Chereads / CINTA DARI LANGIT / Chapter 28 - 28 || Panggilan suara

Chapter 28 - 28 || Panggilan suara

Dua mobil berhenti di depan gedung SMA Natakusuma. Mobil pertama berisi beberapa orang di dalamnya. Sebagian dari penumpangnya keluar dan bergantian memberikan ongkos kepada sang sopir. Lain halnya dengan mobil di belakangnya. Mobil itu berisi satu penumpang di kursi belakang. Orang itu sama-sama keluar bedanya ia tak memberikan ongkos seperti yang di lakukan beberapa penumpang angkutan umum di depannya.

Penumpang pria di mobil belakang sengaja tak menyiap beberapa penumpang di angkutan umum, ia membiarkan mereka berjalan di depannya meskipun dengan langkah yang sangat lambat.

Dua orang dari gerombolan berpisah mereka memperlambat langkahnya. "Kak Fahri tuh," Satu dari keduanya menyiku begitu beberapa langkah lagi akan menuju seorang pria yang berdiri di dekat pintu gerbang.

"Kak Fahri," Ucap yang satunya

"Selamat pagi Vara," Balas pria di hadapannya

"Pagi kak Fahri,"

"Maaf ya kemarin gak bisa pulang bareng, ada rapat osis soalnya," Ucap pria itu lagi sembari melangkah beriringan dengan Avara dan Rere.

"Gak papa kak, lagian ngerepotin kakak terus,"

"Kalo sekarang mau pulang bareng?"

"Liat nanti ya kak, Vara jalan duluan," Avara segera menarik lengan Rere dan mempercepat langkahnya.

~~~

"Kenapa sih lo ngehindar dari Kak Fahri? Kenapa gak di terima aja tawarannya?" Desak Rere setelah sudah berada di kelas

"Gue gak nyaman aja Langit ngikutin gue di belakang,"

"Emang iya? Terus sekarang ke mana?"

"Ya mana gue tau,"

Rere diam tak membalas ucapan Avara lagi. "Apa dia mulai nyelidiki semuanya?" Batinnya. Sembari memainkan matanya mencari keberadaan Langit dan kedua sahabatnya yang tak terlihat berada di kelas.

"Kenapa?" Tanya Avara

"Gak papa. Gue ke kantin dulu ya,"

Rere segera menghindar dari jangkauan Avara. Ia segera mencari keberadaan teman laki-laki yang tadi berada di belakangnya. Ia menyusuri tempat yang tadi mereka lewati sejak awal datang. Namun keberadaan orang itu tak kunjung di temukan. Sekarang langkahnya menuju area kantin, siapa tau orang itu ada di sana. Untung-untung bertemu dengan Alex mungkin Alex akan memberi tahu apa yang akan mereka lakukan.

Sial tiga orang yang di carinya tak ada di kantin. Di mana mereka sebenarnya? "Ckkhhh," Ia berdecak kesal. Sudahlah, ia lebih memilih kembali ke kelas. Ia tidak mau terlihat mencurigakan.

***

"Gue bakal bantuin lo asalkan lo mau jalan sama gue," Ucap Novi di hadapan tiga orang adik kelasnya.

"Kapan?" Balas salah satu di antaranya

"Hari ini,"

"Oke, cuman hari ini. Tapi gue mau besok udah ada jawabannya,"

"Oke, deal!"

~~~

"Lo yakin Lang?" Tanya Alex setelah menghindar dari lantai kelas 12

"Gak papa. Kita turutin dulu aja kemauan dia,"

"Lo sama Avara beneran End gitu?" Lanjut Danu.

"Ya kayak yang kalian liat, gak papa lah biarin dia bahagia."

"Si Fahri bener-bener terlalu sempurna sih buat di tolak," Ucap Alex lagi

"Emang, udah anak konglomerat, ganteng, panutan deh," Lanjut Danu

"Tapi kita gak bisa lupa dong sama kejadian tahun lalu,"

"Yang si Rere itu ya?" Balas Langit

"Ya katanya sih emang si Rerenya yang salah. Sekarang udah baikkan juga,"

"Tau banget lo kayaknya," Danu menyiku badan Alex

"Iya lah kan lagi deket," Balas Langit tersenyum jahil

"Sumpah? Sama Rere?" Danu membulatkan matanya menatap Alex

"Apaan sih enggak. Sok tau banget lo," Balas Alex yang berusaha menutupinya.

"Ipiin sih inggik, bacot lo. Gue tau kemaren lo jalan kan sama dia ke mall,"

"Idih sok tau banget lo," Bantah Alex

"Halah ngaku aja bangsat,"

"Orang gak sengaja ketemu dia ye,"

"Lagian gak papa kali kalo deket juga," Goda Danu

"Dih, dahlah gak usah di bahas." Alex berjalan mendahului Langit dan Danu meninggalkan tawa goda keduanya.

***

Siang ini Avara dan Rere sudah berada di kantin. Mereka memilih untuk segera makan di kantin karena setelah ini jam belajar akan sedikit lebih lama dari pelajaran yang lain. Keduanya tak berbicara apa pun di hadapan dua piring siomay pesanannya, mereka hanya fokus menyuap. Vara terdiam begitu merasakan ada getaran di saku bajunya. Ia segera memakai Airpodsnya secara diam-diam karena ia sudah tahu siapa yang menghubunginya.

"Hmmm," Ucapnya mendahului

"Kenapa Va?" Tanya Rere yang heran melihat sahabatnya ini berdehem

Avara tersenyum "Gak papa hehe,"

"Halo cantik," Ucap pria di sana

"Kok diem sih?" Ucapnya lagi

"Hei sayang,"

"Vara, cantik."

"Oh lagi makan ya? Gue lagi di toilet nih perut gue sakit banget,"

Vara membulatkan matanya ia merasa jijik saat Langit mengatakannya.

"Eh sorry, sorry hehe.. kok diem sih? Sama Rere ya? Atau lagi sama Fahri?"

"Vara. Kok gak ngomong sih, kalo lo gak ngomong terus sampe hitungan ke tiga kita pacaran. Satu... dua..."

"Hmm," Avara kembali berdehem membuat Rere kembali memalingkan wajahnya ke arahnya. "Kenapa sih Va?" Lagi-lagi Avara hanya menggeleng untuk memberi jawaban.

"Kok gitu jawabnya. Yaudah gue susul ya ke kantin,"

"Jangan di matiin,"

Hanya butuh beberapa menit orang sedang meneleponnya sudah berada di meja depan tepat di hadapannya. "Makin cantik deh," Langit tak hentinya menatap Avara. Sedangkan Avara hanya bisa mencuri-curi pandang saja. Ia tak berani menatap laki-laki itu terlalu lama.

"Makannya abisin biar gak mubazir, Gue mau pesen makan nih mau sekalian gak?" Tanya laki-laki itu.

Avara menggeleng pelan

"Bener?" Avara membalasnya dengan anggukkan kecil

"Yaudah deh gue gak jadi pesen. Gue ngeliatin lo aja udah kenyang," Ia tersenyum dan tak beranjak sedikit pun. Ia masih setia menyanggah dagunya menyaksikan kecantikan tambatan hatinya yang sedang makan.

Avara menatap tajam orang itu. Namun tatapannya teralihkan kepada sosok laki-laki yang baru datang dan duduk di hadapannya. "Hai, boleh gabung?" Tanyanya.

"Duduk aja Kak," Balas Rere

"Selamat pagi Vara maaf ya kemarin gak bisa pulang bareng ada rapat osis soalnya. Siapa juga yang mau pulang sama lo. Iya gak?" Ucap Langit menirukan nada bicara Fahri tadi pagi.

Sebenarnya Avara ingin sekali menertawakan Langit yang berbicara seperti itu Tapi ia tak mungkin melakukannya di hadapan Rere dan Fahri.

"Ada yang mau di pesen lagi gak? Biar aku yang pesenin," Ucap orang itu secara tiba-tiba.

"Gak usah Kak. Vara udah kenyang, mungkin Rere mau pesen lagi gak?" Avara menyenggol bahu Rere

"Enggak gue juga udah kenyang," Balasnya

"Yeay gue duluan yang nanya," Ucap Langit lagi. Avara hanya melirik sekilas sembari menahan tawanya.

"Yaudah deh bentar ya aku pesen dulu,"

"Fahri jelek, Langit ganteng," Kali ini ia mengucapkannya dengan sedikit berbisik

"Gue matiin dulu ya. Gue mau pergi dulu sebentar. Makannya abisin, dah cantik selamat makan bareng," Langit segera mematikan panggilannya dan beranjak dari duduknya entah ke mana.