Chereads / Crazy Deal / Chapter 11 - Confetti Di Hari yang Membosankan

Chapter 11 - Confetti Di Hari yang Membosankan

Jiho berjalan keluar dari meeting pertamanya hari ini. Ia cukup lelah setelah melihat berkas-berkas dan graph yang di tunjuk kan selama 2 jam meeting tadi. Ia berjalan melewati ruang sekretariat dengan pelan-pelan agar dapat melihat ekpresi dari istrinya yang sedang bekerja keras untuk pertama kali dalam hidupnya itu.

Namun, anehnya ia tidak melihat se ujung rambut pun dari Bona. Ia mencoba melihat kesana kemari tapi tetap tidak terlihat. Saat ia ingin memanggil Eunho untuk bertanya, ia teringat bahwa Bona di suruh untuk fotokopi oleh Eunho tadi pagi.

Dengan perasaan kecewa karena tidak dapat menjahili istrinya, Jiho berjalan menuju ruang meeting selanjutnya. Saat ia memasuki ruangan itu langkahnya terhenti melihat wanita yang kini sedang sibuk menyusun kertas dan perlengkapan meeting lainnya.

Wajah Bona penuh dengan kepuasan dan kegembiraan saat ia melakukan pekerjaannya itu. 'Ternyata bekerja itu seru ya! Apa lagi kalau memikirkan gaji yang masuk kedalam rekening ku setiap bulannya! Gaji pertama sebaiknya aku belanjakan apa ya?' Kalau melihat uang yang di berikan oleh keluarganya maupun Jiho ia tidak begitu membutuhkan uang gaji itu tapi ia merasakan kepuasaan tersendiri saat mendapatkan uang dari hasil kerja kerasnya.

Eunho yang berjalan mendekati ruang meeting juga ikut terhenti melihat atasannya berdiri didepan pintu. Ia menoleh kan kepalanya untuk melihat apa yang atasan nya lihat sampai terbengong seperti itu. Sekarang ia mengerti atasannya pasti terkejut melihat istrinya yang bekerja dengan giat karena ia juga terkejut.

Awal nya ia tidak enak dan juga bingung untuk memberikan tugas kepada istri dari temannya itu tapi melihat Bona mau mengerjakan apa saja membuatnya agak sedikit lega serta cemas disaat yang bersamaan tapi seperti nya bukan hanya dirinya yang merasa seperti itu.

Jiho menyadarkan dirinya dan masuk ke dalam ruangan. Bona yang menyadari keberadaan Jiho dan Eunho lantas memberi salam seperti bawahan kepada atasannya lalu melanjutkan pekerjaannya. Jiho yang melihat sikap istrinya yang berpura-pura tidak mengenalnya itu anehnya membuat perasaannya cukup kesal, ia pun duduk dikursi yang terdapat namanya seraya melihat mempelajari berkas yang akan dibahas untuk meeting ini.

Eunho berjalan menghampiri Bona yang tampak hampir selesai membereskan ruangan meeting ini.

"Apa ada yang bisa aku bantu ? " ucap Eunho pelan tapi masih bisa di dengar oleh Jiho yang memasang telinganya dengan tajam.

"Ah tidak semua sudah aku kerjakan."

"Baiklah, terima kasih."

"Ada yang bisa aku kerjakan lagi?"

"Hmm…kau ingat berkas yang menumpuk diruang sekretariat? Yang ada di dalam kardus? Aku minta tolong untuk diurut kan sesuai tanggal dan bulan lalu di masukan ke dalam lemari berwarna coklat di sebelah kanan meja mu."

Setelah menjelaskan lebih jelas tentang apa saja yang harus di perhatikan saat menyusun berkas-berkas itu, Bona berjalan pergi meninggalkan ruangan itu tapi sebelum keluar ia tidak lupa menundukkan kepalanya untuk memberi salam kepada Jiho. Jiho memperhatikan Bona yang melangkah keluar dari ruangan meeting itu dan memanggil Eunho.

"Meetingnya akan di mulai dalam berapa menit lagi ? "

"Lima menit lagi, Nanti akan di buka dengan presentasi proyek oleh manager Yoon."

"Baiklah aku mengerti. Tapi … dia sedang mengerjakan apa?"

"….Dia?" Eunho menatap Jiho dengan bingung lalu membulatkan matanya seakan baru sadar dia yang di bicarakan oleh atasannya.

"Dia sedang menyusun berkas dari kardus yang kau berikan kemarin." Mendengar perkataan itu membuat Jiho tiba-tiba menyeringai jahat dan melanjutkan perkataannya.

"Setelah dia selesai membereskan itu mungkin sudah waktu makan siang kan? Aku hari ini ingin makan gimbab yang waktu itu kau beli. Pesankan pada Bona untuk membelikannya setelah ia makan siang. Oke?"

"Tapi tempat itu kan lumayan jauh dari sini. Aku saja yang belikan setelah---' Perkataan Eunho dipotong oleh Jiho.

"Kau kan sibuk biar dia saja. Ah jangan lupa aku tidak mau ada timun dan wortel didalamnya. "

Eunho tidak bisa mengelak permintaan Jiho karena peserta meeting yang lain sudah datang dan mereka memulai meeting siang itu.

Bona kembali ke kursinya setelah menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Eunho. Tidak lama ada pesan masuk ke dalam handphonenya yaitu pesan dari Eunho.

Bona membuka applikasi peta di handphonenya dan mencari lokasi restaurant yang di maksud oleh Eunho, pantas saja Eunho menyuruhnya menggunakan taksi karena letak restaurant itu cukup jauh dari kantor ini.

Ia tidak menyangka kalau suaminya itu pemilih makanan padahal di rumah sepertinya ia makan semua yang di berikan oleh bibi atau ia yang tidak pernah memperhatikannya. Ia hanya pasrah menuruti tugas yang di berikan oleh atasannya itu.

Bona berjalan di lobby perusahaan dengan membawa plastic dengan label Gimbab XXX, tidak lupa sebelum naik keatas ia membeli kopi untuk dirinya dan juga Eunho yang sudah bekerja keras dari tadi pagi. Sampai di ruangan sekretariat Bona memberikan kopi yang ia beli dan plastic gimbab itu kepada Eunho.

Eunho membuka gimbab itu dan menaruhnya diatas piring dari pantry yang berada di ruangan itu lalu berjalan masuk ke ruangan Jiho.

Bona yang merasa bosan duduk sendiri membuka laci meja dan melihat-lihat isinya. Saat itu Eunho keluar dari ruangan Jiho berjalan menghampirinya.

"Bona kau di minta masuk keruangan pak Jiho."

Bona mengangguk dan berjalan kearah ruangan Jiho. Ia dengan ragu membuka pintu ruangan Jiho, sepertinya pemilik ruangan itu masih terhanyut dalam berkas yang ia baca. Terlihat piring yang tadinya penuh oleh potongan gimbab sekarang mulai kosong sekitar 3 potong.

Melihat Jiho yang masih bekerja saat ia makan membuat Bona melihatnya dengan tatapan menyedihkan. 'Dia tidak tersedak makan sambil bekerja? Benar-benar gila bekerja ya' pikir Bona seraya menggeleng kan kepalanya.

Jiho merasa di perhatikan oleh seseorang mengangkat pandangannya kearah Bona yang berdiri tegak di depan nya lalu menutup berkas yang ia baca.

"Ada apa anda memanggil saya pak ? " Jiho terlihat kurang puas dengan pertanyaan dari Bona lalu menaruh tangannya di atas meja.

"Aneh sekali mendengar kau berbicara sopan kepada ku" Bona hampir saja marah mendengar ledekan Jiho tapi ia menahan amarahnya itu. 'Ingat dia atasan mu Bona'

"Tentu saya harus berbicara sopan anda kan atasan saya" Bona memberikan senyum formal kepada Jiho.

"Kalau berdua panggil aku Jiho saja seperti biasanya."

"Baik. Ada apa kau memanggil ku kesini ?"

"Bagaimana pekerjaan mu hari ini?"

"Hari ini? Aku tidak melakukan banyak hal tapi ini seru."

"Seru?" Jiho menaikan alisnya mendengar kata-kata dari Bona.

"Iya. Semuanya baik dan ramah kepadaku lalu aku juga banyak belajar hal baru dari Eunho. Aku juga suka bekerja dengannya karena dia baik dan sabar dalam menjelaskan pekerjaan tidak seperti seseorang." Ucap Bona seraya melihat kearah Jiho yang mengerutkan alisnya sekarang.

"Maksud mu orang itu aku?"

"Kenapa? Kau merasa bersalah?" ucap Bona meledek Jiho. Jiho memutar matanya mendengar pertanyaan itu.

"Ah sudahlah keluar sana. Kau membuatku kesal saja." Bona yang diusir oleh Jiho pun berjalan keluar dengan senyum kemenangan di wajahnya. Jiho melihat Bona yang menutup pintu ruangannya dengan kesal dan membanting sumpit ditangannya.

Ia terlihat mengacak-ngacak rambutnya itu seraya melihat kearah jendela besar di kantornya. 'Eunho? Kenapa dia memanggil Eunho bukan dengan sebutan sekretaris Cho? Memangnya mereka sedekat itu sampai memanggil nama masing-masing? Ini kan hari pertamanya masuk dan setahuku Eunho tidak pernah bertemu dengan Bona sebelumnya. Ah apa karena Eunho sering bertemu dengannya atau membalas pesannya saat ia dulu sering kesini makanya mereka dekat. Aku harus menanyakan ini kepada Eunho nanti tapi sebelum itu bagaimana cara aku menjahilinya ya?'

Jiho hanyut dalam pikirannya sendiri sampai tiba-tiba ia menunjukan seringai diwajahnya. Ia menekan tombol intercom di mejanya untuk menghubungi meja sekretaris.

Setelah bunyi dering beberapa detik akhirnya telfon itu diangkat dan mengeluarkan suara orang yang ia tunggu.

"Bona bisa tolong ke ruanganku lagi sekarang? Ada tugas yang ingin aku berikan."

"Baik Pak"

Setelah Jiho menutup telfonnya, ia langsung tersenyum lebar. Ia tidak sabar melihat ekspresi yang akan muncul di wajah istrinya itu nanti.