Chereads / Crazy Deal / Chapter 10 - Musim Gugur yang Menyenangkan

Chapter 10 - Musim Gugur yang Menyenangkan

Jiho bangun lebih pagi dari biasanya. Ia berjalan turun menuju ruang makan dengan tas kerjanya. Waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi namun ia tidak melihat seujung rambut pun dari Bona. Ia duduk di kursi meja makan. Tidak lama bibi pekerja datang membawa sarapan untuknya.

Sepertinya bibi itu adalah pekerja yang cukup dekat dengan Bona mengingat bibi ini yang membawa Bona ke rumah sakit dan merawat Bona selama ada disana. Jiho memutuskan untuk bertanya kepada bibi itu.

"Bi, apa Bona belum bangun ? " ucap Jiho seraya santai dan memasukan makanan yang berupa roti bakar ke mulutnya. Wanita itu kemudian berkata kepadanya.

"Nyonya sudah bangun dari pagi sekali karena harus bekerja. Nyonya telah pergi berangkat ke kantor setelah memakan sarapan paginya"

Mendengar jawaban bibi itu, Jiho hampir tersedak dan meminum segelas air dingin yang di berikan oleh bibi.

"Kau bilang dia sudah berangkat? Sendiri?"

"Iya tuan. Nyonya bilang seorang sekretaris harus berangkat lebih awal daripada atasannya apa lagi nyonya adalah karyawan baru. Nyonya juga mengatakan kalau karyawan biasa tidak datang ke kantor diantar oleh seorang sopir atau menggunakan mobil. Nyonya meminta saya membelikan kartu transportasi kemarin malam dan mengatakan kalau beliau akan menggunakan bus atau kereta bawah tanah selama bekerja."

"Apa?! Bus?" Jiho menghentakan alat makan nya ke meja sampai mengeluarkan suara yang cukup keras. Tak! Ia berpikir apa ini cara Bona memberontak terhadap dirinya.

Jiho kehilangan selera makan nya karena suasana hati nya menjadi sangat buruk padahal ini masih pagi. Bibi yang merasakan kalau wajah tuan nya berubah kembali berbicara dengan hati-hati.

"Ada satu hal lagi Tuan… Nyonya berkata untuk berpura-pura tidak mengenalnya saat dikantor. Begitu kata beliau."

Jiho mengepalkan tangannya sampai kepalannya bergetar. Ia merasa sangat kesal karena itu kata-kata yang ingin dia sampaikan duluan ke Bona tapi mendengar kata-kata itu duluan membuatnya jengkel. Jika saja di depan nya ini bukanlah bibi melainkan Bona, ia akan berlari mencekik leher wanita itu.

Jiho tersadar bibi tersebut melihatnya dengan tatapan takut akhirnya menyuruh bibi itu pergi dengan setengah berteriak, ia tahu kalau bibi itu tidak melakukan kesalahan apapun tapi tetap saja ia tidak bisa menahan amarahya. Jiho tidak melanjutkan makannya lalu keluar rumah dan pergi menuju kantornya.

@Gangnam , Seoul.

Pagi ini, langit terlihat cerah namun berbeda dari langit, suhu di hari itu cukup dingin. Mungkin karena mulai memasuki musim gugur, suhu di sana lebih turun dari kemarin dan angin berhembus lebih kencang.

Bona baru saja turun dari bus yang menurunkannya di halte dekat kantor pusat Giyo Group. Ia memakai cardigan yang ia bawa daritadi untung saja ia melihat perkiraan cuaca dari ponselnya sebelum ia keluar rumah jadi ia tidak kedinginan selama perjalanan.

Ia memandangi lantai dasar hingga puncak gedung perusahaan suaminya itu. Giyo Group yang di pimpin berdua oleh Jiho dan ayahnya terletak di daerah Gangnam yang terkenal sebagai daerah yang cukup berkelas.

Bona melihat para karyawan yang berlalu lalang mendahului dirinya masuk ke perusahaan itu, sejenak ia merasa sangat gugup selain ia baru pertama kali bekerja juga ini pertama kalinya ia keluar dari zona nyamannya.

Dengan menarik nafas yang dalam lalu menghembuskannya pelan, Bona menyemangati dan meyakinkan dirinya kalau ia pasti bisa. Bona melangkah masuk ke Gedung yang terlihat besar dan mewah itu.

Ia menuju meja resepsionis terlebih dahulu karena kalau ingin masuk kedalam ia butuh kartu karyawan sedangkan ia belum mendapatkannya dari Jiho. Resepsionis itu menyadari kedatangan Bona langsung menyatukan kedua tangannya di tengah membentuk salam dan tersenyum kepadanya.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" ucap resepsionis wanita itu dengan ramah.

"Selamat pagi. Saya karyawan baru, mulai hari ini saya bekerja di bagian sekretariat wakil direktur Oh Jiho."

"Silahkan tunggu sebentar, saya akan mencoba menghubungi bagian sekretariat terlebih dahulu"

Resepsionis itu langsung menekan telefon didepannya dan terlihat berbicara dengan suara kecil seraya menunggu Bona melihat kesekitar lobby perusahaan itu.

Perusahaan itu terlihat seperti hotel bintang lima yang dimana terdapat chandelier yang cukup besar di atapnya lalu sebuah patung ditengah-tengah lobby yang besar itu. Lantai nya berlapiskan lantai marble dan di ujung lobby itu terdapat cafe dimana banyak terlihat karyawan sedang memesan kopi atau duduk di sofa dekat sana untuk menikmati sarapannya.

Bona terlalu focus melihat ke sekitar lobby sampai ia tidak sadar bahwa ada yang berjalan mendekatinya, orang itu adalah Cho Eunho.

"Permisi, Dengan Bona?" panggil Eunho. Bona memutar badannya menghadap arah datangnya suara itu lalu tersenyum dengan formal.

"Iya, selamat pagi pak Eunho" Eunho terkekeh mendengar salam formal dari istri temannya itu.

"Silahkan ikuti saya"

Eunho berjalan menuju pintu masuk dan menempelkan kartu akses karyawannya dan menuju kearah lift diikuti oleh Bona. Sampai di dalam lift Eunho menekan tombol lantai 25 dan membuka pembicaraan dengan Bona karena mereka hanya berdua saja di lift.

"Kau ingat dengan ku kan ? aku temannya Jiho dan kita pernah bertemu dipesta pernikahanmu. "

"Iya. Saya mengingatnya waktu itu anda datang dan berfoto dengan yang lainnya juga" Eunho tertawa mendengar Bona yang masih berbicara secara formal kepadanya.

"Kau tidak perlu berbicara formal kepadaku kalau hanya berdua saja, rasanya menjadi sangat canggung. Tenang saja Jiho sudah berpesan untuk tidak memberi tahu siapapun tentang identitas mu tapi alangkah lebih baik kalau kita bisa berbicara lebih santaikan ? apalagi kita akan bekerja sebagai kolega. Bagaimana?"

Apa yang di ucap kan oleh Eunho ada benarnya menurut Bona karena akan sangat canggung jika bekerja seperti itu apalagi ia akan bersama dengan Eunho terus mulai saat ini.

"oke, aku setuju. Tolong bantuannya ya Eunho!"

Bona berkata dengan manis bahkan tersenyum lima jari. Eunho terbengong sesaat sebelum kemudian tersadar akibat bunyi lift yang sudah sampai di lantai 25.

"Eh, baiklah. Ayo keluar aku akan memberi tahu ruangan sekretaris." Eunho mengantarnya masuk ke ruang sekretariat, ia membuka pintu dan masuk duluan meninggalkan Bona yang terdiam didepan pintu.

Di sana terbentang karpet berwarna abu-abu melapisi seluruh lantai, di kedua sisi ruangan yang terlihat seperti lobi yang besar terdapat dua meja tulis yang berjejer dengan mewah. Sebagai karyawan yang baru pertama kali bekerja, semua terlihat sangat asing dan mengagumkan bagi Bona. Bona pun masuk kedalam mengikuti langkah eunho lalu berhenti di depan sebuah meja.

"Ini meja mu." Ucap Eunho seraya menunjuk salah satu meja di sana.

Di meja itu terdapat satu komputer, keyboard, mouse, beberapa buku notes, alat tulis dan peralatan kantor lainnya. Bona pun berjalan masuk dan duduk dikursi dengan senyum merekah. Ia benar-benar sangat senang akhirnya bisa duduk dimejanya itu. Eunho melanjutkan penjelasannya.

"Sebenarnya situasi ini tidak pernah terjadi di sini jadi… apakah kira-kira kau mempunyai pengalaman kerja ? "

"Tidak ada, tapi aku di kenal sebagai pelajar yang cepat dari sejak aku kuliah jadi aku siap mengerjakan apa saja yang di perintah kan dan belajar dengan giat. "

"Aku suka dengan cara pikirmu hahaha. Sekretaris di kantor ini hanya ada kau dan aku karena suami mu sangatlah perfeksionis dan pemilih jadi banyak yang tidak tahan bekerja kepadanya" Eunho melanjutkan perkataannya

"Kalau ada yang hal yang diketahui silakan tanyakan kepada aku, lalu untuk hari ini tugas pertama mu bisakah kau memfotokopi dokumen yang ada di laci pertama sebelah kananmu ? fotokopi sebanyak seratus lembar lalu jepit dengan staples."

Bona membuka laci yang ditunjuk oleh Eunho. Kemudian Eunho berkata.

"Tempat fotokopinya ada disebelah kiri, ruangan paling ujung di koridor ini. Hari ini akan sedikit sibuk karena nanti siang akan ada meeting. Jadi, tolong nanti berkas yang sudah di staples langsung disusun dalam ruangan meeting nomor 1 yang berada di lantai 26 sebelah kanan dari lift, beserta beberapa keperluan meeting yang sudah di siap kan di sana."

Bona mengeluarkan memo dari lacinya dan menulis semua pekerjaan yang diberikan kepadanya, Eunho yang melihat itu tersenyum puas.

"Iya aku mengerti"

Eunho memperhatikan Bona Ketika ia berjalan keluar. Ia merasa puas atas kegesitan Bona, ia kira istri dari temannya atau atasannya itu hanya anak manja yang tidak bisa bekerja tapi melihat nya sekarang sepertinya Bona yang diceritakan oleh temannya itu adalah orang yang berbeda dari yang ia lihat saat ini.

Jujur ia terkejut saat kemarin malam Jiho memintanya untuk menyiapkan posisi di bagian sekretariat untuk Bona tapi sekarang ia melihat Bona sebagai harapan agar ia bisa pulang kerja lebih cepat untuk pertama kalinya selama ia bekerja di perusahaan ini.

Eunho hanya bertemu sekilas dengan Bona saat pesta pernikahan temannya itu. Ia tidak pernah berbicara dengan Bona, bahkan saat tidak sengaja berpapasan pun ia hanya memberi salam lalu pergi. Wajah Bona yang datar membuatnya terlihat dingin dan sulit didekati, namun wanita yang di depan nya ini sangat berbeda, ia terlihat lebih hidup.

Eunho yang larut akan pikirannya tidak sadar Ketika Jiho datang memasuki ruangan. Semua karyawan di sana langsung berdiri dan menyapanya. Jiho berdiri didepan pintu dan memandangi karyawan satu per satu. Kemudian ia menoleh kearah Eunho, ia menganggukan kepalanya dan masuk kedalam ruangannya. Eunho yang mengerti aba-aba itu pun mengikuti atasannya itu keruangannya.

Saat Eunho menutup pintu, Jiho segera bertanya kepada sekretarisnya itu.

"Bona belum sampai?"

"Sudah, tadi aku mengantarnya ke meja nya dan sekarang ia sedang fotokopi berkas untuk meeting nanti"

"Fotokopi…? Dia tahu caranya?"

"Dia bilang tahu. Saat aku ingin menjelaskannya ia berkata kalau waktu kuliah ia sering melakukan fotokopi untuk urusan organisasi yang ia ikuti jadi aku membiarkannya"

Jiho memutar-mutar pulpen ditangannya tanpa mengeluarkan satu kata pun. Ia menatap kosong lurus kedepan dan tiba-tiba terlihat seringai diwajahnya. Eunho menatap atasannya itu dengan aneh.

"Baiklah. Jadwal untuk hari ini apa saja ? "

"Sekitar 30 menit lagi akan ada rapat bulanan yang dihadiri kepala-kepala bagian, lalu sekitar jam 12 siang akan ada meeting tentang vendor yang di tunda kemarin. Setelah selesai di lanjut kan acara makan siang bersama. Jam 3 sore akan ada meeting dengan departemen sales marketing."

"Baiklah kalau begitu, kau boleh keluar"

Eunho memberikan salam dan berjalan keluar. Saat ia membuka pintu Jiho memanggilnya.

"Eunho.."

"Ya?"

"Tidak..tidak apa-apa"

Eunho hanya menatap Jiho bingung lalu menutup pintunya. Jiho menyenderkan badannya di kursi yang ia duduki, dari awal ia mendengar Bona pergi dengan menggunakan bus sudah sukses membuatnya gelisah dan penasaran. Bahkan ia tidak merasa seperti ini saat ia pertama kali menjadi di tunjuk sebagai wakil direktur oleh kakeknya setelah lulus kuliah atau saat tragedy itu terjadi.

'Akh! Apa aku salah mengambil keputusan? Harusnya aku memberinya pekerjaan yang susah atau membiarkan Bona duduk diam seharian? Atau meledeknya saat bekerja?' Jiho terlihat sangat antusias dengan pikiran untuk menjahili istrinya itu.

'Akhirnya di kantor nya ini ada hal yang menarik selain dokumen-dokumen yang membosankan ini.' batinnya dengan senyum penuh kemenangan.

Hatinya menjadi berdebar saat membayangkan kejahilan-kejahilan yang bisa ia lakukan kepada Bona untuk membalaskan dendamnya. Jiho pun tersenyum jahat seraya memutar-mutar kursi yang ia duduki dengan senang. 'Lihat saja nanti hahaha'.