengan keluarga Bapak/Ibu semuanya. Semoga dengan bersilaturahmi ini menjadi wasilah mendapatkan rezeki yang barakah dan berumur panjang dalam ketaatan kepada Allah SWT."
"Aamiin.." sahut yang lainnya kompak.
"Kedatangan kami ke sini adalah untuk meminang putri Bapak Haris dan Ibu Olin yang bernama Fathima Lynne untuk keponakan kami yang bernama Ale Omar." Paman dari Ale itu tampak sopan dalam memberikan penjelasan, "Itu pun jika putri Bapak Ibu berkenan dan masih belum terikat dengan pinangan laki-laki lain."
Ale tampak memandangi Lynn yang sedang menekuri lantainya. Pria itu menyelipkan harapan, agar Lynn tak mengharapkan cinta dari Fannan. Meski pernikahan ini hanya akan berjalan setahun, setidaknya Ale ingin bahagia bersama Lynn.
Terkesan egois memang. Tapi, menghabiskan hidup bersama orang yang dicinta adalah harapan besar Ale. Baginya, Lynn sudah membuat banyak perubahan berarti yang tak dapat ditemukan di hati perempuan manapun. Dan Lynn tak pernah sadar akan hal itu.
"Sebagaimana kita ketahui bersama, keponakan Kami yang bernama Ale Omar telah mengenal dengan baik Fathima Lynne binti Haris. Begitu juga sebaliknya. Mereka telah saling menjalin tali kasih sayang setelah dipertemukan kembali. Karenanya, keponakan kami telah bulat hati untuk menjadikan putri Bapak Ibu sebagai pasangan hidupnya."
Diam-diam Lynn memberikan tatapan belati pada Ale setelah mendengar untaian kata dari paman tersebut. Apa? Tali kasih sayang? Rasanya agak menggelikan. Dan lebih menyebalkan lagi saat Ale memberikan respon tak terduga. Pria itu bahkan memberikan finger heart. Lantas Lynn membalas dengan kepalan tangan secara sembunyi-sembunyi.
Sekarang giliran Ale yang maju ke hadapan keluarga Lynn secara langsung. "Sebelum meminta restu secara langsung pada Bapak dan Ibu Haris, Saya Ale Omar ingin mengungkapkan beberapa hal. Bahwasannya Lynn telah banyak merubah hidup saya menjadi lebih baik, bahkan sejak SMA. Mungkin terkesan sederhana. Melihat perjuangan Lynn mempertaruhkan harkat dan martabat keluarga saat dicaci. Bagaimana ia selalu menjadi diri sendiri. Mencari kebahagiaan dengan hal sederhana. Itu sangat menarik perhatian dan memberikan Saya banyak pelajaran hidup."
Detik itu juga Lynn terperangah bukan main. Sebab, tatapan mata Ale memancarkan ketulusan. Namun, disisi lain, pernikahan ini hanya untuk sebuah kepentingan diantara mereka.
"—Sejak itu, Saya tidak pernah menemukan yang lain, selain Lynn. Dan pertemuan menakjubkan kami, membuat Saya merasa bersyukur dan beruntung. Masa lalu yang pernah hilang, sejatinya akan tetap ada. Namun, ia hanya sedang tersesat dan tak tau jalan pulang. Pada akhirnya semesta mempertemukan kami dengan cara yang tak disangka ats izin Allah dan atas doa yang pernah Saya panjatkan." Lanjutnya membuat terharu keluarga yang hadir.
Sementara mata Lynn tampak bergetar. Jantungnya menjadi bergemuruh. Semua berkecamuk tak jelas. Ia tak tau apakah Ale terlambat datang hanya untuk menyiapkan kalimat-kalimat yang sok manis dan mengada-ada ini. ataukah... ini sungguhan?
Dengan yakin, Ale menyambung, "Oleh karena itu, Saya meminta ridho dan restu Ayah, Ibu dan Mama untuk meminang perempuan terunik dan sangat tangguh yang pernah Saya temui, Fathima Lynn untuk menjadi istri, pasangan dan sahabat hidup Saya."
Kemudian dilanjutkan jawaban-jawaban dari pihak perempuan yang diwakilkan oleh Ayah, "Sebagai orang tua tentu sudah tugas kami untuk mengantarkan putri kami Fathima Lynne untuk mendapatkan ridho Allah melalui jenjang pernikahan."
"Kami disini sebagai orang tua Insya Allah telah menyerahkan keputusan kepada Ananda Fathima Lynne kami sekeluarga berharap, pilihan Ananda merupakan yang terbaik. Selain itu kami memahami bahwa Ananda berdua telah saling mengenal satu sama lain. Syukur alhamdulillah jika mereka telah menemukan kecocokan dan memilih melanjutkan ke jenjang selanjutnya." tutup Ayah dengan suara bergetar.
Itu membuat Lynn terkejut melihat Ayahnya yang sangat terharu bercampur sedih. Ayah yang selalu tenang mendadak beriak. Lynn terenyuh sekaligus merasa bersalah. Sebab, ini bukan pernikahan yang diinginkannya.
Mata Lynn mulai pedih. Mendadak air mata ingin meluncur, namun ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan. Ia juga tidak yakin, apa boleh dirinya menangis di acara yang bukan semestinya dilakukan ini?
Kemudian acara selanjutnya adalah doa. Semua tampak khusyu mengamini doa-doa yang dipimpin oleh keluarga Lynn. Lagi-lagi, perempuan 27 tahun itu juga bingung. Tak semestinya mengamini doa-doa tersebut.
Lynn juga sempat memastikan Ale. Pria itu justru sedang tertunduk. Tangannya menengadah. Tampak sangat khidmat dalam penyematan doa.
Lynn mengerutkan kening sambil tetap menengadahkan tangan, "Kenapa dia khusyu banget?"
Acara inti dari lamaran telah usai. Semaunya berjalan dengan sangat lancar. Lynn sampai tak percaya. Kemudian dilanjutkan oleh acara ramah tamah antar keluarga. Semuanya bisa menikmati makanan yang tersedia.
Lynn segera menghampiri Ale yang masih duduk setelah berdoa. Perempuan itu langsung menarik satu tangannya.
"M-mau kemana?" kaget Ale hanya bisa mengikuti arahan Lynn.
Langkah keduanya berakhir di pinggiran taman. Menjauh dari kumpulan keluarga.
"Lo..." Lynn menghempaskan napasnya sejenak. Ia sedang merangkai banyak kata dalam otak. Banyak sekali yang ingin ditanyakan, "Jadi, lo telat untuk nyiapin pidato gombal itu?"
Seketika Ale tergelak. Tawanya memenuhi atmosfer, "Gombal?"
"Jangan buat gue baper!" Lynn memberikan tatapan mengintimidasi.
"Apa itu ada di kontrak kita?"
Lynn memijat keningnya yang berdenyut sambil menggeleng, "Nggak ada. Tapi, lo jangan bikin kata-kata sok manis, lah! Lo tau sendiri ini cuma pura-pura!"
Ale cukup diam dalam beberapa waktu sampai akhirnya ia menggeleng, membat Lynn menyatukan kedua alisnya, "Gue nggak pernah bilang ini pura-pura." Ujar Ale santai, "Gue serius."
"Ale!"
"Gue serius emang mau nikahin lo. Tapi sampai setahun aja."
"Kalau gitu apa bedanya sama kawin pura-pura?!" Lynn jengkel.
Ale menenggerkan kedua tangannya di saku celana, "Beda! Gue nggak pernah bilang untuk berpura-pura menikah sama lo. Gue serius menikah sama lo, walau hanya satu tahun."
Lynn tak bisa berkata-kata. Lidahnya kelu meskipun banyak kalimat yang ingin meluap. Ia tercenung cukup lama untuk mencerna seluruh ucapan Ale yang terkesan ambigu. Berada diantara dua makna yang sulit dimengerti.
Ale lantas melangkah lebih dekat ke arah Lynn. Bahkan ujung alas kaki mereka tampak menyatu, sempat membuat Lynn terkejut, "Gue rasa, kesungguhan itu akan terasa sampai hati tanpa perlu gue ungkapin." Bisiknya dengan suara serak.
"Ale?!"
Panggilan itu membuat keduanya menoleh bersamaan. Kesunyian itu mendadak teralihkan saat seorang perempuan berhijab dengan gaya super modis dan glamour itu datang bersama satu kotak di tangannya.
"O-oh. Hana?" ucap Ale kaget.
Lynn langsung tersadar saat nama dan wajah yang tak asing baginya saling bersatu dalam ingatan. Mata teduhnya mendadak beriak.