"Sudah sana pergi. Sepertinya semua orang menunggumu." ujar Minchae sedikit ketus, mungkin ia tengah jengkel karena Seojun malah mengintimidasi dirinya karena tidak membalas dengan sarkas ucapan-ucapan tidak penting Soobin.
"TUNGGU."
Tanpa menduganya tubuh Minchae sudah tertarik maju hingga berada dalam dekapan Seojun. Ya, pria itu memang sengaja melakukan nya. Bukan semata-mata ingin memeluk atau yang lain nya, tapi jelas ini adalah sebuah rutinitas dimana Seojun mencoba menunjuk kan bahwa hubungan mereka berdua di penuhi dengan keromantisan antar satu sama lain dengan sangat natural.
Tentu saja Seojun ingin keluarganya melihat dimana ia sedang berpelukan dengan Minchae, entah bagaimana mereka menilai tapi Minchae selalu kesal karena ia mendadak menjadi aktris profesional yang harus melakukan apapun yang telah Seojun rencanakan demi mendapat citra harmonis itu sendiri. "Para bibi dan semua keluarga ku sedang melihat kita." ujar Seojun di tengah ia memeluk Minchae dengan erat.
Hufft, terkadang Minchae takut Seojun bisa merasakan dimana jantungnya berdegup lebih cepat saat sedang berpelukan seperti ini. Ia juga takut bagaimana kalau ia sampai tersipu karena segala gombalan dan sikap manis palsu Seojun yang ditujukan padanya hanya untuk pencitraan semata. "Masih di lihat?" tanya Minchae yang tidak bisa melihat situasi karena posisinya berdiri membelakangi mereka.
Seojun berdehem pelan sembari perlahan melepaskan pelukan nya. "Sepertinya ada hal yang ingin mereka pastikan." ujar nya yang kini menunggu respon dari Minchae.
Minchae yang ragu bertanya-tanya apakah mereka akan melakukan sejauh itu, kenapa rumit sekali memastikan hubungan rumah tangga orang lain. Lagi pula apa yang ingin mereka pastikan, belum cukup pelukan barusan?
Belum sempat fokus Minchae kembali terkumpul pada sosok pria di hadapan nya, tubuhnya di tarik mendekat begitu saja hingga ia cukup kaget hingga hampir memekik karena takut akan jatuh ataupun tersandung. Ternyata ia memang sengaja di tarik agar Seojun bisa mendekatkan wajahnya setelah beberapa saat kemudian bibir tebal nan penuh milik pria itu menyentuh dengan lembut bibir Minchae, membuat gadis itu menahan nafas untuk beberapa saat.
"Tidak apa-apa, aku tidak melarangmu untuk bernafas." ujar Seojun di sela-sela mereka yang masih menempelkan bibir satu sama lain. Sial sekali, Seojun benar-benar tau apa yang ada di dalam kepala Minchae bahkan bisa merasakan bahwa ia tidak bernafas atau sedang menahan nafas.
"Angkat kepalamu dan lingkarkan tangan mu pada leherku." titah Seojun yang berniat ingin memamerkan hubungan palsu nya lebih jauh, selalu seperti ini seakan Minchae tidak punya pilihan lain selain menurut bak anak ayam yang tunduk pada induknya. Padahal hal-hal semacam ini tidak di dalam surat perjanjian, mungkin karena Seojun tidak ingin orang-orang mencurigai hubungan mereka jadi Minchae tak bisa menolak nya.
Ini waktu nya berakting.
Selain karena surat perjanjian pernikahan kontrak antara dirinya dengan Seojun, Minchae mau dan rela melakukan ini semua demi bertahan hidup. Ada hal yang paling Minchae takuti jika ia tidak hidup bersama dengan Seojun saat ini meskipun hubungan mereka adalah palsu, atau masih bisa dianggap suami istri karena pernikahan ini juga resmi hanya saja satu sama lain tau bahwa tali pernikahan mereka akan berakhir di masa depan.
Sebenarnya ada kesempatan bagi Minchae untuk mengajukan perceraian dengan lebih cepat, Seojun tidak sejahat itu menahan seorang gadis remaja dan dinikahi kontrak tapi tidak memberikan sebuah pilihan kebebasan padanya.
Ya. Sebenarnya kapanpun Minchae mau ia bisa saja mengajukan gugatan cerai pada Seojun. Pernikahan kontrak mereka yang akan berakhir sekitar 3 tahun lagi itu bukanlah garis merahnya yang memang Minchae harus menunggu pada waktu tersebut jika ingin menggugat cerai. Hanya saja.. Minchae selalu bimbang ketika akan mengambil langkah, ia perlu bertahan hidup jadi selalu menahan diri agar bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa hidup bersama dengan Seojun itu lebih baik dari pada kembali pada masa lalunya.
••
Di suatu saat, Minchse pernah mengira bahwa Seojun merupakan sosok penyelamat baginya. Ia barusan tidak sengaja melewati foto pernikahan nya yang di bingkai cukup cantik di dinding ruang tamu. Tangan nya ingin menggapai wajah Seojun tapi urung dan ia tarik kembali setelah sadar ia sedang melakukan hal yang aneh.
"Saat itu kau berjanji akan menikahiku. Apa kau ingat?" tanya Minchae pada akhirnya pada sosok Seojun yang berupa foto tersebut, ia memandang Seojun dengan tatapan nanar seperti tengah memikirkan hal berat dalam kepalanya. Pandangan nya terlihat lelah seperti memendam begitu banyak kesedihan dalam dirinya.
"Asal kau tau, aku saat itu berdebar sampai tidak bisa tidur." suara Minchae mulai tercekat mengingat masa lalu nya, dimana ia pertama kali mengenal Seojun secara pribadi.
2 tahun lalu...
Suara nafas berat terdengar cukup keras dari arah gadis berkulit putih pucat yang sedang berlarian di Koridor dengan tumpukan buku dalam dekapan kedua tangan nya. Sekitar 3 atau 4 buku yang kira-kira baru ia pinjam dari perpustakaan dengan tema yang berhubungan dengan arsitek semua.
Choi Minchae sedang tergesa-gesa menuju sebuah ruangan, disana terdapat orang penting yang harus segera ia temui makanya ia sampai berlari secepat kilat. Dahulu kala, Minchae mau tidak mau harus percaya bahwa manusia memiliki peringkat dan level mereka masing-masing.
"Selamat siang nyonya. Anda pasti sudah lama menunggu." sapa Minchae yang baru saja memasuki ruangan yang ia tuju dimana ada seorang wanita dengan dress mewah dan beberapa perhiasan yang cukup mencolok tengah duduk di sofa. Wanita itu dengan santai menyeruput teh yang memang telah di suguhkan untuk nya sebelum merespon sapaan dari Minchae.
Wanita itu adalah istri dari Seokjin Lee, Direktur S Central, anak perusahaan S Group. Tak heran gaya berpakaian dan prilakunya sangat menonjolkan bahwa ia adalah orang atas, apalagi berlian-berlian yang berkilauan itu terlihat sangat cantik. Ia bernama Myunghe Lee.
"H-hari ini saya menggantikan ibu..."
"AKU TAHU." potong nyonya Myunghe bersamaan dengan meletak kan kembali gelas tehnya pada coaster atau biasa disebut tatakan gelas ketika Minchae baru membuka suara sampai membuat gadis itu sedikit meningkatkan pundak karena terkejut.
Tidak masalah, itu bukan perilaku yang mengejutkan bagi Minchae. Keluarga Minchae adalah pelayan keluarga ini, banyak hal menyedihkan yang telah ia saksikan dan juga ia alami sendiri semenjak ia kecil sebab ibunya telah bekerja pada keluarga Lee sejak ia masih sangat kecil.
Ibunya bekerja sebagai pembantu yang biasa mengurus di dapur keluarga Lee, sedangkan ayah Minchae baru melamar sebagai seorang supir Tuan Seokjin pada tahun ke 5 dari ibunya mulai bekerja. Jadi tentu saja sebagai seorang putri pelayan, Minchae harus tunduk pada majikan nya sekalipun sikapnya kasar dan sering berkata tidak senonoh padanya.