Chereads / Crazy Deal / Chapter 9 - Keluar dari Zona Nyaman

Chapter 9 - Keluar dari Zona Nyaman

Di dalam ruangan kantornya, Jiho terlihat sedang membaca beberapa document yang ditinggal kan oleh sekretarisnya tadi. Ruangan itu terlihat cukup luas untuk ukuran vice president, ada satu set sofa berwarna cokelat kayu bersama dengan meja di tengah ruangan lalu terdapat meja kerja Jiho, beberapa lemari berwarna hitam disisi kiri dan kanan serta kaca besar di belakang mejanya menunjukan pemandangan kota seoul yang sangat indah.

Di dalam ruangan itu terlihat Jiho tengah mengecek dokument-dokument yang di bawa oleh sekretarisnya, tampaknya dokument itu harus segera di tanda-tangani melihat sekretaris itu berdiri di sebelah Jiho menunggu dokument tersebut.

Setelah ia memberikan dokument itu kepada pria yang merupakan sekretaris nya dengan name tag 'Cho Eunho' di kerah sebelah kanan kemeja yang ia kenakan. Sekretaris itu bergegas pergi meninggalkan ruangan Jiho. Jiho melonggarkan dasinya seraya bersender di kursi yang ia duduki, ia merasa sangat lelah karena banyak masalah yang terjadi akibat proses kerja sama antara perusahaannya dan mertuanya seperti pembagian deal maupun investasi yang diberikan kepada satu dengan yang lain cukup membuatnya sakit kepala sejak 6 bulan yang lalu di hari pernikahan mereka terjadi.

Tidak di sangka bahwa perjanjian menikah mereka akan segera berakhir dalam 6 bulan, Jiho teringat kata-kata yang ia ucapkan kepada Bona saat di tenda malam itu ia merasa tidak nyaman karena berkata terlalu keras kepada orang yang tampak sangat polos di depan matanya tapi itu adalah pendapat nya mengenai keadaan istrinya dalam hukum itu. Tiba-tiba ia merasakan handphonenya bergetar dan terlihat ada notifikasi pesan masuk dari Bona, ia langsung terduduk dan membaca pesan itu.

Jiho mengernyitkan dahinya bingung tapi langsung membalas pesan itu.

Tidak lama balasan masuk dari Bona sepertinya Wanita itu memang menunggunya membalas pesan karena pesannya langsung di balas selang semenit.

Jiho menaruh handphonenya di meja dan menekan tombol intercom di atas mejanya.

"Eunho kosongkan jadwalku malam ini"

Permintaan atasannya itu cukup membuatnya kaget karena baru pertama kali ia melihat atasannya pulang lebih awal dan tidak larut malam ataupun di pagi hari. Selain bekerja sebagai sekretaris, sekretasi Cho atau pria bernama Cho Eunho adalah teman dekat Jiho dari saat mereka berkuliah. Mereka merupakan teman sekelas yang bisa di bilang cocok karena mereka sama-sama tampan tapi bisa di bilang Eunho lebih popular dari pada Jiho karena ia sering terlibat di berbagai organisasi kampus dan juga merupakan anggota band kampus sebagai gitaris, di tambah dengan sifatnya yang ramah membuatnya cukup popular di kalangan wanita.

Saat lulus ia memutuskan untuk membantu Jiho sebagai sekretaris di kantor keluarga Jiho selain temannya mengancamnya, gaji yang ia terima dari temannya itu juga lebih tinggi dari tempat yang lain. Maka dari itu ia bersabar menghadapi atasannya yang sering pulang larut malam ataupun subuh karena bekerja di kantor. Terkadang ia juga di paksa masuk oleh Jiho saat hari libur dengan ancaman gajinya akan di potong bila ia tidak datang. Walau rasanya ia ingin berhenti, bonus yang diberikan Jiho sangat menggiurkan membuatnya berbakti kepada Jiho.

Eunho langsung menutup intercomnya dan masuk ke dalam ruangan Jiho. Ia tidak mengetuk terlebih dahulu untuk membedakan tujuan dia masuk adalah sebagai teman bukan sekretaris. Ia berjalan dan berhenti di depan Jiho yang terlihat sedang memberi makan ikan di aquarium kecil yang membuat ruangannya terlihat lebih cerah.

"Kenapa kau tiba-tiba pulang cepat ? acara makan malam keluarga mu bukankah masih sekitar seminggu lagi ? kau ada acara lain ?" tanya eunho heran seraya duduk di kepala sofa. Jiho masih fokus dengan ikannya menjawab.

"Sikap mu persis seperti pacar yang posesif kau tahu ? bahkan istriku saja tidak pernah bertanya jadwal ku" mendengar jawaban Jiho membuat Eunho tersenyum jahil, ia bersiap untuk meledek temannya itu.

"Lalu kau kecewa Bona tidak penasaran dengan apa yang kau lakukan hah? hahaha" Eunho yang tadinya tertawa keras langsung menutup mulutnya saat mendapat tatapan dingin dari Jiho.

Dengan wajah terbelalak Eunho melanjutkan pertanyaanya. "Ja...ja..jadi apa alasanmu pulang lebih cepat hari ini ? "

"Bona bilang ingin berbicara hal penting dan meminta ku untuk pulang lebih awal" Eunho mengangguk-nganggukkan kepalanya mendengar perkataan dari Jiho dan Jiho melanjutkan perkataannya

"Apa Bona belakangan ini datang ke kantor atau menghubungi mu ? "Jiho menoleh kearah Eunho yang terlihat berfikir keras.

"Tidak, kalau ia datang pasti aku sudah mengabari kau tapi sudah sekitar 2 bulan yang lalu. Setelah aku pikir-pikir ia juga berhenti datang ke kantor maupun bertanya tentang dirimu, kenapa? Apa kalian akan bercerai lebih awal?"

"Tentu saja…..tidak. Tapi belakangan ini memang perilakunya agak aneh, ia terasa lebih dewasa? Selain dia berhenti cosplay sebagai istri dirumah ia juga berubah .."

"Berubah bagaimana?"

"Entahlah aku tidak bisa menjelaskannya tapi aku yakin ada yang berubah dari dirinya"

"Lalu kau tahu apa yang ia ingin bicarakan denganmu?" Jiho hanya menggelengkan kepalanya lalu Eunho berjalan dan menepuk-nepuk pundak Jiho dengan tatapan 'Aku selalu mendukungmu teman'

--

Jiho menepati kata-katanya dengan pulang ke rumah lebih awal dari biasanya. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dan melihat Bona berjalan menghampirinya.

"Taruh barangmu dan mandi dulu saja kau pasti lelah setelah itu kita makan malam bersama, aku tunggu di meja makan" ucap Bona seraya pergi.

Jiho menuruti perkataan Bona ia kembali ke kamarnya lalu mandi dan turun ke bawah mendapati Bona yang belum memulai makan nya padahal makanannya sudah disiapkan diatas meja. Melihat Jiho yang kebingungan Bona berkata.

"Aku menunggu mu agar kita bisa makan bersama" Jiho yang mendengar itu duduk di kursi seberang posisi tempat duduk Bona dan mereka mulai makan bersama.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Jiho seraya menyendokkan makanan kedalam mulutnya.

"Aku ingin bekerja" Jiho tersedak mendengar kata-kata Bona dan meminum air digelasnya dalam sekali teguk.

"Bekerja?"

"Iya setelah aku pikir-pikir perkataanmu saat di hutan waktu itu ada benarnya juga selama ini aku hanya terlarut dalam kesedihanku hingga melupakan potensi yang aku miliki jadi kali ini aku mau mencoba untuk bekerja"

Jiho tertegun mendengar penjelasan dari Bona. Ia tidak menyangka Bona akan mengerti dan mempertimbangkan kata-kata yang ia ucapkan, mengingat Bona yang pada waktu itu teguh dengan pendiriannya tapi ia sekarang Jiho melihat dengan jelas perubahan dalam diri Bona, sekarang istrinya itu terlihat lebih cerah. Bona melihat Jiho terdiam melanjutkan perkataannya.

"Aku ingin bertanya apa kau bisa memberikan satu posisi di kantor mu ? kalau aku minta kepada ayah pasti tidak akan dikasih dan kakak juga tidak bisa menentang apapun pendapat ayah"

Jiho pun meletakkan alat makannya dan berbicara dengan nada yang serius.

"Sepertinya akan sulit untuk melakukan itu karena yang mengatur tentang masalah rekrut pekerja bukanlah urusan ku" Jiho mengira setelah mendengarkan ucapannya Bona akan marah-marah tapi ia terlihat lebih tenang dari yang ia bayangkan dan menganggukan kepalanya seakan memahami apa arti dari perkataan Jiho.

"Hmm… Kalau begitu apa aku bekerja di tempat lain saja ?"

Bona berbicara dengan nada santai terdiam melihat Jiho yang mengerutkan wajahnya. Belakangan ini banyak hal yang tidak ia pahami keluar dari mulut istrinya itu yang membuatnya terkejut tapi dari semua hal itu ini adalah kata-kata yang paling membuatnya terkejut.

"Tidak, tidak perlu. Nanti aku akan beritahu Eunho untuk mencari kan pekerjaan dikantor. Kalau sudah ada akan aku beri tau"

Jiho berbicara dengan nada sedikit kesal lalu berjalan keluar meninggalkan Bona yang terdiam bingung di kursinya 'Kenapa ia jadi kesal seperti itu ? aneh sekali bahkan makanannya tidak dihabiskan' Bona menggelengkan kepalanya untuk menghapuskan rasa penasarannya dan melanjutkan makan malamnya walau ditinggal sendirian oleh Jiho.

Jiho berjalan menuju kamarnya lalu merebahkan badannya di tempat tidurnya, ia tidak habis pikir dengan Bona belakangan ini. Ia berperilaku sangat aneh tidak seperti Bona biasanya lalu ia tidak tahu kenapa tapi merasa kesal saat mendengar Bona akan mencari pekerjaan di tempat lain. 'Apa ia pikir mencari pekerjaan itu mudah ? lagi pula keluarganya akan memarahiku kalau tahu anak perempuannya sampai bekerja mencari uang. Aku tidak ingin dikira tidak mampu atau mentelantarkan anaknya itu' Dengan rasa kesal, Jiho menghubungi Eunho dan meminta list posisi kosong yang bisa di tempati oleh istrinya secepatnya. Ia memutuskan akan memilih sendiri pekerjaan untuk Bona.

Beberapa hari kemudian, Jiho setelah pulang dari kantor berjalan memanggil Bona ke ruang makan karena ada yang ia ingin bicarakan dengan istrinya itu. Bona yang mendengar itu langsung turun menghampiri Jiho yang terlihat memegang beberapa tas belanja di kedua tangannya. Saat melihat Bona datang, Jiho memberikan semua tas itu kepada Bona dan duduk diatas sofa seraya melepaskan jam tangan di tangan kirinya. Bona melihat dan membuka beberapa barang didalam tas itu dengan ekspresi aneh.

"Untuk apa semua barang-barang ini?"

"Baju, tas dan semua alat kerjamu. Kau besok mulai bekerja di kantorku menjadi sekretaris bersama dengan Eunho, jam kerjamu mulai dari jam 9 pagi. Semua hal yang diperlukan ada ditas itu dan pekerjaan yang akan kau kerjakan, besok kau bisa tanyakan kepada Eunho. Satu lagi kau tidak akan di berikan perilaku yang istimewa hanya karena kau istri ku, kau akan bekerja sama banyaknya dengan Eunho, mengerti ? "

Bona tersenyum mendengar ia akhirnya mendapatkan pekerjaan yang ia inginkan selama ini. Ia hanya bisa melihat temannya yang di America atau Gavin bekerja dan jujur ia juga ingin mencoba bekerja dengan usahanya sendiri. Melalui kesempatan ini ia harap ia bisa belajar banyak dan memiliki teman yang banyak.

Bona menganggukkan kepalanya dan membuka sisa tas belanja yang Jiho berikan. Melihat Bona yang semangat membuka hadiah yang ia berikan seperti anak kecil membuat Jiho merasa senang, sepertinya ia tidak sia-sia memaksa Eunho untuk memilihkan semua kebutuhan untuk Bona. Saat Bona melihat ke arahnya ia langsung memasang wajah datar andalannya.

"Terima kasih, aku tidak akan melupakan kebaikkan mu! ah! aku ada satu permintaan, aku harap selama aku bekerja dikantormu tidak ada yang mengetahui kalau kita adalah pasangan suami-istri jadi saat kau mau berbicara kepadaku juga dengan telephone atau pesan. Kalau hal yang memang harus di bicarakan maka berbicara di rumah atau di tempat yang tidak ada orang, bagaimana?" ucap Bona dengan wajah yang serius.

"Aku setuju" Bona puas mendengarkan jawaban dari Jiho.

Jiho berjalan beranjak pergi memasuki kamarnya, sebelum kamarnya tertutup rapat Bona berteriak "Terima kasih Jiho" Jiho tidak membalas apapun dan menutup kamarnya.

Bona terus tersenyum dan tidak sabar untuk bekerja besok, ia yakin tidak akan bisa tidur malam ini karena terlalu bersemangat menunggu hari esok. Bona sudah lama tidak merasakan perasaan tidak sabar seperti ini apalagi menunggu hari besok yang biasanya ia benci, tapi kali ini ia ingin menikmati rasa semangat ini dan ia merasa akan ingat moment ini untuk jangka waktu yang lama.