Bona yang baru sampai di kantor menaruh tas nya di meja dan duduk di kursi nya. Ia tidak ingat bagaimana ia bisa bangun di kamar nya padahal ia ingat dengan jelas kalau ia tertidur di kamar Jiho.
Saat ia ke kamar Jiho yang ia dapat hanyalah kamar kosong. Bibi berkata kalau Jiho sudah pergi dari pagi sekali karena ada urusan kantor. Bona sedikit merasa cemas dengan keadaan Jiho dan berharap kalau suami nya itu sudah membaik keadaannya.
Hari ini bagian sekretariat lumayan sibuk dimana Bona bahkan tidak dapat bersantai lebih dari 2 menit. Mungkin karena awal bulan jadi banyak meeting dan berkas bulan lalu yang harus di atur serta beberapa pertemuan yang di reservasi dalam bulan ini membuat ruangan sekretariat itu tampak sangat sibuk.
Eunho yang terus saja menjawab telephone nya dengan mengetik berkas laporan dan juga Bona yang membantu Eunho sebisa mungkin agar dapat meringankan pekerjaan teman kerja nya itu.
Tidak sadar waktu sudah menunjukan jam makan siang tapi Bona masih tidak melihat sebatang hidung pun dari Jiho. Jiho tidak sama sekali keluar dari ruangan nya atau memanggil salah satu dari sekretarisnya membuat Bona penasaran lalu bertanya dengan Eunho.
"Eunho.. apa Jiho tidak makan siang?" tanya Bona membuat Eunho mendongak kan kepala nya ke arah Bona. Eunho melirik pintu ruangan Jiho lalu menjawab pertanyaan Bona.
"Ah Jiho….. hmm ia sedang tidak ada di ruangan." Melihat sikap Eunho yang menjawab singkat membuat Bona bingung karena ia merasa bahwa Eunho seperti menutupi sesuatu dari nya. Saat ia ingin bertanya lebih lanjut Eunho mengalihkan pembicaraan.
"Ayo kita makan, ini sudah jam makan siang kan?" Eunho menutup computer nya dan beranjak pergi menyeret Bona yang melihat nya masih dengan tatapan bingung.
Mereka makan di restaurant karyawan yang terletak di lantai basement. Restaurant karyawan di kantor Jiho cukup terkenal dengan rasa nya yang enak lalu menu yang berubah setiap harinya. Karyawan di perusahaan Jiho dapat makan di restaurant ini kapan pun secara gratis, maka dari itu banyak karyawan yang lebih suka makan di sini di banding makan di luar.
Bona dan Eunho membawa nampan mereka ke salah satu meja yang kosong. Selama makan mereka tidak berkata apa-apa karena jujur saja mereka sangat lapar setelah bekerja keras dari tadi pagi
Di restaurant itu banyak karyawan departement lain datang beramai-ramai untuk makan karena ini jam makan siang. Terlihat antrian yang menjadi cukup panjang untuk mengambil makanan. Untung saja Bona dan Eunho datang lebih awal jadi mereka tidak mesti menunggu lama.
Beberapa karyawan dari department lain datang dan duduk di meja yang sama dengan mereka. Terlihat mereka berbicara satu sama lain dan tidak menghiraukan keberadaan Eunho serta Bona.
Salah satu karyawan wanita yang seperti nya berasal dari department sales berkata sesuatu yang berhasil menarik perhatian Bona dan membuat keringat dingin keluar dari Eunho.
"Kau lihat tidak? tadi ada wanita yang keluar dari ruangan wakil direktur? " ucapnya dengan seru membuat semua perhatian tertuju kepada nya. Karyawan yang duduk di depan nya pun ikut menjawab.
"Eh? Wanita yang terlihat seperti Miss Korea itu?"
"Iya itu! Ternyata kau juga lihat ! Apa ya hubungan mereka ? Aku tidak pernah melihat wakil direktur dekat dengan wanita."
"Iya aku juga tidak menyangka tatapan seperti itu bisa keluar dari wakil direktur kita." Seorang karyawan yang diam dari tadi tiba-tiba ikut dalam diskusi itu.
"Apa dia istri wakil direktur? Wakil direktur kita kan sudah menikah." Perkataan karyawan itu membuat semua yang di meja itu menganggukan kepalanya kecuali Bona yang terdiam membeku. Eunho yang menyadari perubahan wajah Bona menjadi takut.
"Istrinya? Sepertinya bukan deh aku dengar hubungan wakil direktur dengan istri nya tidak baik." Ucap karyawan lain dengan santai membuat diskusi ini semakin panas.
"Iya benar, aku juga dengar kalau istri wakil direk-' Eunho yang sudah tidak tahan akhirnya memotong perkataan dari karyawan itu.
"Hei ! Jangan berkata yang aneh-aneh tentang wakil direktur. Kau tahu kan sifat wakil direktur kita! Kalau ia dengar gossip seperti ini kalian juga pasti sudah tahu kan nasib kalian. Jaga mulut kalian mengerti? Ayo Bona kita pergi." Eunho berdiri dari meja itu dan membawa nampan nya di ikuti oleh Bona meninggalkan karyawan lain nya yang terdiam sehabis di tegur oleh Eunho.
Selama perjalanan ke ruangan sekretariat tidak ada yang mengeluarkan satu kata pun. Eunho juga jadi berhati-hati dalam bersikap melihat Bona yang memasang wajah datar di wajah nya tapi ia memberanikan diri untuk membuka pembicaraan kepada Bona.
"Hmm… Bona.." Eunho dengan ragu-ragu berbicara kepada Bona. Bona yang melihat itu memasang senyum nya lalu berkata.
"Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa karena aku juga tidak penasaran jadi tenang saja." Ucap Bona seraya menepuk pundak Eunho pelan dan masuk mendahului Eunho ke ruangan sekretariat. Eunho mengikuti Bona dan berkata pelan.
"Wanita itu… bukan seperti yang kau pikirkan. Mereka tidak-'
"Iya aku mengerti. Aku tidak apa-apa lagian kami sudah berjanji untuk tidak ikut campur dalam urusan masing-masing kok. Ayo kita bekerja."
Setelah Bona berkata seperti itu Eunho tidak bisa berkata apa pun karena ia tahu tentang ada kontrak di antara mereka. Walau ia tidak tahu jelas isi kontrak itu tapi saat Jiho membuat nya ia kurang lebih tahu garis besar isi dari kontrak itu. Maka dari itu ia memilih diam dan melanjutkan pekerjaannya.
Bona memang memasang senyum di wajah nya saat mendengar perkataan karyawan itu maupun berbicara dengan Eunho tapi dalam hati nya ia penasaran dengan sosok wanita yang datang menemui suami nya itu. Wanita yang membuat karyawan lain berkata hal aneh tentang suami nya dan aneh nya ia tidak melihat mereka berdua selama di kantor. Ia terus kepikiran sampai saat ia pulang dari kantor.
Hari ini ia juga sama sekali tidak melihat Jiho semenit pun jadi ia tidak bisa bertanya tentang wanita itu. Sebenarnya ia juga tidak bisa bertanya apa-apa kepada Jiho mengingat kontrak yang mereka tanda tangani sebelum menikah.
Bona berjalan menuju halte dan menghentikan langkah nya saat melihat mobil BMW hitam berhenti di sebelahnya. Orang yang duduk di kursi penumpang itu menurunkan jendela nya menampilkan orang yang ia cari dari tadi pagi yaitu Jiho.
"Kau baru pulang? Naik lah." Bona hanya terdiam menatap Jiho yang mengajaknya pulang dengan santai tanpa rasa bersalah.
"Tidak. Tidak usah aku akan menggunakan bus saja." Ucap Bona seraya pergi menuju halte di depan nya. Jiho menatapnya dengan aneh lalu mengikuti nya menggunakan mobil.
"Sudah naik saja kita kan satu rumah lagian tidak ada juga yang melihat mu masuk ke mobil. Jangan habis kan tenaga mu untuk hal tidak penting seperti ini." Padahal ucapan Jiho biasa saja tapi membuat Bona kesal. 'Tidak penting? hah!'
"Kau pulang saja duluan. Itu bus ku sudah datang" Tanpa menunggu jawaban dari Jiho, Bona langsung berlari dan masuk ke dalam bus yang ada di halte meninggalkan Jiho. Selama di perjalanan Jiho berfikir keras kenapa Bona menolak nya dengan nada ketus. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun yang membuat istri nya itu kesal atau Bona menyadari kalau ia mengambil foto di kamarnya ? tapi seperti nya kalau Bona biasanya ia akan mengamuk meminta foto itu kembali bukan nya malah diam saja seperti ini.
Sesampainya di rumah Jiho menunggu Bona di ruang tamu berharap bisa berbicara dengan istri nya itu tapi saat istri nya sampai di rumah ia memilih untuk langsung masuk ke kamar seraya berkata lain kali saja berbicara nya karena ia sangat lelah bekerja hari ini.
Beberapa hari setelah itu terlihat Bona yang menghindari Jiho lalu Jiho yang tidak merasa kalau ia di hindari oleh Bona. Bona yang sedang duduk di meja kantornya tiba-tiba kaget mendengar suara yang sangat familiar yang terdengar sampai di depan pintu nya. Suara itu persis seperti suara ayah dan kakak kedua nya yang bernama Jaehyun.
Dengan reflek Bona bersembunyi di bawah meja nya, ia tidak boleh ketahuan oleh keluarga nya kalau ia bekerja di sini. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan kalau ia sampai ketahuan oleh salah satu anggota keluarganya.
Terdengar pintu ruang sekretariat terbuka dan dua orang itu berjalan masuk ke dalam. Bona bisa melihat bayangan kaki dari bawah meja nya. Ia semakin meringkuk kan badannya di bawah meja agar tidak terlihat tapi ia melihat sebuah tali berwarna biru yang menjuntai dari atas meja. Tali itu adalah warna tali dari name tag karyawan nya yang dimana di situ tertulis nama serta fotonya membuat Bona panik. Ia tidak mungkin menarik tali itu tiba-tiba karena bisa saja ketahuan.
Disisi lain ayah Bona yang merupakan direktur dan kakak laki-laki Bona bernama Jaehyun masuk ke ruangan sekretariat. Terlihat di dalam ruangan itu tidak ada orang sama sekali.
"Ayah kan sudah aku bilang kalau tidak buat jadwal akan sulit untuk bertemu dengan Jiho. Sebaiknya kita kembali lagi saja nanti." Ucap Jaehyun kepada ayah nya. Ayah nya melihat Jaehyun dengan decakan kesal.
"Coba kau telfon Jiho dan kata kan untuk datang ke sini." Ucap ayah Bona seraya duduk di salah satu kursi. Jaehyun membuka pesan yang baru saja masuk ke handphonenya.
"Ayah kata Eunho sepertinya Jiho tidak bisa datang karena ada pertemuan dengan vendor lain. Sebentar aku akan menulis memo agar sekretaris lain nya bisa mengantur jadwal kita dengan Jiho." Jaehyun berjalan ke arah meja Bona yang lebih dekat dari posisi nya membuat detak jantung Bona semakin kencang.
Bona menutup matanya rapat karena pasti kakak kedua nya ini akan memberi tahu ayahnya saat ia menemukan name tag atas nama nya di atas meja.
Bona sudah menunggu beberapa menit tapi tidak ada suara apapun dari kakak nya itu. Hanya ada suara pulpen yang menulis lalu setelah itu di taruh di tempatnya. Tiba-tiba name tag nya bergerak seperti di dorong ke bawah meja dan di tangkap oleh Bona membuat nya sangat bingung. Kakaknya melanjutkan perkataannya kepada ayah Bona.
"Aku sudah meninggalkan memo nanti akan di kabari lagi pasti. Ayo kita pergi dari sini." Ucap Jaehyun seraya melangkah pergi dan di ikuti oleh ayah nya. Setelah memastikan bahwa pintu ruangan itu benar-benar tertutup Bona keluar dari bawah meja seraya duduk di kursinya menghela nafas barat.
Detak jantung nya berdegub dengan sangat kencang sampai ia mengeluarkan keringat dingin. Bona melihat name tag yang di pegangnya dengan perasaan campur aduk. 'Sebenarnya apa yang di pikirkan kak Jaehyun?' Bona hanya bisa larut dalam pertanyaannya sendiri.