Fathima Lynne lahir dua puluh tujuh tahun lalu dalam keluarga yang sederhana saja. Ayah menggeluti peternakan ayam kecil-kecilan di belakang rumah dan menjual dagingnya di pasar. Sedangkan ibu membuka warung ayam goreng di serambi rumah.
Lynn sendiri Sejak kecil, ia memang sangat lengket dengan ayah. Bahkan kerap diajak menonton pertandingan silat daerah yang membuatnya tertarik. Menggeluti seni bela diri pencak silat sampai mengikuti pertandingan tingkat provinsi. Sebelum akhirnya terhenti karena kecerobohannya sendiri.
Menggunakan semua keahliannya itu untuk menghajar teman laki-lakinya. Lynn dirundung karena merupakan anak peternak ayam yang bau. Itu membuatnya kehabisan rasa sabar sampai temannya itu mengalami babak belur dan retak tulang punggungnya—itupun karena Ale remaja melerai mereka. Jika tidak? entah apa yang akan terjadi.
Sedangkan Naufal adalah mahasiswa IPB jurusan peternakan. Untung saja ia anak Ayah dan Ibu yang sangat cerdas. Mendapat beasiswa penuh. Dan mengambil pekerjaan sampingan sebagai ojek daring untuk menghidupi kesehariannya.
Dan si bontot, Afkar punya obsesi yang sama dengan kakak sulungnya. Saat ini ia masih menggeluti duina silat. Mengikuti kompetisi nasional. Bahkan setiap hasil kerja kerasnya langsung diberikan pada kedua orang tua untuk kebutuhan hari-hari. Lynn pun selalu mewanti-wanti agar adik bungsunya itu bisa mengendalikan emosi dengan baik, agar tak terjadi lagi apa yang menimpanya di masa lalu.
Melihat sepak terjang keluarganya, sebagai anak sulung membuat Lynn cukup terhenyak. Bahwa ia harus lah bertanggung jawab mengangkat derajat keluarga. Apalagi kedua orang tuanya sudah menua. Lynn hanya ingin melihat mereka hidup tenang dan nyaman, karena mereka telah banyak bekerja keras.
Gue janji akan penuhi semua kebutuhan keluarga lo dan bahkan nilainya lebih dari sekedar kebutuhan setahun—Ale Omar.
Pesan singkat Ale kembali memberikan penegasan, itusemakin membuat keputusan Lynn menjadi sangat bulat.
Dengan langkah yang berat, tepat seminggu setelah Lynn keluar dari rumah sakit, ia berpakaian sangat rapi, elegan dan sangat feminim. Berbanding terbalik dengan kebiasannya yang bebas.
Vintage dress bernuansa pastel bernuansan retro namun playfull lengan puffy dan Peterpan collar, serta motig cherry yang menggemaskan menjadi pilihan Lynn. Menggerai rambut sebahu dan poni tipis di sekeliling dahi. Tak lupa sepatu lolita berwarna pink muda dengan satu pita. Dan Lynn memilih mini sling bag berwarna senada.
"L-lo ngapain?" kaget Ale menatap cara berpakaian gadis itu dari atas sampai bawah bersama kening yang berkerut. Ia sangat tidak biasa dengan pemandangan ini. berbanding terbalik dengan Lynn yang dikenalnya.
"Auuh!" keluh Lynn berkacak pinggang. Ia seolah menjadi dirinya kembali—seperti preman? "Dengar, ya.. bukannya gue harus terlihat lebih berkelas di depan banyak orang. Kan lo calon suami gue."
"Ah~" Ale seolah baru tersadar sambil mengedarkan pandangan ke segala sudut lobi hotel yang saat ini karyawannya sedang diam-diam menatap.
Sedetik kemudian, pria itu langsung melunturkan senyumnya, "Ikut gue!"
Lynn mengekor di belakang Ale untuk masuk ke dalam lift dan sempat menebarkan senyum pada seluruh staf yang sepertinya sedang berbisik. Sebab, Ale tak pernah terlihat membawa perempuan.
Ia berhadapan dengan Ale di sebuah ruangan pribadi. Bahkan pria itu sempat meminta sekertarisnya untuk keluar. Jadi, mereka hanya berbicara empat mata mengenai kelanjutan perencanaan aneh tersebut.
Ale menyodorkan satu map, "Itu kesepakatan dari gue. Coba baca!"
Lynn membukanya. Ia membelalak. Sebuah kesepakatan yang cukup serius untuk sebuah kesepakatan yang terlihat sepele. Rupanya Ale tidak main-main. Bahkan ia mengetiknya langsung dan menyiapkan materai seolah kontrak kerja sungguhan.
"Tunggu!" Lynn menutup lagi map tersebut dan menyingkirkannya sejenak.
"Apa?"
"Kalau dipikir-pikir.. seharusnya lo nanya dulu dong ke gue. Apa gue udah punya pacar atau--."
"Apa itu perlu?" sela Ale tertawa kecil yang membuat Lynn melebarkan matanya, "Orang jomblo itu keliatan."
"Hah?! Sembarangan! Gini-gini gue juga punya crush kali!"
"Udah, lah.. palingan juga sebelah tangan. Seharusnya lo bangga dong jadi jomblo sejak lahir. Gue aja bangga!" Ale menyombongkan diri.
"Cih!" Lynn berdecak kesal, "Mana mungkin lo jomblo seumur hidup." gerutunya sambil kembali membuka map kontrak tersebut.
Lynn mulai membacanya lantang.
Kontrak Pernikahan untuk Fathima Lynne
1. Pernikahan ini hanya berlaku satu tahun kedepan.
2. Pernikahan ini akan dilakukan secara terang-terangan.
3. Fathima Lynne harus mendampingi segala kegiatan Ale Omar sebagai istri.
4. Fathima Lynne harus tinggal satu rumah dan satu kamar dengan Ale Omar.
5. Ale Omar harus menanggung kehidupan Fathima Lynne dan keluarga selama satu tahun dan besarannya bisa untuk masa depan mereka.
6. Fathima Lynne bebas melakukan apa yang disukai.
7. Ale Omar tidak akan kurang ajar dan tidak melakukan kekerasan fisik, karena Fathima Lynne jauh lebih menyeramkan.
8. Tidak boleh saling ikut campur urusan pribadi masing-masing.
Seketika Lynn menatap Ale dengan tatapan murka, "Apa-apaan, nih? Bukan nikah siri? Trus, poin nomer 7. Emang gue hantu?!"
Ale memutar bola matanya sejenak, "Nyokap gue punya banyak relasi. Nggak mungkin siri, dong! Yang ada malah aneh."
"Lo yang aneh!" semprot Lynn, "Nikah buat main-main. Ini akad itu janji sama Allah! Tau, nggak, lo!"
"Okey! Kita nikah beneran!"
Lynn terkekeh. Memupuk terus kesabarannya, "Apa kita yang ibaratnya nggak pernah ketemu bisa melakukan semua ini? Pernikahan yang sesungguhnya?! Gue juga berhak milih laki-laki mana yang mau gue nikahin!"
"Cinta datang karena terbiasa! Puas, lo?!" tegas Ale. "Kalau gue juga bisa milih, gue juga akan milih. Memilih kehidupan yang gue mau." sambungnya nyaris tak terdengar.
"Kalau tak kunjung datang?"
"Pisah!"
"Waahh!" Lynn terbelalak. "Gampang banget, ya."
"Cepet tanda tangan!" pinta Ale tak mau memperpanjang. Lalu mengambil satu kertas kosong dan memberikannya pada Lynn, "Tulis semua perjanjian buat gue. Apa aja yang lo mau. Ntar gue print. Gue udah bilang kan, kalau gue mau semua saling mendapatkan keuntungan?"
Sempat menatap pria tampan pemilik mata teduh itu sinis, lalu bertanya sebagai bentuk pelugasan, "Setahun, doang, loh!"
"Uhmm.. tenang aja! Setelah itu lo bebas mau melanjutkan hidup." jawabnya santai.
Namun, diam-diam ia menatap Lynn begitu dalam dan lekat dengan mata yang sayu. Sesuatu tersirat.
membubuhi tanda tangannya di atas materai. Dari caranya menekan pena, menampakkan emosinya sedang meluap disana, lalu bersiap menulis perjanjian berikutnya.
"Ale." panggilnya sebelum menulis.
"Uhmm?"
"Trus kalau setelah satu tahun ini selesai, gimana gue mau nikah lagi? Nikah yang beneran dengan lelaki pilihan gue maksudnya. Masa status gue janda, sih?"
"Tinggal tunjukkin aja kontrak ini." jawabnya santai, "Eyy! Jangan khawatir!" serunya melihat keterpurukan Lynn, "Lagian jodoh nggak akan kemana. Dia pasti bakalan menerima lo apa adanya."
Jika dipikir-pikir, ucapan Ale benar adanya. Siapapun yang akan menjadi jodoh kita, Allah akan gerakkan hati keduanya. Tidak hanya satu. Dan jika sudah berjodoh, pasti akan menerima segala kelebihan dan kekurangan. Allah sudah atur semuanya.
Kontrak Pernikahan untuk Ale Omar
1. Ale Omar tidak boleh menyentuh Fathima Lynne tanpa seizinnya. Titik!
2. Ale Omar harus menjamin keamanan dan keselamatan Fathima Lynne.
3. Ale Omar harus bertanggungjawab atas dampak dari kontrak ini pada kehidupan Fathima Lynne
4. Ale Omar harus menepati semua kontrak yang ditulis, jika tidak, kejadian 10 tahun lalu akan terulang.
Kretek.. kretek..
Ale agak bergetar membaca bagian terakhir, apalagi saat Lynn menggertakkan kedua tangannya. Meregangkan persendian seolah ingin menghajarnya habis-habisan.
"Gimana? Gue nggak minta banyak, kan? tepati aja semua yang lo tulis sendiri." Lynn memicing puas, "Anggap aja gue cuma ngasih tambahan. Asal lo tau aja, gue bukan cewek ribet."
Ale tak langsung merespon. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, "Nggak~ maksud gue.. ini kenapa harus gini nomer satu?"
"Ya iya, lah! Ini kan kawin kontrak! Kita melakukan ini demi keuntungan masing-masing. Setelah itu gue harus menjemput takdir jodoh gue. Ya, kali!" semprot Lynn tersulut. "Jadi, pastikan kita nggak tidur seranjang atau beda kamar lebih bagus." bisiknya.
"Lynn!" protes Ale.
"Kenapa?! Gila lo, ya!"
"Ntar kalo nyokap gue tau? Lagian kita udah akad dan gue juga nggak nyentuh lo!"
Tiba-tiba satu lampu di atas kepala Lynn menyala-nyala. Ia menemukan sebuah ide baru dan langsung merampas kertas yang ada dalam genggaman Ale yang kebetulan belum ditandatangani olehnya. Pria itu sempat kebingungan.
5. Sebagai pasangan suami istri terkontrak, Ale Omar selaku suami harus menyediakan rumah. Tidak boleh tinggal satu atap dengan mertua!
"Lynn!" bentak Ale sempat membuat jantung gadis itu hendak menggelinding, "Nyokap gue sendirian!"
"Lo yang bilang kan kalau nyokap lo bakal lega liat anaknya sudah berkeluarga. Ada yang mendampingi. Lagian gue juga nggak akan ngelarang lo tidur di rumah nyokap." Lynn berusaha menjelaskan, "setidaknya dalam pernikahan itu tidak boleh ada dua dapur."
Pada akhirnya Ale juga tidak bisa berkata-kata. Lynn benar juga. Jika mereka tinggal terpisah, maka pernikahan itu akan tampak nyata. Toh, setiap hari Ale bisa mampir ke rumah sang ibu. Dan pria itu tak ada alasan lagi untuk tidak membubuhi tanda tangan.