Chereads / CINTA DARI LANGIT / Chapter 18 - 18 || Rencana Balas Dendam

Chapter 18 - 18 || Rencana Balas Dendam

"Aldo ngeliatin lo gitu banget. Lo gak ada masalah besar kan sama dia?" Tanya Langit terlihat sangat Khawatir.

"Enggak sih. Sakit ya?" Avara mengompres pelan memar di ujung bibir sebelah kiri Langit akibat baku hantam tadi.

"Sedikit. Gak papa kok,"

"Gue gak suka lo kaya gini," Ucap Avara lagi

"Gue bisa jaga diri Vara. Lagian palingan ya cuman luka-luka kecil gini,"

"Cuman? Gue gak mau lo kenapa-napa. Plis janji jangan berantem-berantem lagi,"

"Va," Avara memotongnya dengan sengaja. "Janji gak?"

"Iya janji,"

"Oh iya, gue khawatir nih sama Rere. Gue belum liat dia lagi sejak tadi, gue cek ke kelas dulu ya," Avara mulai bangkir dari duduknya membiarkan Langit bergabung dengan Alex dan Danu di meja samping.

"Yaudah hati-hati sayang,"

"Hah?"

"Iya. Lo sayang kan sama gue? Buktinya lo gak mau kenapa-napa. Ngaku aja deh,"

"Langit..." Avara memelas

"Iya-iya gue tau kita cuman temen. Temen tapi sayang kan?"

Avara menghiraukan ucapan pria itu dan segera pergi menuju kelasnya.

"Menurut lo si Rere ke mana?" Tanya Danu.

"Mana gue tau,"

"Lo curiga gak sih sama tuh cewek?" Lanjut Danu

"Kenapa harus curiga?" Sanggah Langit.

"Ya, dia ngilang pas ada serangan. Ke mana coba? Masa di toilet lama banget?" Lanjut Danu membuat Langit dan Alex berpikir dan mencerna yang di maksud Danu.

"Gue malah bingung sama suara sirene tadi. Siapa yang nyalain? Dan mereka langsung berhenti serentak kan pas denger bunyi itu?" Lanjut Alex

"Kita harus selidiki ini. Pulang sekolah kalian ke rumah gue,"

***

Avara berjalan menyusuri lorong sambil memperhatikan situasi sekitar barang kali ia menemukan Rere. Sebenarnya Rere ke mana? Avara begitu khawatir dengan temannya ini. Sayangnya, beberapa menit ia berjalan batang hidung Rere tak kunjung terlihat. Mungkin Rere sudah berada di kelasnya lagi.

Avara berlari kecil begitu melihat siswi yang di carinya sudah berada di dalam kelas dan bersantai menggunakan earphone "Re? Lo ke mana aja sih? Tadi lo ke mana pas ada serangan?"

"Gue tadi istirahat di UKS Va. Kepala gue sedikit pusing," Balasnya

"Sekarang gimana? Masih pusing?"

"Udah mendingan kok. Udah minum obat juga,"

"Syukurlah,"

"Vara.. Langit mana? di suruh ke ruang BK sekarang," Tanya ketua kelasnya yang membuat ia terkejut kebingungan. Ada masalah apa?

"Lo serius?" Tanyanya memastikan. Pertanyaannya itu hanya di balas anggukan oleh sang ketua kelas. Tandanya Langit benar-benar sedang di tunggu di ruang BK.

***

"Langit. Jelaskan kenapa mereka bisa menyerang dan merusak fasilitas sekolah? Saya dengar-dengar kamu penyebabnya?" Cecar Kepala sekolah.

"Kenapa Bapak menuduh saya? Saya tidak tahu apa-apa soal penyerangan ini pak,"

"Jangan bohong kamu. Saya tahu kamu seorang ketua geng motor. Jelaskan ada masalah apa kamu dengan geng motor tak bermoral itu? Jangan-jangan kamu yang menyerang mereka duluan?"

"Tidak Pak. Saya tidak pernah membuat kerusuhan apa pun. Saya juga tidak tahu kenapa mereka bisa menyerang sekolah,"

"Saya tidak mau tahu pembelaan kamu. Saya skors kamu, karena geng motor seusia kamu, semuanya tidak ada yang bermoral,"

***

"Arrghh.. siapa sih cepu di sekolah ini. Kalo sampe gue tau, gue kasih pelajaran dia!" Geram Langit di hadapan Danu dan Alex.

"Gue bingung deh. Kayaknya orang itu mau ngejatuhin lo, kalo enggak, kenapa gue sama Alex gak ikut di panggil?"

"Iya juga ya," Alex ikut berpikir.

"Gue tunggu kalian di rumah. Gue balik duluan ya,"

"Berapa hari lo di skors?" Tanya Danu

"Tiga hari,"

***

"Ya gue mana tau,"

"Iya nanti gue cari cara lain deh. Boro-boro ngejauh!"

"Ya sabar dong,"

Ucapan Rere yang sedang berbicara dengan seseorang di telepon membuat Avara kebingungan. Terlebih nada bicaranya yang terlihat kesal. Dengan siapa Rere berbicara? "Re? Lagi nelpon sama siapa? Kok kayak kesel gitu?"

"Ha? Enggak ini sama orang yang salah sambung tapi dia-nya nyolot," Sangat terlihat dari nada bicaranya Rere begitu gelagapan.

"Oh iya, tadi yang nyerang tuh Aldo sama gengnya loh. Gue gak ngerti kenapa dia bisa nyerang ke sekolah. Gue ataupun Langit gak ngerasa punya masalah besar sama dia," Terang Avara.

"Oh ya? Terus siapa yang tanggung jawab sama kerusuhan ini?"

"Langit. Ada orang yang ngaduin ke kepala sekolah soal Langit ketua geng. Dan orang itu bilang ya ini salah Langit karena Aldo kan musuh Langit. Ya jadinya Langit sekarang di skors,"

"Ya ampun Va, kok bisa sih? Gila kali tuh orang,"

"Gue penasaran banget siapa orangnya,"

"Gue juga Va. Duh gue ke toilet bentar ya kebelet nih dari tadi,"

"Oh ya udah, gue ke kelas duluan ya," Avara menepuk halus bahu Rere dan meninggalkan Rere di depan kelasnya.

Sebenarnya ia masih bingung dengan sikap Rere barusan, apakah ada yang Rere tutupi darinya? Belakangan ini Rere memang sedikit berbeda. Ia terlihat tertutup dan sering ingin memiliki waktu sendiri.

Avara meraih beberapa bukunya yang masih ada di atas meja. Ia akan bersiap-siap karena beberapa menit lagi bel pulang akan berbunyi. Ia terkejut setelah menemukan satu pesawat kertas berwarna merah muda tepat di bawah tumpukkan bukunya. Avara tersenyum ini pasti ulah laki-laki yang tadi izin pulang duluan karena di skors. Ia segera membukanya tak sabar dengan isinya. 'Jangan takut ya, gue gak akan biarin lo terluka.' Seperti biasa di akhiri inisial L.

***

"Nih," Danu menyodorkan sebotol minuman di hadapan Langit. Lalu merebahkan badannya di tempat tidur.

"Apa?" Tanya Langit tanpa melirik ke objeknya. Ia masih sibuk dengan ponselnya.

"Biasa," Balas Alex yang ikut menyusul sembari menutup pintu kamarnya rapat-rapat.

Langit melirik sekilas "Gue udah gak tertarik," Lalu kembali fokus dengan ponselnya.

"Masa? Ini brand kesukaan lo loh," Alex mendekatkan botolnya ke hadapan wajah Langit. Memastikan kebenarannya.

"Gue gak mau Alex,"

"Kita tau lo lagi pusing gara-gara masalah tadi. Kita bela-belain patungan buat beli ini demi lo Lang," Lanjut Alex.

"Yang ada gue makin pusing. Lo berdua aja deh yang minum, tapi jangan di sini. Awas aja loh,"

"Ya udah iya," Balas Danu. "Aneh banget dih," Lanjut Alex. "Ssshtt udah biarin,"

"Btw tumben kamar lo rapi. Tuh liat buku-buku itu, biasanya berantakan banget, terus (Alex mengendus) wangi lagi. Biasanya wangi rokok tuh,"

"Ya iya lah kan kemaren Avara main ke sini jadi harus wangi dan rapi dong,"

"Sumpah? Lo tidur sama dia?" Balas Danu terkejut.

"Enggak lah anjir. Vara mah cewek baik-baik," Bantahnya.

"Halah. Novi juga waktu itu di bilang cewek baik-baik. Tapi ujung-ujungnya masuk juga," Balas Alex.

"Dia yang minta ya goblok. Awas aja lo kalo Vara tau soal ini,"

"Ya kalo dia tau, kalo gak dari Novi langsung, ya dari dia nih yang ceroboh." Danu menunjuk kasar wajah Alex.

"Yeee, gak di saring lo ngomong. Ngapain gue bahas gituan sama Vara. Gue cuman mesum sama Sagiri. Di depan cewek beneran mah gue cowok baik-baik,"

"Udah-udah kita langsung bahas rencana kita. Gini, gue gak mau tau kita harus balas dendam sama mereka. Kalo perlu besok kita serang markasnya. Alex, lo pastiin besok anak-anak dateng. Dan lo Danu, pastiin gak ada satu pun yang bawa senjata tajam atau pake atribut sekolah," Instruksi sang leader begitu di cermati anak buah – anak buahnya.

"Rutenya, Kita start di markas. Kita bagi tiga jalan biar gak ada yang curiga. Terus kita kepung markas mereka. Dan gue pesen, gue mau dia lebih babak belur dari gue," Lanjutnya.

"Sip. Nanti gue jelasin ke anak-anak," Balas Danu.

~To be Continued~