"Kak, Minchae sekarang baru 24 tahun."
Di tengah-tengah perdebatan Seojun dengan kakaknya Minchae hanya bisa diam mendengarkan percakapan sengit yang terjadi diantara mereka, syukur-syukur tempat ini riuh karena semua orang asyik dengan urusan mereka sendiri, kalau tidak dua orang ini pasti sudah menjadi pusat perhatian karena pertengkaran adu mulut mereka.
Bukan bertengkar, mereka hanya sedikit mempertegas pengucapan masing-masing karena ingin bermain pintar, tak ingin terlihat emosi padahal Minchae sangat tau keduanya telah menggenggam bara api di tangan mereka masing-masing yang siap untuk di layangkan pada lawan kapanpun mereka mau.
Pada saat-saat seperti inilah Minchae merasa Seojun menganggap dirinya ada, meskipun ia tau Seojun membelanya bukan semata-mata karena dirinya namun pria itu juga butuh membersihkan namanya sendiri dari gosip-gosip yang akan di sebar luaskan oleh kakaknya. Jadi pada dasarnya semua tetap palsu tak ada yang perlu dianggap serius, ia tak boleh berharap apapun pada Seojun.
"Dia masih ingin belajar." tambah Seojun.
"Memangnya belajar apa dia?"
"Arsitektur." masih bisa menanggapi lebih jauh, Seojun bahkan memasang senyum paling lebar miliknya yang entah mau sampai kapan ia akan melakukannya.
"Arsitektur? bukan nya itu hanya menggambar di kertas dan mencoret-coret saja?" julid Soobin, ia sekarang sampai mengkritik kerja mahasiswa Arsitektur yang padahal lebih rumit dari sekedar mencoret-coret kertas kosong.
Karena ini menyangkut apa yang Minchae pelajari dengan sungguh-sungguh rasanya ingin sekali ia ikut menimpali dengan memutar balikkan ucapan itu, 'Lalu apa kau bisa menggambar lebih baik dariku? aku ingat kau hampir tidak lulus S1 dulu. Tapi karena bantuan orang dalam ahirnya kau bisa lulus tepat waktu.'
Tenang Minchae tenang, jangan sampai ia benar-benar melemparkan senjata itu kalau tak ingin Soobin jadi meledak bahkan meraung-raung karena di kritik balik olehnya. Yakin sekali pasti ujung-ujungnya Minchae dianggap menuduh hal yang tidak-tidak dan akan di laporkan ke pihak yang berwajib. Sungguh ini akan sangat melelahkan.
"Kalau begitu belajar kan bisa kapan saja. Tapi punya anak kan ada masanya." ucap seorang pria dari arah belakang Soobin yang lalu mendapat anggukan pembenaran dari Soobin.
Tiba-tiba muncul seorang pria yang diketahui merupakan suami kedua dari Soobin, Minchae tidak tau ternyata ada orang lain yang mendengarkan percakapan rusuh antara Seojun dengan Soobin. Oh bukan!! maksudnya suami kedua itu bukan Soobin memiliki 2 suami melainkan ia telah bercerai dengan suami pertamanya lalu sekarang telah menikah lagi dengan yang sekarang, maka begitulah Minchae menyebutnya suami kedua.
"Benar. Harus ada untungnya menikah saat muda. Bergabung di keluarga ternama dengan tempat yang bagus seperti ini kenapa malah menambah beban adik sepupuku."
Padahal dari tadi Minchae sudah diam sediam-diam nya. Tapi masih tetap saja terkena serangan. Kalau saja Soobin bukanlah seseorang yang harus ia hormati ia tak segan-segan untuk mengambil gelas berisi wine yang di bawa oleh para pelayan diatas nampan untuk ia tuangkan dari atas kepala Soobin hingga merambah turun ke bawah. Lalu setelahnya ia akan pergi begitu saja dengan cantik sembari Seojun mengikutinya dari arah belakang.
Ahh, sayangnya itu hanya sebatas bayangan dalam kepalanya. Mana mungkin ia akan melakukan hal itu apalagi di sebuah pesta mewah seperti ini, terlebih Seojun tak akan mengikutinya dari belakang dan diam-diam memberi dirinya apresiasi atas tindakan nya, yang pasti ia akan terlihat memalukan dimata Seojun.
"CUKUP!! jangan usik dia, kalau mau berdebat lawanmu itu aku jangan libatkan dia."
Sangat mengejutkan karena seojun berucap dengan keras dan juga tegas seperti itu ketika Soobin akan menambahi beberapa ejekan lain yang akan ia layangkan pada Minchae. Bahkan sekarang pundak Minchae di pegang erat oleh Seojun lalu di bawanya pergi dari hadapan Soobin si nenek sihir menyebalkan yang kini sudah mencak-mencak sendiri karena Hyunjoong membentak dirinya.
Wahh hebat bukan, baru lewat satu detik Minchae membayangkan ia pergi dengan cantik sembari Seojun mengikutinya ternyata menjadi kenyataan meskipun yang terjadi adalah yang sebaliknya, yaitu Seojun yang membawanya pergi dengan keren dan meninggalkan Soobin dengan wajah kesal.
Di sebuah kamar yang terletak di lantai atas. Seojun membawa Minchae masuk ke dalam setelah meminta tolong pada pelayan untuk membawakan baju ganti untuk Minchae. Entah bagaimana pelayan itu akan mendapatkan baju ganti karena seingat Minchae ia tak menyiapkan satu helai pun baju di dalam mobil ketika akan berangkat kemari.
Saat ini Minchae ada di dalam kamar sendirian, duduk diatas kasur mewah yang ia tau adalah ruangan khusus untuk tamu. Seojun sedang keluar sebentar untuk mengangkat telpon nya yang sedari tadi terus bergetar meskipun sudah berkali-kali di tolak oleh pemiliknya, karena curiga itu adalah hal yang mendesak akhirnya Seojun mengangkat panggilan tersebut.
"Ck, sayang sekali bajunya jadi kena wine begini. Padahal seingatku aku masih memakai baju ini satu atau dua kali." Minchae meresahkan bajunya yang tersiram wine tadi, ia bertanya-tanya apakah nodanya bisa di hilangkan atau tidak.
Tapi tiba-tiba Minchae teringat ucapan Soobin yang terakhir kali ia dengar, gadis itu berkata Minchae tidak pantas masuk ke dalam keluarga Kim. Rakyat jelata sepertinya memang menyedihkan sekali, ia pasti selalu di pandang rendah oleh kerabat-kerabat Seojun. Soobin benar, keluarga Seojun adalah keluarga ternama. Minchae jadi merasa tidak enak karena menjadi satu-satunya orang yang berasal dari keluarga sederhana diantara kerabat yang lain.
Meskipun dirinya sebatas istri kontrak yang beberapa tahun lagi akan bercerai, tapi seluruh keluarga tak ada yang tau hal itu. Mereka semua menganggap Minchae adalah istri sah Seojun sungguhan dan tak pernah terbesit sebuah bayangan perceraian di antara mereka berdua.
-
Suara desisan air keran terdengar keras di telinga Minchae ketika ia berusaha menghilangkan noda wine pada baju yang baru saja ia lepas. "Aduuh, nodanya tidak mau hilang." ujarnya sembari terus mengucek dress berwarna silver sepanjang bawah lutut nya.
Dalam hati Minchae berkata, *Apa aku disini saja sampai pestanya selesai? masalahnya bukan hanya satu atau dua orang yang ingin ku hindari. Ada banyak kerabat yang mulutnya sebelas dua belas mirip dengan Kim Soobin.* ia menatap kearah cermin dimana ia bisa melihat wajahnya tampak muram dan menyimpan banyak kekhawatiran di dalam nya.
Sepertinya masalah utama disini bukan baju mahal yang ia kenakakan terkena cairan merah tua melainkan ia lelah jika harus bertemu dan menghadapi pertanyaan-pertanyaan serupa yang akan di tanyakan oleh banyak kerabat lain nya. Sungguh ia tidak menyesal datang kemari, karena Aera yang merupakan seorang pemeran utama di pesta ini adalah kenalan yang cukup akrab dengan nya, hanya saja mentalnya tidak begitu siap jika harus bertemu dengan Kim Soobin lain nya.
Ia menunduk lesu selama beberapa detik, kemudian memakai kembali dress nya yang sialnya noda itu tetap menempel dan tidak mau hilang ketika di bersihkan.