Sesuai titik yang sudah di tentukan, sekumpulan orang-orang yang tadi berangkat bergantian, sekarang sudah berkumpul di sebuah ladang kosong penuh rerumputan. Secara diam-diam mereka langsung merencanakan aksi selanjutnya. Dengan suara sepelan mungkin Langit berbicara. Wajahnya sudah di penuhi amarah tak seperti tadi yang terlihat lebih tenang.
Danu menyiku keras badan Alex dan berbisik padanya. "Kok dia marah banget sih? Kenapa?"
"Tadi gue bilang soal Avara sama Fahri boncengan. Kayaknya dia marah besar," Jawabnya.
"Kok lo bilang sih bego? Kalo nanti dia emosi terus kalap malah bunuh orang gimana?"
"Ya gak papa dong. Biar dia luapin aja amarahnya,"
Danu membalasnya hanya dengan decak kesalnya.
"Ngerti kan rencana gue barusan? Gue jalan duluan,"
Danu menarik diam-diam salah satu orang yang bertugas mengikuti Langit. "Gue titip Langit ya, emosi dia lagi gak stabil. Jangan biarin dia kalap atau ambil senjata tajam sembarang. Inget visi kita, jangan sampe ada nyawa yang habis di tangan kita,"
Seseorang yang Danu ajak bicara hanya mengiyakan dengan isyarat dan kembali mengikuti Langit dan yang lainnya.
Di barisan paling depan Langit berdiri. Ia memasang wajah gaharnya yang tak pernah ia tampilkan untuk Avara. "Mantle! Keluar lo bajingan," Teriak Langit
Satu orang yang paling berkuasa di sebuah bangunan itu keluar tidak berapa lama di ikuti beberapa orang di belakangnya. "Kenapa?" Tanya Aldo santai
"Maksud lo apa nyerang sekolah? Urusan lo sama YoungStar bukan sama mereka!"
"Lo gak suka? Mau balas dendam makanya dateng gerombolan kayak gini?"
"Gak usah banyak bacot deh. Maju lo!"
Aldo tidak maju selangkah pun justru ia menahan orang-orang di belakangnya agar tidak maju. "Gini-gini, Sebesernya gue lagi males ya ribut sama lo pada. Mending gini deh, lo semua masuk join sama kita ngopi atau apa kek."
"Bilang aja lo takut anjing! Kalah jumlah kan lo!"
"Enggak-enggak. Kali ini gue serius, gue mau berdamai sama lo."
"BACOT LO ANJING! SERANG!"
Sama seperti penyerangan di sekolah kemarin. Karena Mantle kalah jumlah, anggota YoungStar ada yang berkelahi satu lawan satu ada juga yang mengobrak-abrik markas Mantle.
Terlihat janggal, Anggota Mantle terlihat kurang melawan. Mereka justru sedikit pasrah begitu anggota YoungStar memukulinya habis-habisan seperti yang di lakukan Mantle di SMA Natakusuma.
Sekitar beberapa menit baku hantam, beberapa anggota Mantle sudah tersungkur lemah di hadapan YoungStar termasuk pemimpinnya. Murni dari tangan Langit sendiri leader yang di biasa di panggil Aldo itu sudah lemah tak berdaya. "ARRGGHHH BANGUN LO PENGECUT. GUE ABISIN LO SEKARANG JUGA!!" Langit masih berusaha membangunkan Aldo yang terlihat sudah sangat lemah itu.
Danu di belakangnya tak tinggal diam. Bersama Alex mereka menarik Langit sekuat mungkin. "Lang, udah Lang sadar. Tahan diri lo," Bentak Danu sembari menahan Danu sekuat tenaga.
"Gak bisa. Gue harus abisin dia sekarang!" Bughh satu pukulan terakhir yang Langit daratkan di wajah kiri Aldo. Tindakannya membuat Aldo semakin tak berdaya. Bahkan ia sudah tidak membuka matanya lagi.
***
Ini sudah pukul 3 pagi. Setelah penyerangan tadi anggota YoungStar sepakat untuk bermalam di markas untuk mengurangi rusaknya citra nama geng motornya. Langit duduk memeluk lututnya, ia menengadah menatap langit dan seisinya. Tidak ada rasa kantuk sedikit pun, di kepalanya hanya di penuhi oleh sosok Avara. Danu yang juga kurang bisa tidur menemuinya, ia ikut duduk di samping Langit dengan satu tarikan napas panjang. "Gue tau tadi lo cuman ngeluapin emosi lo aja kan? Lo marah karena Avara di bonceng sama Fahri?"
Langit menunduk ia bingung harus berbicara apa untuk mengungkapkan kekesalannya. "Gue gak tau apa yang gue rasain sekarang. Marah juga bukan siapa-siapa, di biarin bikin sakit,"
"Kayaknya Fahri emang suka sama Vara. Kalo lo emang cinta sama dia, kejar sampe dapet. Dia gak akan cinta sama lo kalo dia aja gak liat perjuangan lo,"
"Gue sama Vara udah mutusin buat temenan aja. Kalo dia suka sama Fahri ya itu hak dia, gue larang pun sama sekali bukan hak gue,"
"Men, laki-laki sejati gak mungkin putus asa kayak gitu. Gue tau lo Lang, lo tipe orang yang harus dapetin semua yang lo mau,"
"Tapi enggak buat dapetin hati Vara. Gue gak mau paksa dia, gue gak mau itu jadi penghalang keinginan gue yang lain,"
"Lo mau apa lagi?"
"Sesuatu yang cuman bisa Vara lakuin,"
***
Rere berjalan menyusuri lantai atas. Untuk apa? Ia akan menemui kakak kelasnya yang mana? Langkahnya berhenti di sebuah balkon. Sepertinya ia sudah membuat janji di sana. Seseorang menatap punggungnya malas. Ia melangkah lagi ke depan mengsejajarkan posisinya. "Kenapa?" Dia Fahri. Iya ketua osis yang baru mendapatkan lagi jabatannya.
"Cek hp lo kak. Gue mau lo temuin kepala sekolah sekarang," Titahnya
"Apa ini?"
"Lo liat aja. Dan jangan bawa-bawa gue," Balas Rere lalu pergi dari hadapan Fahri meninggalkan tanda tanya besar untuknya.
Pagi ini Avara sudah sampai di sekolah. Ia duduk di bangkunya tubuhnya dicondongkan ke depan, kepalanya menghadap kiri dengan mengalaskan Tas, ia terlihat begitu tak bergairah, Wajahnya sangat muram. bagaimana tidak, semalaman ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Langit. Bagai mana jika Langit marah dan tidak mau minum obat. Jika bisa memilih, ia akan bolos sekolah untuk menemui Langit dan menjelaskan alasannya. Apalagi Rere tak berangkat bersamanya, itu membuat Avara semakin muram. Rere juga pasti masih marah padanya.
Sampai pembelajaran pun Rere sama sekali tak menegur Avara. Bahkan ia duduk di bangku kosong Danu dan Alex. Iya, mereka berdua tidak masuk hari ini. Itu juga yang membuat Avara susah mendapatkan kabar Langit karena sejak kemarin nomor Langit tak kunjung aktif.
Satu jam sebelum istirahat semua guru SMA Natakusuma mendadak di haruskan berkumpul di ruang guru, katanya ada hal penting yang harus di bicarakan. Terpaksa semua murid di tinggalkan sampai jam pelajaran tersebut selesai. Waktu satu jam itu mereka manfaatkan untuk tidur agar istirahat nanti lebih fresh. Lain dengan Avara, ia malah sibuk menghubungi Langit. Ia mendesis kesal saat panggilannya tak kunjung di angkat. Kali ini nomornya aktif tapi sepertinya Langit sedang tak ingin berbicara dengan Avara.
***
Tiga motor sekaligus terparkir rapi di parkiran sekolah. Semua pengendaranya tidak ada satu pun yang memakai seragam. Mereka bertiga saling bertatapan bergantian. "Ada apa sih?" Ucap Alex penuh keresahan
"Apa ada cepu ya semalem?" Balas Danu yang mulai panik.
"Mati!"
Ketiganya segera menuju ruangan yang di perintahkan seseorang yang menghubunginya. Mereka sudah tepat di hadapan pintu ruangannya, satu persatu ketiga orang itu masuk. Mereka sudah di suguhkan Guru-guru yang menyambutnya sinis.
"Apa-apaan ini?" Kepala sekolah yang menunggunya sangat marah.
"Maaf Pak saya tidak mengerti," Sanggah Langit
"Ternyata bukan hanya kamu yang ikut geng motor! Di SMA Natakusuma tidak boleh ada yang ikut geng motor. Untuk apa? Menjadi jagoan? Menjadi penguasa jalanan? Hm? Saya tidak akan mentoleransi siswa yang hobinya memalukan, yang sukanya mencoreng nama baik sekolah," Bentak kepala sekolahnya lagi.
"Maaf pak, tapi saya mendirikan geng motor hanya untuk kebaikan tidak seperti geng motor kemarin yang menyerang. Dengan sengaja mereka menyerang hanya untuk menjatuhkan saya. Hanya untuk mencoreng nama baik saya di sekolah ini," Bela Langit lagi.
"Kebaikan apa maksud kamu? Balas dendam adalah sebuah kebaikan? Anak murid saya tidak ada yang berkelakuan bajingan seperti ini." Kepala sekolah itu menunjuk ponselnya. "Terutama kamu Langit, saya sudah sering mendengar kasus kamu di sekolah. Saya sudah tidak mungkin mempertahankan kamu lagi,"
"Awalnya saya ingin mempertahankan kamu Langit. Tapi setelah melihat perilaku kamu yang sebenarnya dalam video itu saya ragu untuk itu," Lanjut Bu Tika wali kelasnya.
"Saya tidak rela Langit di keluarkan. Tidak ada yang boleh di DO dari sekolah ini," Seorang Siswi tiba-tiba hadir di antara situasi yang memanas ini.
~To be Continued~