Chereads / CINTA DARI LANGIT / Chapter 13 - 13 || Hukuman

Chapter 13 - 13 || Hukuman

"Va,"

"Apa?"

"Gue gereget ya kenapa si lo gak mau jadi pacar gue? Lo udah pantes jadi pacar gue tau gak?"

Avara tertawa kecil "Gue curiga ya lo masih tidur. Ngigo lo ya?" balas Avara menghiraukan ucapannya.

"Iya deh iya, Temenan aja. Lo di mana?"

"Di rumah lagi siap-siap. oh iya bunda bawain sarapan buat lo,"

"Jam se gini lo udah mau berangkat? Lo ke sekolah mau belajar apa mau jadi tukang sapu?"

"Mau jualan gorengan di kantin. Puas lo?"

Langit tertawa lepas "Yaudah gue mandi dulu dah salam buat bunda mertua. Assalamualaikum," Langit langsung Mengakhiri panggilannya.

Sekarang Langit tak lagi lesu seperti di hadapan pembantunya tadi. Meski masih ada sedikit rasa sakit di kepalanya, ia tak peduli. Ia akan segera menemui Avara di sekolah. Terlebih Avara tadi bilang ia membawakan sarapan untuknya. Ia segera mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.

Wajah kusutnya sudah berseri ia melangkah cepat ke dapur. "Bi, Langit berangkat dulu ya,"

"Loh kok udah rapi? Katanya gak sekolah dulu,"

"Duh bi panjang ceritanya. Langit buru-buru," Ia segera mencium tangan pembantunya dan berlari mengeluarkan motornya. Langit memang sangat baik kepada Bi murni. Ia selalu menganggap pembantunya itu ibunya.

***

Avara mematung tak percaya saat baru datang dan melihat kursinya sudah di tempeli kertas bertuliskan *Awas cewe ini kegatelan*

Selama Avara diam, Rere meraih kasar kertasnya. " Va, maksudnya apa ini?"

"Gue juga gak tau Re, Mungkin Novi." Avara masih saja diam tak percaya. Apakah melawan Novi tindakkan yang salah ya? Avara masih bergelut dengan pertanyaan itu.

"Novi? Jahat banget sih. Lo kan berani Va, lo labrak aja dia,"

Avara menggeleng. "Kita gak punya bukti apa-apa," Avara meraih kertasnya dan lebih memilih menyimpannya di tas sekolah.

Setelah situasi kembali biasa lagi, hatinya mulai redam, dan pikirannya tak lagi memperdulikan Novi, pria yang tadi meneleponnya kini berada di hadapannya. "Mbak, gorengan nya udah abis ya?"

Avara membalas tatapan pria tengil ini. "Rese lo," Tegasnya.

"Kok marah sih Mbak? Tadi katanya mau jualan gorengan." Langit semakin Melebarkan senyum jailnya.

"Udah di borong sama Dinosaurus. Puas lo?" ketus Avara.

"Lo tau gak kenapa dinosaurus punah?" tanya Langit serius

"Kenapa?"

"Karena yang gak pernah punah itu rasa suka gue ke lo."

Avara menyipitkan kedua matanya. Ia merasa geli saat mendengar ucapan teman anehnya. "Cringe tau gak?" Avara membuka tasnya dan mengambil kotak makan titipan Rena. "Lo kayanya butuh makan. Nih makan,"

"Nah gitu kek Va. Gue nungguin tau," balas Langit meraih kotak nasinya.

"Kenapa gak bilang bambang!" Ketus Avara.

***

Pelajaran hari itu berjalan dengan semestinya, Avara selalu lebih unggul dari murid yang lain. Dua mata pelajaran yang sedikit berat tak membuat Avara kehilangan fokusnya. Ini sudah waktunya istirahat. Waktu untuk para murid mengistirahatkan raga dan pikirannya.

"Va, lo udah pacaran ya sama Langit?" Rere menatap Avara menunggu kejujuran sahabatnya

"Mana ada. Gue gak ada perasaan apa-apa sama dia," tegasnya

"Terus kenapa lo perhatian sama dia? Bawain bekel segala."

"Itu titipan dari Bunda. Karena kemaren dia udah nolongin gue waktu gue ke kunci di toilet," Jelasnya. Untunglah Rere percaya buktinya ia tidak memperpanjang pertanyaannya. Dan hanya membalasnya dengan anggukkan mengerti.

"Aaawwww!" Kakak kelas yang kerap mengganggunya akhir-akhir ini belaga tersandung dengan meja yang di singgahi Avara dan Rere, membuat minuman yang di pegangnya tumpah tanpa sisa di seragam Avara. Sepertinya siswi yang bernama Novi ini sudah merencanakannya dan memperhitungkan waktunya.

"Upss, sorry! Gue gak sengaja," ucap Novi menutup mulutnya.

"Lo sengaja? Buat apa tuhan ciptain kaki sama mata buat lo, kalo sama lo sendiri gak pernah di pake!" Avara mulai berdiri tak terima.

"KALO GUE SENGAJA MAU APA? MAU NYIRAM GUE BALIK?" Bentak Novi balik

Avara tertawa singkat. Ia meraih minuman miliknya dan menyiramkannya tanpa perasaan ke arah Novi. "INI MAU LO KAN? UDAH GUE LAKUIN!" balas Avara dan pergi meninggalkan Novi

"AWAS LO YA UDAH BERANI NGELAWAN GUE! GUE BAKAL BALES BAJINGAN!" Teriak Novi menatap punggung Avara yang semakin menjauh.

"KITA SAMA-SAMA MANUSIA. GAK PANTES GUE TAKUT SAMA LO!" Balas Avara sembari melangkah tanpa memalingkan wajahnya ke hadapan Novi.

"Vara, lo kenapa?" hadang Langit yang akan memasuki area kantin.

"Gue gak papa." Tegas Avara menghindari Langit dengan lari kecil nya menuju kamar mandi.

Avara menatap wajah marahnya di cermin toilet. Ia masih merasa tak habis pikir dengan tindakkannya melawan Novi. "Kenapa si Vara lo harus ngelawan dia. Semakin lo lawan dia, semakin dia nekat ngerjain lo bodoh." Ucapnya sembari menghilangkan noda di bajunya.

Meski tak mungkin hilang sempurna, setidaknya sudah sedikit lebih baik. Avara akan langsung ke kelasnya karena area kantin sudah tidak mungkin ia tuju. Kali ini buka Novi yang mengganggunya. Tapi Langit, siswa yang barusannya berpapasan dengannya.

"Heh lo ngintip gue?" Cecar Avara.

"Ya ampun Va, suudzon mulu lo sama gue!" bantah Langit mengerutkan bibirnya

"Ya terus lo ngapain di sini?" serang Avara

"Gue nungguin lo. Takut lo di kunciin lagi. Kan gue udah janji mau jagain lo," jelas Langit

"Gak usah segitunya juga kali. Gue bisa jaga diri, lagian kan sekarang rame masih pada banyak orang" balas Avara

"Bodo! Pokonya gue tetep mau jagain lo," Langit menampilkan sikap tidak pedulinya

"Iya deh iya Langit ganteng." balas Avara dengan senyum simpulnya.

"Hah? Lo ngomong apa?" tanya Langit meyakinkan

"Engga. Gue ngajak ke kelas. yuk!" Avara berjalan lebih dulu.

"Lo kalo suka sama gue ngomong kali Va! Pasti langsung gue pacarin kok,"

"BIG NO" tegas Avara dan semakin mempercepat langkahnya.

"Va, lo gak papa?" Rere menyambut Avara begitu khawatir.

"Gak papa. Cuma basah doang,"

"Sorry ya gue gak bela lo tadi,"

"Va, lo di suruh ke ruang BK!" Ketua kelasnya tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Hah?" Avara terkejut mendengarnya, dahinya ia kerutkan, jantungnya berdegup tak beraturan. tak hanya Avara, Rere dan Langit pun yang mendengarnya terkejut. kesalahan apa yang Avara buat sampai di panggil ke ruang BK.

"Iya. Sekarang katanya," lanjut ketua kelas itu

Avara hanya terdiam mengiyakan perintahnya. dengan sangat terpaksa Avara melangkahkan kakinya menuju ruang bermasalah itu. di susul Langit yang entah apa tujuan ia mengikuti Avara

Avara mulai melangkahkan kakinya. ia terkejut saat masuk sudah di suguhkan guru BK dan juga Novi, pikirannya pun sudah pasti tertuju pada kejadian tadi di kantin.

"To the point aja Avara, saya dapat aduan dari Novi kelas 12 IPA2. kalo kamu tadi di kantin nyiram Novi. benar?" sambut guru itu sinis.

"Bu, saya gak akan nyiram dia kalo dia gak nyiram saya duluan," sanggah Avara

"Saya gak sengaja bu, saya tersandung dan minuman yang saya bawa kena baju dia. tapi dia gak terima bu dan nyiram saya balik." bela Novi

"Dia sengaja bu, tadi dia udah bilang kok kalo dia sengaja," bantah Avara kembali.

"Cukup Avara, sekarang kamu hormat bendera sampai jam pulang sekolah. dan kamu kembali ke kelas ya"

Avara mengerutkan dahinya mendengar keputusan guru BK yang tidak menjunjung keadilan, berbeda dengan Novi ia memperlihatkan senyum liciknya.

"Ini gak adil buat Avara bu," sanggah Langit menghampiri ketiganya.

~To be continued~