Chereads / Crazy Deal / Chapter 13 - Bunga Lily Berwarna Ungu

Chapter 13 - Bunga Lily Berwarna Ungu

Seorang wanita terlihat sedang berjalan mendekati Bona yang duduk di halte seraya menunggu bus. Wanita itu memakai kaos berwarna putih, celana panjang berwarna hitam dengan sepatu heel boots berwarna yang sama dengan celananya. Long coat berwarna merah yang ia pakai membuat penampilan nya semakin sempurna.

Ia memiliki rambut panjang lurus dengan warna hitam pekat yang sangat cocok dengan wajah nya yang putih kecil. Lipstick berwarna merah tipis di bibir nya membuat paras wajah nya terlihat lebih segar.

Wanita itu tersenyum kecil melihat Bona yang tidak menyadari kedatangannya lalu duduk di sebelah Bona.

"Bagaimana? Kau berhasil menyelamatkan nya?" Ucap wanita itu secara tiba-tiba. Bona menoleh pelan ke arah wanita itu dan ia terloncat kaget melihat wanita yang ia temui di rumah sakit waktu itu.

"K…Kau bukan nya yang waktu itu di rumah sakit? Bagaimana bisa kau tahu aku di sini ?" Bona menatap nya dengan tatapan tidak percaya seraya melihat ke arah kanan-kiri.

Wanita itu tertawa lalu memberikan barang yang ia bawa di tangan nya kepada Bona, sebuah payung. Payung berwarna kuning polos. Ia memberikan nya ke tangan Bona yang menatap payung itu dengan aneh.

"Payung?" Bona melihat ke arah langit yang cerah dan beberapa orang yang bahkan masih memakai celana pendek saat menyeberangi jalan walau ini sudah mulai masuk ke awal musim gugur.

"Kau akan membutuhkan nya" ucap wanita itu berhendak pergi tapi tangan nya di tahan oleh Bona. Wanita itu menoleh ke Bona yang sedang menahan tangannya lalu berkata.

"Kita akan segera bertemu lagi. Saat itu aku akan menjelaskan semua nya kepada mu." Wanita itu melepaskan tangan Bona perlahan lalu melihat ke sekitar dengan senyum manis di wajah nya.

"Ah! Apa kau tahu banyak manusia yang benci sekali kehujanan dan ada juga yang tidak masalah terkena hujan. Tentu saja tidak ada salah nya dengan kedua pilihan itu, tapi yang aku inginkan kau tidak harus terkena hujan hanya karena takdir mu berjalan dalam hujan. Payung ini anggap lah sebagai kebaikan hati ku dari takdir yang di jatuh kan kepada mu."

Bus yang di tunggu oleh Bona berhenti di depan mereka dan wanita itu mendorong Bona masuk ke dalam bus. Ia melambaikan tangan dengan senyum kepada Bona yang duduk di kursi sebelah jendela masih menatap nya dengan tatapan bingung.

Setelah bus itu jalan meninggalkan halte, wanita itu juga berjalan ke arah sebaliknya dari arah bus melewati mobil hitam bermerk BMW yang terlihat mengikuti bus itu.

Bona yang duduk di bus memakai earphone nya seraya melihat keluar jendela memperhatikan gedung-gedung tinggi, kendaraan yang berlalu-lalang di jalan yang sama dengan nya lalu orang yang menyebrang di penyebrangan jalan saat lampu merah menyala. Kepala Bona terlihat mulai mengangguk-ngangguk mengikuti nada dari lagu yang di dengar nya.

Bus itu berhenti di halte dan terdapat beberapa orang yang masuk ke dalam bus. Ada seseorang yang duduk di sebelah Bona, tampaknya orang itu adalah seorang wanita. Mereka memberikan salam sebentar lalu fokus kepada urusan masing-masing.

Tiba-tiba wanita itu menepuk pelan pundak Bona yang membuat Bona menoleh kan kepala nya dan melepas salah satu earphone di telinga nya. Wanita itu terlihat tidak enak mengganggu Bona dan berkata.

"Permisi, maaf saya mengganggu. Ini pertama kali nya saya menggunakan bus setelah sekian lama jadi saya agak bingung. Saya ingin bertanya kalau ingin ke apartment Wonhae berhenti dimana ya?"

"Tempat kita turun ternyata sama, di halte yang kita tuju sekarang. Nah ini hampir sampai, sebentar saya akan menekan tombol berhenti" Bona berhenti dari kursinya dan menekan tombol berwarna merah di sebelah kaca.

Setelah ia menekan tombol itu terdengar alarm yang dapat memberi tahu supir bus untuk berhenti. Tidak lama mereka turun bersama di halte lalu wanita itu berkata terima kasih dan pergi ke arah lain dari Bona.

Bona melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki karena jarak rumah nya dari halte membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit. Ia bisa merasakan air yang menetes sedikit demi sedikit mengenai cardigan yang ia pakai. Ia teringat dengan payung yang tadi ia dapatkan di halte tadi.

Sepertinya hujan akan semakin deras jadi dia mengambil payung berwarna kuning itu dari tas nya dan benar saja selang semenit hujan langsung turun dengan sangat deras.

Hujan yang membasahi tanaman dan tanah di sekitar Bona membuat wangi hujan merembah dari segala arah. Bona sangat menyukai wangi ini dimana ia selalu merasa tenang serta sentimental saat menghirup wangi hujan. Bahkan terkadang ia dapat menangis hanya karena melihat hujan.

Bona memperlambat langkah nya untuk menikmatin hujan itu lebih lama lagi, ia bisa melihat ada mobil berwarna hitam melewati nya tanpa sadar ia melihat plat nomor mobil itu dan ternyata pemiliknya adalah Jiho.

Bona menghenti kan langkah nya melihat mobil Jiho yang terparkir di karangan rumah mereka itu sembari menghela nafas berat, ia hanya berharap Jiho tidak berkata apa-apa saat ia masuk ke dalam rumah tapi apa yang ia harapkan terjadi. Jiho langsung berjalan masuk ke dalam kamar nya tanpa menyapa bahkan melirik ke arah Bona sekali pun.

Bona memberikan payungnya kepada bibi yang menghampirinya. Ia lalu bergegas mandi dan merapihkan barang nya. Setelah itu ia berjalan menuju ruang makan. Bona duduk di kursi nya. Terlihat meja makan yang penuh dengan makanan tapi kursi di sana masih kosong, lebih aneh nya alat makan yang di siapkan oleh bibi hanya satu set.

"Jiho tidak makan bi?" tanya Bona seraya mengambil nasi dan lauk lain nya di meja. Bibi yang di tanya berjalan mendekati Bona.

"Tuan Jiho berkata bahwa ia sedang tidak enak badan karena itu ia tidak ada nafsu makan." ucapan bibi membuat Bona melihat nya dengan aneh. 'Tadi di kantor dia baik-baik saja. Kenapa ia sakit sekarang?'

"Tolong antarkan bubur dan obat ke kamar Jiho ya bi."

"Baik Nyonya."

Bibi itu mengundurkan diri dan keluar dari ruang makan itu. Bona berfikir akan lebih baik kalau ia tidak menunjuk kan wajah nya ke depan Jiho saat pria itu sedang sakit, kalau tidak ia bisa membuat pria itu bertambah sakit nya. Tapi ia masih tidak tenang mendengar Jiho sakit.

Sehabis ia makan malam, Bona berjalan ke kamar Jiho dan menempelkan telinga nya di pintu kamar Jiho. Dari ekspresi yang di keluarkan Bona, seperti nya ia tidak dapat mendengar apa pun dari dalam kamar suami nya itu.

Bona akhirnya menyerah dan berjalan ke kamar nya, mendengar ada suara barang jatoh sangat keras dari dalam kamar Jiho membuat nya membuka kamar Jiho yang untung nya tidak di kunci. Bona sangat terkejut dan berlari untuk menopang Jiho yang terlihat sudah terbaring di lantai.

Ia berusaha untuk mengangkat Jiho ke atas tempat tidur nya dengan susah payah. 'Gila ya berat juga nih orang. Makan apa aja sih? Padahal keliatan nya ia tidak seberat ini. Apa karena dia tinggi? Aish! Merepotkan.'

Bona membawa ember kecil berisikan air dan handuk kecil untuk mengkompres Jiho karena saat ia sudah berhasil memindahkan manusia berkaki panjang itu ke tempat tidur nya, ia merasa badan Jiho terasa sangat panas. Bona menyelimuti Jiho lalu menaruh handuk di jidat Jiho yang sudah ia rendam di air.

Bona merasa tenang melihat mangkok bubur yang terlihat setengah habis dan obat yang sudah terbuka, sepertinya Jiho sudah sempat makan dan minum obat sebelum ia tertidur. Sesekali Bona mengganti kompres yang sudah kering sekitar sejam sekali sampai ia ketiduran dengan posisi duduk di sebelah tempat tidur Jiho.

Pada pukul 3 subuh, Jiho membuka matanya pelan. Ia mengangkat tangan nya dan melepaskan handuk yang berada di jidatnya. Saat ia ingin duduk ia baru tersadar bahwa ada orang lain di kamar nya. Ia terdiam melihat Bona yang tertidur di sebelah tempat tidur nya. Melihat ember dan handuk yang di kamar nya itu seperti nya Bona merawat nya semalaman.

Jiho memperhatikan Bona dengan tatapan yang tidak dapat di artikan lalu ia bangun dan menggendong Bona dengan sangat pelan agar tidak membangunkan istri nya itu seraya menidurkan nya di kamar Bona. Ia menyelimuti Bona dan saat hendak keluar ia memperhatikan sekitar kamar Bona.

Baru kali ini ia melihat isi kamar istri nya itu. Suasana di kamar ini sangat berbeda dengan kamarnya dimana terdapat banyak vas bunga lalu warna yang beragam membuat Jiho seperti merasakan musim semi di tengah musim gugur.

Di kamar ini terdapat banyak foto masa kecil dari Bona seperti saat ia sedang bersama seorang wanita yang terlihat seperti ibunya lalu saat ia masuk sekolah dasar, bersama teman nya saat kuliah dan seorang pria yang baru pertama kali ia lihat.

Ia mengeluarkan foto itu dari album bersama dengan foto Bona yang terlihat sedang tersenyum cerah menghadap kamera dengan rambut cokelat bergelombang, memakai dress one-piece berwarna kuning seraya memegang bucket bunga lily berwarna ungu di tangan nya. Setelah itu ia menutup pintu kamar Bona perlahan agar tidak membangun kan pemilik kamar itu.

Jiho kembali ke kamar nya lalu menaruh foto Bona di dompet nya dan yang bersama seorang pria di tas nya. Ia membaringkan badan nya di tempat tidur seraya menghela nafas panjang. Ia memijat kening nya yang terasa masih sakit seraya melihat jam dinding yang menunjuk kan pukul 5 pagi.

Sehabis itu ia mengecek pesan masuk di handphone nya dan langsung bangkit dari tempat tidur nya untuk pergi ke kantor. Wajah nya terlihat menjadi sangat serius seperti nya terjadi suatu masalah cukup penting di perusahaan. Ia bahkan pergi tanpa sarapan terlebih dahulu saking terburu-burunya meninggal kan Bona yang baru saja bangun dari tidur nya tepat saat mobil Jiho keluar dari rumah.