Chereads / CINTA DARI LANGIT / Chapter 15 - 15 || Belajar bersama

Chapter 15 - 15 || Belajar bersama

Sejak kejadian miras yang di duga milik ketua osis kemarin, siswa-siswi SMA Natakusuma serentak memperbincangkan kabar jabatannya. Apakah sebotol miras itu milik sanga ketua osis? Lalu bagaimana dengan jabatannya? Bahkan ada yang menerka bahwa ketua osis itu harus kehilangan jabatannya karena kasus ini.

Hari ini siswa yang di duga gugur mempertahankan kepercayaan pihak sekolah dan muridnya, berjalan tegap mencari seseorang menyusuri lorong kelas. Matanya meneliti per-orang begitu intens seperti tidak ingin kehilangan orang itu. Ia mengakhiri langkahnya di sebuah kelas, "Mana Rere?" Ia bertanya kepada orang-orang di sekitarnya dengan nada tinggi.

Merasa namanya terpanggil dengan sedikit sentakan. Rere menghampiri Fahri segera. "Kenapa Kak?"

"Maksud lo apa sih Re ngejatuhin gue kayak gitu? Lo ada masalah apa sama gue?" Tegas Fahri meminta kejelasan.

"Lho? Itu fakta kan? Lagian kalo bukan Kakak siapa lagi? Kakak kan yang terakhir ada di sana?"

"Kita ketemu deket lokasi kan? Bisa aja itu punya lo, dan lo malah nuduh gue,"

Rere tersenyum miring "Kak. Di cctv kan jelas kakak yang terakhir dari tempat itu. Kita ketemu di parkiran lho kak bukan di lokasi. Kakak gak ada hak dan gak ada bukti nuduh aku,"

"Lo ngerasa berhak nuduh gue? Lo siapa?"

"Kak tanpa aku bilang pun pihak sekolah akan tetep panggil Kakak. Karena itu emang milik Kakak kan,"

"Gue gak nyangka ya sama lo Re. Gue pikir lo gadis lugu, bak hati, tapi ternyata sukanya ngejatuhin orang. Pantes orang-orang gak mau temenan sama lo,"

Rere mendekatkan mulutnya ke telinga Fahri "Ini namanya pembuktian. Cewek lugu gak pantes tertindas terus. Dia harus beraksi," Meski berbisik tapi Rere mengatakannya penuh penekanan. Membuat Fahri terdiam mencerna apa yang di maksud wanita di hadapannya. Sampai akhirnya ia merelakan wanita itu beranjak dari hadapannya.

"Re? Kak Fahri ngomong apa?" Sambut Avara penuh tanda tanya.

"Gak ngomong apa-apa sih,"

"Emang bener ya jabatannya di copot dengan tidak hormat?"

"Meskipun dia gak ngaku, tapi kita butuh keadilan kan? Gak bisa di diemin kan orang kayak gitu,"

"Emang lo yakin Kak Fahri yang punya miras itu. Gue pikir gak mungkin sih,"

"Udahlah Va, udah kejadian ini kan biarin lah dia tanggung konsekuensinya sendiri. Dia emang pantes di gituin," Rere mengakhirinya dengan senyuman miring seperti tidak merasa bersalah dengan mantan ketua osisnya.

***

Hari itu adalah hari pertama Langit dan Avara belajar bersama. Sesuai kesepakatan kemarin, mereka akan belajar di rumah Langit karena obat yang seharusnya di minum siang ini tertinggal di rumahnya.

"Re, lo balik duluan ya, gue harus ke rumahnya Langit dulu," Ucap Avara setelah pembelajaran baru saja usai.

"Mau ngapain?" Tanya Rere yang masih sibuk membereskan alat tulisnya.

"Dia minta buat belajar bareng. Bentar lagi kan ujian,"

"Oh yaudah. Gampang lah gue bisa pulang sendiri. Gue duluan ya," Rere bangkit dan keluar dari kelasnya meninggalkan Avara dan beberapa murid yang tidak terburu-buru untuk pulang. Sepertinya Rere sangat bahagia hari ini, entah karena apa tapi hari ini Rere sering sekali tersenyum tanpa sebab. Seperti saat meninggalkan kelas barusan.

***

"Gue gak nyangka deh Fahri kayak gitu. Gue sih gak percaya ya," Seru Danu yang duduk di atas motornya menunggu sang leader menyusul karena tadi Langit bilang akan menyusul.

"Manusia gak ada yang tau Nu. Untung aja dia ketua osis. Coba kalo kita? Bisa langsung di DO," Balas Alex di sampingnya.

"Iya sih. Coba kalo itu terjadi, nyokap gue pasti gak akan berhenti nyerocos tujuh hari tujuh malam. Euhh," Danu bergidik tak ingin itu terjadi.

Alex tak menanggapi Danu lagi. Ia fokus dengan kedatangan seseorang yang mereka tunggu "Ehh, gas kan?"

"Gue gak dulu deh," Langit mulai menaiki motornya

"Ohh Avara. udah sama cewe aja lo lupa tongkrongan," Ucap Alex yang menyadari Avara datang bersama Langit

"Tau lo. bucin terus," lanjut Danu

"Eh tanya dia. emang dia suka sama gue?" balas Langit kesal.

"ENGGAK!" Tegas Avara

"HAHAHAHA sad banget astaga!" tawa Danu sangat puas

"Jalan tapi gak jadian. Ibarat air sama minyak kali ya hanya berdampingan tapi tak mungkin menyatu," Celetuk Alex "Anjay!!!" lanjut Danu.

"Udah denger kan? gak ada bucin-bucin an. mending lo berdua cabut sana, salamin sama yang lain,"

Alex dan Danu hanya menuruti perintah Langit. Mereka tidak ingin ketuanya ini semakin marah.

"Lang," Setelah Alex dan Danu pergi, Avara mulai membuka suara lagi. Mungkin hanya untuk mengatasi keheningan di antara mereka.

"hem?"

"Gue rasa Rere aneh deh sejak kejadian kemaren. Rere udak kayak bukan Rere gitu,"

"Iya sih gue liat dia berani banget. Biasanya kan dia pendiem gak pernah mau ikut campur urusan orang,"

"Gue khawatir deh sama dia. Ada apa ya?"

"Tapi gue salut sih dia berani membuka kebenaran,"

"Iya juga ya,"

~

Sepanjang perjalanan Avara hanya terdiam dan fokus ke arah jalan dengan tangan yang meremas jaket Langit. menyadari hal itu, sang Langit langsung membawa tangan Avara ke depan dan dilingkarkan di perutnya membuat tubuh Avara terbawa lebih ke depan dan menempel dengan punggung sang Langit. "Lo apa-apaan sih?" Ketus Avara menarik kembali lengannya.

"Lo gak takut jatuh apa?" balas Langit melirik ke arah spion.

"Engga," Tegas Avara tak membalas tatapan Langit di spion

"Bener?" goda Langit. Tanpa menunggu jawaban Avara, Langit menaikkan kecepatannya dan berhasil membuat Avara terkejut dan kembali melingkarkan kedua tangannya.

"LANGITTTT!!!!!!" Teriak Avara Memeluk Langit ketakutan. Langit tertawa puas melihat ekspresi sahabatnya lalu menurunkan kecepatannya seperti semula.

"Nyari kesempatan banget sih," Avara kembali menarik lengannya. Avara memang sulit di taklukkan.

Tak sampai satu jam, keduanya sudah sampai ke tujuan. Rumah mewah minim penghuni yang ketika berbicara saja sedikit menggema.

"Ini rumah lo?" Mata Avara terus bergerak melihat megahnya bangunan yang di huni Langit.

"Iya. Yuk masuk," Langit berjalan mendahului Avara ia mulai membuka pintu yang tingginya dua kali lipat dari tingginya.

"Ga ah gue takut, rumah lo sepi," sanggah Avara yang menghentikan langkahnya.

"Lo mkir lagi gue mau macem-macem sama ?" Langit menatap wajah sungkan Avara. Ia memejamkan matanya. Ia terus mendekatkan wajahnya ke arah wajah Avara. Meski sudah berusaha menjauh tapi wajah Langit semakin mendekat. Apa yang akan Langit lakukan kepada Avara? Sampai Avara terlihat sangat ketakutan.

Langit membuka kedua matanya. Ia menatap mata ketakutan Avara yang sebentar lagi akan menumpahkan air bening. Ia tak berhenti menatap wajah Avara yang kebingungan dan ketakutan. Mungkin ia akan tunggu Avara menjatuhkan air matanya dan berteriak sekencang-kencangnya.

~To be continued~