Sekembalinya dari resort, Bona dan Jiho setingkat lebih dekat. Mungkin karena kejadian dihutan waktu itu membuat rasa nyaman mulai tumbuh di antara mereka, setidaknya kalau mereka bertemu akan menganggukan kepala mereka kepada satu sama lain.
Sejak hari itu pendapat Bona kepada Jiho dan pendapat Jiho ke Bona pun membaik karena Jiho mengetahui lebih tentang pendapat Bona dan Bona juga lebih mengerti tentang cara Jiho melihatnya. meski tidak berubah banyak namun pekerja di rumah mereka pun tahu bahwa keadaan hubungan mereka lebih baik dari sebelumnya.
Jiho masih tetap sibuk pada pekerjaannya di kantor, ia akan berangkat pagi sekali lalu pulang larut malam sementara terlihat ada perubahan di dalam diri Bona. Bona juga mulai mengurangi jumlah minum nya dari yang biasanya setiap hari menjadi dalam seminggu hanya 2 sampai 3 kali saja lalu jumlah botol yang ia minum pun tidak terlalu banyak seperti biasanya.
Ia mencoba untuk bangun lebih pagi dan melihat sekitar rumah, sesekali ia mencoba mengobrol dengan pekerja dirumah walau pekerja di rumah merasa canggung dengan perubahan sifat Bona yang terasa tiba-tiba ini tapi mereka berusaha untuk mendekatkan diri dengan pemilik rumah itu.
Bona juga baru menyadari bahwa di rumah nya terdapat pohon apel dan juga berbagai tanaman seperti strawberry, rosemary, sebagainya. Suatu pagi ia tengah melewati halaman belakang rumah, ia melihat ada paman tukang kebun yang sedang memanen buah apel.
Buah apel yang di ambil terlihat besar dan berwarna merah seperti yang ada di dongeng puteri salju, ia berjalan mendekati paman itu yang terlihat sedang sibuk menaiki tangga yang bertopang pada batang pohon apel, paman tukang kebun yang melihatnya jalan mendekat terlihat kaget dan buru-buru menuruni tangga, saat sampai di bawah paman itu langsung membungkukkan badannya kepada Bona.
"Paman apa aku boleh mencoba apel itu ? "
Bona menunjuk box berwana kuning di dekat tangga yang terlihat sudah mulai penuh dengan apel di dalam nya. Paman itu terlihat bingung dengan sikap nyonya nya karena selama ia bekerja di rumah ini, mereka tidak pernah berbicara bahkan saat bertatapan wajah pun wanita itu lebih memilih untuk pura-pura tidak melihatnya tapi meski merasa bingung ia tetap memberikan satu apel yang sudah ia cuci di keran dekat pohon itu dan memberikannya kepada Bona.
"Ini Nyonya" Bona langsung menerima apel itu dan mengigitnya. Juice yang keluar dari daging buah apel itu memenuhi mulutnya dan terasa sangat manis. Padahal cuaca disekitar sini masih panas karena musim panas belum berakhir tapi buah ini sangat menyegarkan dan dapat menyejukan badannya yang mulai berkeringat di bawah sinar matahari.
Dengan tersenyum Bona berkata "Wah buah ini manis sekali paman, kenapa aku tidak tahu lebih cepat ya padahal ini enak sekali "
Mendengar perkataan Bona membuat raut wajah tegang paman tukang kebun itu berubah menjadi lebih santai "Kalau nyonya masih mau saya akan mengatakan kepada bibi didalam untuk memberikan apelnya untuk nyonya "
"Selain buah apel di rumah ini ada pohon apa saja paman ? "
"Di sebelah sana ada tanaman strawberry nyonya lalu di sebelah sana ada tanaman mint, rosemary….."
Mendapat kan keterikan pertama kali dari majikannya membuat paman tukang kebun itu dengan semangatnya menjelaskan setiap seluk beluk tanaman yang ia tanam susah payah kepada Bona seraya mengantarkan berkeliling halaman rumah.
Setelah selesai mendapatkan penjelasan dari paman tukang kebun, Bona berjalan menuju dapur. Ia membuka pintu dapur, terlihat beberapa pekerja sedang menyiapkan bahan makanan, ada juga bibi yang sedang memasak lalu ada yang berbincang dengan riangnya.
Tidak lama sepertinya para pekerja baru menyadari Bona ada disana dan membungkukkan badannya memberi salam. Bibi yang menjaga Bona di rumah sakit merasa kaget lalu berjalan maju mendekati Bona seraya mengelap tangannya yang terdapat tepung diapron yang ia pakai.
"Nyonya mencari sesuatu? Atau membutuhkan sesuatu? Kenapa nyonya datang langsung kesini, nyonya bisa meminta pekerja didepan atau memanggil saya untuk mengantarnya kepada nyonya"
"Kau sedang membuat apa ? " ucap Bona seraya menengok ke belakang Bibi untuk melihat sekitar dapur.
"Saya membuat pangsit untuk salah satu menu makanan malam ini nyonya " Bibi menjawab dengan senyum ramahnya tapi Bona memutuskan hanya menganggukan kepalanya mengerti dan berjalan keluar dari sana karena ia bisa melihat tatapan takut dari pekerja lainnya disana sepertinya image Bona di hadapan mereka cukup buruk.
Ia juga mengerti bagaimana tidak buruk kalau nyonya dan tuan rumah tempat mereka bekerja seperti sedang dalam perang dingin apalagi nyonya yang mempekerjakannya sering berteriak menghancurkan barang serta mabuk-mabukkan.
Kalau memikirkan apa yang dulu iya lakukan, ia merasa malu dan ingin masuk ke dalam tanah bagaimana bisa ia bertindak seperti itu kalau ia menjadi pekerja dan memiliki majikan seperti itu juga ia akan sama takutnya bahkan mengundurkan diri karena tidak betah.
Bona akhirnya duduk di teras lantai dua rumahnya seraya meminum teh dan cemilan yang diantarkan oleh bibi tidak lama setelah ia keluar dari dapur tadi. Ia mengambil handphonenya lalu menelepon temannya Gavin. Terdengar dering masuk dari handphonenya drring…Drrring….drrringg….drringgg….drrrklik
"Halo?" suara Gavin mulai terdengar dari seberang sana.
"Gavin…"
"Apa?"
"kau sedang sibuk?"
"Sedikit tapi aku ada waktu sekitar 5 menit. Memangnya ada apa? Kau membuat masalah lagi ?"
"Kau pikir kerjaanku hanya membuat masalah hah?!" Bona pun berteriak marah mendengar tuduhan temannya itu dan terdengar suara Gavin yang terkekeh.
"Memang benarkan? Kau sudah lupa dengan kelakukan mu sendiri? perlu aku ingatkan ? "
"Diam kau" Bona tidak bisa menahan kekesalannya lagi sehingga nada yang keluar dari mulutnya terdengar dingin.
"Oke..oke aku hanya bercanda saja jadi ada apa kau menghubungiku pasti ada yang ingin kau bicarakan kepadaku kan ? " Bona hampir lupa tujuan ia menghubungi Gavin akhirnya melupakan amarahnya.
"Menurutmu apa lebih baik aku bekerja saja ? " Gavin terdengar sedang tersedak kaget diseberang sana mendengar perkataan temannya itu. 'Seorang Bona bekerja?' Gavin sampai terbata-bata karena tersedak tadi.
"…a..apa? bekerja? Tiba-tiba?"
"Iya… aku merasa bosan kalau hanya berdiam diri saja di rumah, kau juga sibuk lalu kak Jihoon juga dan aku tidak memiliki teman di korea. Aku juga tidak mungkin mengganggu pekerjaan paman tukang kebun atau pekerja di rumah terus meneruskan?" mendengar penjelasan dari Bona membuat gavin terdiam sejenak sampai Bona harus melihat layar handphonenya untuk memastikan bahwa telephone mereka masih tersambung.
"Halo? Gavin kau masih disana kan?" Gavin tersadar setelah mendengar suara Bona dan langsung menjawab panggilannya.
"Iya aku masih disini. Benar juga tidak ada ruginya kalau kau mau bekerja apalagi kau lulusan universitas ternama aku yakin tidak ada kendala besar. Memangnya kau sudah tahu mau mendaftar dimana ? "
Bona terdiam mendengar pertanyaan dari Gavin, sejujurnya dia belum berfikir sampai sana. Ia juga baru ingat bahwa di negara ini persaingan mencari kerja sangatlah ketat.
Gavin yang menyadari temannya terdiam itu berkata "Kau coba saja tanya ayahmu siapa tau kau bisa di berikan posisi disana"
Bona menjawab dengan nada yang kesal. "Apa kau pikir ayahku akan memberikan pekerjaan kepadaku ? "
"Hmm… tidak sih atau…kau tanya saja suami mu"
"Jiho ?... " Bona sebenarnya agak ragu untuk bertanya kepada suaminya itu.
"Iya coba saja bertanya kepadanya, sudah dulu ya sepertinya aku sudah harus pergi. Pikirkan lah baik-baik keputusanmu" Gavin cepat-cepat mematikan telephonenya, sepertinya ada pasien darurat yang datang karena sebelum telephone tertutup Bona mendengar suara dari mobil ambulan yang cukup kencang.
Bona memikirkan kata-kata Gavin yah memang benar akan lebih mudah untuk bertanya kepada Jiho daripada ayahnya kan. 'Nanti malam aku tanya saja saat ia pulang kerja' pikir Bona seraya mengirim pesan kepada Jiho yang berisikan memintanya pulang lebih cepat hari ini karena ia ingin berbicara sesuatu kepadanya.