Setelah perpisahannya di rooftop tadi, sekarang bergantian. Avara yang menunggu Langit. Avara yang masih memakai jaket Fahri setia duduk di halte tempat janjiannya tadi bersama Langit. Hanya menunggu kurang dari 5 menit Langit sudah di hadapannya di atas motor kesayangannya. "Cepet Va," Langit menyodorkan helmnya kepada Avara. Begitu pun Avara menerimanya dengan sangat cepat karena mereka sama-sama takut Fahri ataupun Novi akan memergoki mereka. Tak banyak bicara Langit langsung menancapkan gasnya. Menjauh dari area yang cukup rawan untuknya.
Berkilo-kilo meter sudah ia tempuh. Kali ini Langit membelah jalanan dengan sedikit santai karena sudah tidak mungkin lagi mereka Akan berpapasan dengan orang yang mereka hindari.
"Kita mau ke mana sih?" Tanya Avara memiringkan kepalanya
"Jalan-jalan,"
"iya ke mana?"
"Ke mana aja asal sama lo. Eh lucu nih, foto yuk." Ujarnya dari menatap Avara dari kaca spion.
"Foto gimana?" Balas Avara kebingungan
"Keluarin hp lo terus foto," Ucapnya lagi.
Avara mengangguk "Iya-iya gue ngerti," dan segera mengeluarkan ponselnya.
Avara segera membuka kameranya dan mengangkatnya mengambil beberapa foto dari berbagai angle.
"Liat atas deh," Ucap Langit menunjuk ke atas
Avara segera menengadahkan kepalanya mencari sesuatu yang Langit tunjuk. "Kenapa?"
"Langitnya Bagus," Ujarnya lagi
Avara tetap menengadahkan kepalanya. Ia benar-benar menatap Langit siang itu. "Iya,"
"Tau gak perbedaan Langit itu sama gue?"
"Apa?"
"Langit di atas jauh banget. Susah di gapainya, kalo Langit yang ini gampang banget buat di peluk," Langit menarik Lengan Avara ke depan satu persatu agar melingkar di perutnya. Ia mengelus punggung tangan Avara memberikan kenyamanan agar ia menetapkan posisinya seperti itu,"
~~~
Langit menghentikan laju motornya di sebuah parkiran Mall. Entah apa yang akan ia lakukan. Bahkan Avara pun belum tahu kenapa Langit membawanya ke sini. "Mau beli sesuatu?"
"Iya,"
"Mau ke mana dulu?" Tanya Avara
Langit tak membalasnya. Ia hanya berjalan membawa Avara ke sebuah toko Handphone. "Mau ganti Hp?" Tanya Avara
"Enggak, gue mau beli Airpods,"
Avara agak sedikit menjauh dari sisi ia akan membantu Langit mencarikan Airpods terbaik untuknya. "Ini bagus nih. Cuman lebih mahal aja," Ucapnya memperlihatkan Airpods yang di temukannya.
"Lo suka? Ambil aja," Balas Langit.
"Gue pilihin buat lo,"
"Kalo lo suka ambil aja nanti gue yang bayar," Balasnya lagi tanpa mengalihkan pandangannya pun ke arah Avara.
"Enggak, gue belum butuh Airpods,"
"Tapi gue butuh,"
"Ya kan lo ke sini mau beli itu,"
"Udah yuk bayar," Langit merebut Airpods dari tangan Avara. Ia akan segera membayarnya.
Avara memilih menunggu Langit di luar Store, tidak akan lama juga. Benar saja tak kurang dari 5 menit Langit sudah menghampirinya.
"Lo beneran beliin itu buat gue?" Tanyanya memastikan
"Iya lah. Ini ada dua," Balasnya mengangkat paperbagnya. "Mau ke mana lagi?" Lanjutnya
Avara menggeleng memang dari awal ia tak tahu Langit akan membawanya ke sini jadi ia bingung harus ke mana sekarang.
"Photobox mau?" Tawar Langit
"Photobox? Serius?"
"Iya lah. Yuk," Langit segera menari lengan Avara ke tempat tujuannya.
Keduanya segera masuk dan melakukan beberapa pose di dalam sana. Tak jarang mereka mengeluarkan pose bobroknya membuat keduanya saling menertawakan.
***
Siswi yang tadi datang ke rumah sakit sekarang sudah berada di rumahnya. Ia kembali di antar oleh teman laki-lakinya. Kali ini ia melemparkan tubuhnya di atas kasur, ia menatap Foto seorang wanita cantik di atas nakasnya. "Kak, kakak tenang ya. Aku akan balesin dendam kakak ke mereka. Aku gak terima kakak di lecehkan Kakaknya Vara sampai kakak depresi dan bunuh diri. Aku akan buat Vara menanggung malu seperti kakak sampai dia juga muak dengan hidupnya," Satu air matanya menetes tak tertahan. Ia benar-benar merindukan wanita itu.
Suara motor berhenti di halaman rumahnya. Ia segera mengecek siapa yang datang dari balik jendelanya. "Alex?" Untuk apa Alex datang menemui Rere? Ia segera keluar dan menemuinya.
"Ada apa Lex?"
"Enggak, pengen main aja. Nebus yang kemarin,"
"Oh, yaudah masuk yuk,"
"Lo gak sama temen-temen lo?" Tanya Rere setelah berada di dalam rumahnya.
"Langit lagi ada urusan, Danu gak tau ke mana. Di Basecamp juga sepi,"
"Oh yaudah, bentar gue ganti baju dulu,"
"Oke. Ada siapa di dalem?"
"Ada ibu, bentar ya."
***
Avara memperhatikan hasil Photoboxnya . Ia tersenyum begitu melihat wajah kocak mereka. "Kenapa sih pengen di foto? Tumben banget? Tanyanya
"Sebenernya gue orangnya gak narsis. Tapi sekarang gue pikir dokumentasi itu penting. Gue gak tau besok gue masih hidup apa enggak. Jadi ya gue cuman memanfaatkan waktu bareng lo. Kalo lo kangen kan bisa liat foto-foto kita lagi.
Avara menggeleng tegas "Enggak. Kita bakal lakuin ini terus. Kalo perlu kita pergi ke suatu tempat kita foto-foto yang banyak. Jangan pernah berpikir ini momen yang terakhir,"
Langit tersenyum "Segala sesuatu pasti ada akhirnya Va. termasuk perasaan gue sama lo,"
"Kenapa?"
"Kalo besok gue mati, perasaan gue juga akan ikut mati. Lo gak akan ngerasain kasih sayang gue lagi, gak akan lagi ngerasain kepedulian gue, Lo cuman bisa liat foto kita dan buka lagi memori-memori yang udah kita lewati."
"Enggak. Gue yakin lo pasti sembuh,"
Langit tersenyum "Iya, semoga ya.. makan lagi es krimnya nanti meleleh,"
"Oh iya, nih Airpods lo." Langit menyerahkan Airpods pilihan Avara. "Lo tau gak kenapa gue beli Airpods?" Lanjutnya.
"Kenapa?"
"Gue mau lo pake terus ya pas jam istirahat. Kita Call, Dengan gini kan gue bisa ngerasain deket terus sama lo." Ujarnya
Avara mengangguk menyetujui. "Kalo gitu gue juga bisa beli sesuatu buat lo," Balasnya
"Apa?"
"Mau tunggu di sini apa ikut?"
"Ikut lah entar lo ilang di ambil culik gimana?"
"Gue udah gede. Mana mungkin di culik,"
"Tapi lo cantik. Penculik suka orang yang cantik,"
"Tapi ini es krimnya gimana?"
"Tinggal aja. Entar beli lagi,"
***
"Lex, Yuk mau main ke mana?" Tanya Rere setelah kembali dengan pakaian yang sudah rapi.
"Lo maunya ke mana?"
"Terserah lo sih, gue ikut aja,"
"Di Mall deket sekolah ada kedai es krim baru. Mau coba?"
"Boleh. Yuk,"
"Ada helm gak? Gue lupa gak bawa hehe,"
"Yaudah bentar gue ambil dulu,"
***
"Lo mau beliin gue apa sih?" Langit bertanya-tanya saat keduanya masih mengelilingi Mall.
"Ke sini deh kayaknya," Avara membawa Langit ke sebuah Store pakaian.
"Hoodie?" Tanyanya setelah Avara mengambil salah satu hoodie dan di setarakan dengan tubuh Langit.
"Pas," Ujarnya. Hoodie berwarna abu-abu muda ini sangat cocok di tubuh Langit. Sekarang giliran Langit yang berkeliling. Ia mengambil hoodie yang sama namun ukurannya sedikit lebih kecil. "Nih cobain yuk," Sodornya.
"Couple?"
"Iya,"
Keduanya bergantian mencoba hoodienya di ruang coba. "Kebesaran," Ujar Avara merentangkan lengannya
"Gak papa lucu,"
"Beli aja yang ini?"
"Iya dong keren kan. Bentar ya gue bayar dulu,"
"Kan gue yang mau beliin lo,"
"Gak papa. Sini bajunya, tunggu sebentar ya."
Kali ini Avara tak tunggu di luar ia mengikuti Langit ke mana pun. Sebenarnya ia merasa tak enak pada Langit karena sudah membelikannya barang-barang mahal di Mall ini. "Pulang yuk," Ajaknya.
"Gak mau makan es krim lagi?"
"Pulang aja deh. Entar dompet lo boncos lagi,"
"Buat lo mah apa sih yang enggak,"
"Gak gitu juga,"
"Jadi pulang nih?"
"Iya ayo," Avara menarik paksa lengan Langit menuju lobi Mall.
"Anjir Alex!" Langit menarik Avara untuk bersembunyi di balik tiang ketika ia melihat Alex sedang menuju pintu utama bersama dengan Rere.
~To be continued~