"Aneh sekali, padahal ini adalah atap. Tidak biasanya ada kucing berkeliaran disini." pria pengawal itu cukup heran sembari menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ah, begitu ya."
"Tapi mungkin kucing ini milik salah satu pengunjung pesta. Jika dilihat dari kalung yang melingkar di lehernya kurasa memang begitu." ujar pengawal itu lagi yang kini memandangi Minchae yang tengah mengelus lembut bulu-bulu tebal kucing itu. Ia bisa melihat kucing tersebut merasa berterimakasih pada Minchae karena telah merawat lukanya.
*Pasti dia sangat kesepian.* ujar Minchae dalam hati karena belum bisa meyakini bahwa kucing ini benar-benar milik salah satu pengunjung pesta di rumah ini, apalagi kakinya tengah terluka Minchae tidak tau akan sepet apa nasib kucing itu jika ia tidak segera menolongnya. Minchae mengira tak kan ada yang memperhatikan luka pada kaki kecil kucing itu karena semua orang sedang sibuk menikmati pesta.
"Apa aku disini saja menemanimu?" Minchae mengelus lagi pucuk kepala kucing manis itu dengan tawa lebarnya, ia merasa seketika mendapat teman di tengah rasa jengkel dan kesepian nya.
'Terimakasih. Kita akan bertemu lagi.'
Samar-samar terdengar suara yang entah dari mana asalnya. Minchae tidak begitu yakin suara itu diucapkan oleh seseorang karena ia mendengar cukup jelas kalimat itu meskipun tidak begitu jelas juga, entahlah Minchae sendiri bingung bagaimana cara menjelaskan nya. Tidak ada satu orang pun yang berada di dekatnya, ia bahkan mengecek ke sekelilingnya berulang kali barang kali ada seseorang di belakang nya tapi nyatanya tak ada siapapun.
Lalu dari manakah asal suara itu, apakah ucapan terimakasih itu di tujukan untuknya?
"Apa kau mendengar suara seperti yang aku dengar Ming?" tanya Minchae pada kucing di depan nya, tentu saja ia tak akan mendapatkan balasan, meskipun begitu ia merasa harus bertanya seperti itu padanya.
"Aneh. Siapa ya?" Minchae masih kebingungan mencari tahu asal suara yang tadi ia dengar.
"Sedang apa?"
Minchae dibuat kaget oleh suara pria yang berasal dari belakang tubuhnya, kenapa seseorang mengajaknya bicara ketika ia sedang kebingungan mencari asal suara aneh tadi?!!
Kim Seojun tengah berdiri dengan gagah, tangan kanan nya berada di dalam saku celana seperti pose seorang model tapi ini versi alami dan santai ala Kim Seojun. "Dari tadi aku mencarimu."
Seojun mengernyitkan matanya karena menemukan sesuatu yang mengganjal pada apa yang ia lihat. "Hei, kenapa pakaian mu seperti itu? bukankah kau baru saja mengganti nya?" tanya Seojun dengan nada khawatir karena noda yang ini lebih menghawatirkan dibanding noda wine yang mengenai lengan baju Minchae tadi.
"Oh? ini.. kucing ini terluka."
"Karena mengobati lukanya jadi pakaian k..." Minchae menahan kalimat nya saat Seojun mengubah ekspresi wajahnya menjadi kembali datar, ia rasa tak perlu menjelaskan dengan sangat detail pasti Seojun sendiri juga bisa menebak bagaimana kelanjutan ucapan nya.
"Ayo pergi." ujar Seojun setelah dua detik Minchae menahan kalimat nya di tenggorokan. "Ngg, tapi..." tentu saja Minchae tidak mungkin menolak ajakan Seojun, tapi ia masih khawatir dengan kondisi kucing yang terluka itu. Meskipun begitu ia berdiri dengan perlahan lalu mulai melangkah kan kakinya menjauh, pandangan nya masih belum bisa terlepas sempurna dari si kucing manis berwarna abu-abu itu.
-
Pepohonan yang rimbun dengan banyak tanaman kecil di sekitar nya terlihat sangat asri dan juga indah tentunya. Minchae berkali-kali merapalkan kalimat kagumnya sebab semua yang ada di kediaman tuan Hyungtae begitu mewah dan juga indah, ia tidak benar-benar iri pada Aera tapi jujur saja ia memang sesekali membayangkan bagaimana rasanya tinggal di lingkungan se-istimewa ini terlebih Aera amat sangat di cintai oleh suaminya, tuan Hyungtae seorang CEO ternama yang semua orang jelas tau siapa dia dan seberapa hebat dirinya.
Pasti Aera pernah menyelamatkan negara di kehidupan sebelumnya sehingga bisa seberuntung ini, pikir Minchae.
"Kau tidak boleh ikut campur begitu, sampai-sampai pakaian mu terkena darah seperti itu." Seojun seperti sedang mendisiplinkan Minchae, tiba-tiba saja berucap begitu setelah keheningan diantara mereka di halaman luas yang mereka pijak saat ini.
Minchae tidak tau harus menjawab apa, harusnya memang ia menolong hewan yang sedang kesakitan dan butuh bantuan kan? "Tapi aku tau dia sedang terluka, bagaimana bisa aku membiarkan nya saja?" ahirnya Minchae berhasil mengungkapkan isi hatinya, ia sungguh tidak tega jika hanya membiarkan kucing tadi terluka seperti ia tidak melihat apa-apa.
"Seojun!!"
Seseorang memanggil Seojun dari arah keramaian yang ada di seberang sana, disana adalah kumpulan dari keluarga nya yang entah sejak kapan mereka secara kompak bergerombol disana. "Hei! Seojun cepat kesini." panggil mereka lagi berniat memanggilnya untuk bergabung dengan mereka.
"Aku bicara sebentar dengan Minchae." jawab Seojun dengan nada ramah hingga matanya nyaris membentuk seperti bulan sabit, sangat manis membuat Minchae ingin menyentuh mata itu.
"Hai kak Minchae." lalu seseorang itu berganti memanggil Minchae dengan nada lebih cerah seperti anak TK menyapa teman nya. Tentu saja Minchae membalas sapaan itu dengan wajah sama cerianya, adik iparnya itu adalah satu-satunya kerabat yang ia rasa tidak merepotkan dan juga tidak sulit bergaul dengan nya.
Sementara Minchae terjebak dalam pikiran nya yang gelap. Semua orang itu, bahkan adik Seojun yang begitu ramah padanya tidak ada yang tau bahwa hubungan nya dengan Seojun tidak benar-benar nyata. Mereka semua tidak ada yang tau betapa Minchae takut pada Seojun, mereka hanya tau hubungan nya harmonis dan saling berbagi kasih karena Seojun selalu membuat nya berakting di hadapan semua orang bahwa pernikahan mereka berdua itu asli, nyata, dan harmonis.
Tidak ada juga yang tau bahwa ia selalu menahan gejolak kesedihan dan juga ketakutan setiap kali berinteraksi dengan Seojun, suaminya sendiri. Minchae yang selalu merasa kesepian meskipun semua orang mengira hidupnya amat bahagia.
"Apa Soobin bilang sesuatu padamu?" Seojun melontarkan pertanyaan yang ia tahan dari tadi. "Ya, ia bertanya apakah kita ada masalah." jawab Minchae gamblang tanpa ingin menyembunyikan apapun.
Seketika Seojun menghembuskan nafasnya, Minchae tidak tau apa yang dirasakan Seojun saat ini tapi yang ia tau pasti sesuatu yang tidak baik. "Apa kau tidak bisa menggertak nya?" sekarang pria itu memegang dahinya karena merasa Minchae terlalu lembut sehingga keluarganya jadi tidak merasa segan padanya.
Apa yang dilakukan Minchae sekarang? memandang Seojun dengan tatapan protes, seakan ia tidak suka dengan ucapan Yunho barusan, tanpa sepatah katapun. "Nah seperti ini. Seharusnya kau bisa memberikan tatapan itu pada Soobin atau yang lain ketika mereka mencoba mengganggumu." jelas Yunho dengan perasaan sedikit geregetan. Ia tau, Minchae pasti merasa tidak nyaman dengan berbagai pertanyaan aneh yang keluarganya tanyakan.