Chereads / CINTA DARI LANGIT / Chapter 9 - 09 || Hukuman untuk Langit

Chapter 9 - 09 || Hukuman untuk Langit

Lo kalo pake motor matanya di pake juga." Teriak leader nya yang di ketahui bernama Aldo.

"Maksud lo apa?" Langit mendekat.

"Pura-pura bego lo? saking bego nya lo gak sadar lo nabrak orang?" Kini keduanya berhadapan dengan wajah penuh amarah.

"Hampir bukan nabrak." Bantah Langit tidak terima.

Lawannya tersenyum miring matanya menatap Langit penuh kebencian. "Abisin aja nih." Titah Aldo memberi komando. Semua kawanan yang mengikuti Aldo pun langsung menyerang Langit dan mengeroyoknya.

Semua anak buah Aldo menyerang seperti tak pernah puas. Awal-awal Langit masih bisa bertahan dan melawan. Namun setelah beberapa luka ia terima, pikirannya tak lagi fokus. Tubuhnya tak lagi kuat. Beruntung setelah hampir tak berdaya, ada dua motor yang berhenti dan membantu Langit. Mereka Danu dan Alex, mereka memang mencari Langit. Baku hantam pun terjadi saat itu juga. Karena kalah jumlah, ketiganya tersungkur begitu saja di jalanan.

"Lain kali yang bijak pake jalan. Lo bukan raja jalanan setan!" Tekan Aldo meremas jaket Langit. Lalu menghempasnya begitu saja lalu menjauh dari ketiganya. Mata ketiganya penuh amarah saat menatap mereka pergi di saksikan lebam yang tak sedikit di badan mereka.

Ketiganya mulai berdiri. Meski badan terasa sakit semua, tapi sepertinya mereka masih mampu mengendarai motornya. "Langit. Lo cari gara-gara lagi sama mereka? Kalo mau War kontak kita lah. kontak yang lain juga jangan sendiri. Lo mau mati konyol di keroyok mereka?" Bentak Alex.

"Gue gak sengaja hampir nabrak orang. Merekanya aja cari-cari kesalahan. Bantah Langit.

"Lain kali lo hati-hati di jalan. Mana lo masih pake seragam lagi. Gue yakin ya besok pagi berita ini nyampe ke guru BP," sambung Danu.

"Jangan gitu lah Nu. Gue kan di keroyok bukan tauran," sanggah Langit

"Udah cepetan balik. Ngapain di sini. Tadinya kita nyari lo ngajak nongkrong bareng yang lain udah nunggu. Lagian gue telponin gak di angkat."

"Iya lah kondisi lo kayak gini balik aja," Sambung Danu.

***

Benar saja berita semalam sampai di telinga guru BP. Entah siapa yang mengadunya, yang jelas pagi itu Langit bergegas menemui guru BP di ruangannya di temani beberapa lebam di wajahnya.

"Ibu heran ya sama kamu. kamu lagi, kamu lagi," Guru BP itu menatap Langit tak habis pikir.

"Bu saya gak tauran, Saya di keroyok," sanggah Langit mulai mengangkatkan kepalanya dan membela dirinya.

"Pertanyaan ibu, kenapa malem-malem masih keluyuran pake seragam? Berantem di jalanan pula. Kamu itu sudah mencoreng nama baik sekolah. Mereka bilang anak Natakusuma tauran di jalan jam 8 malam. Ngapain? Gak pulang ke rumah?" Cecar Guru Bp.

Apa yang harus ia jawab? Berusaha membela diri pun tidak akan ada gunanya. "Maaf bu kemarin Langit habis nganter saya beli kado untuk ibu saya makanya pulangnya agak malem," Avara tiba-tiba hadir di antara keduanya. Menyanggah semua kesalah pahaman.

"Iya bu, semalam Langit di keroyok cuma karena ada kesalah pahaman aja. Untung ada saya sama Danu, kalo enggak gak tau deh Langit gimana," sambung Alex di belakang Avara

"Iyaa bu bener tuh. Kita gak mengada-ngada kok," lanjut Danu.

"Kalo ibu mau hukum Langit, hukum Vara juga bu. Vara siap,"

"Danu juga bu," Sambung Danu

"Alex juga dong," Lanjut Alex

Guru BP itu terdiam mendengar kesaksian ketiganya. Ia terlihat berpikir sejenak untuk menentukan apa yang akan ia lakukan. "Oke. kalo kalian mau ikut ibu hukum, sekarang juga kalian bersihin semua toilet. Danu dan Alex di toilet lantai bawah, Avara dan Langit di lantai atas. Sampai jam istirahat harus sudah selesai, setelah masuk jam pelajaran baru kalian hormat bendera sampai jam pulang. Mengerti?" jelas guru BP

"Bu kalo saya aja yang di hukum gimana? Apa aja deh bu pasti saya lakuin. Asal jangan mereka," Sanggah Langit keberatan.

Belum sampai guru menjawabnya, Avara sudah dulu menyetujui hukumannya. "Kita siap kok bu," Ucap Avara dengan tegas.

Langit terus melirik ke arah Avara ia mengisyaratkan agar Avara tidak perlu melakukannya. Ia tidak ingin Avara ikut terlibat dengan hukumannya. Tapi Avara tak memperdulikan nya. Ia hanya ingin meringankan apapun hukuman yang Langit terima. Semata-mata hanya tidak ingin kesehatan Langit menurun.

Akhirnya Langit mengalah. Meski ada rasa tidak enak dengan Avara, Danu dan Alex. Atas instruksi dari guru, mereka pun dengan lapang dada mengikuti hukumannya. Danu dan Alex berjalan menuju toilet di dekat lapangan, Avara dan Langir menuju toilet di lantai atas dekat dengan UKS. "Va, lo gak usah terlalu khawatir lah sama kondisi gue. Gue bisa jaga diri kok,"

"Gue udah pernah kehilangan akibat yang sama. Dan gue----" Langit memotong ucapan Avara. "Dan lo gak mau kehilangan gue. Udah sayang lo sama gue? Yah... gue tarik deh omongan gue soal kemaren kita temenan aja,"

"Ngaco," Balas Avara jalan mendahului Langit.

Di sisi lain Danu dan Alex yang sudah sampai di toilet lantai bawah harus menahan bau yang tidak sedap dari toilet. Sedikit-sedikit keduanya saling ngedumel. "Lo si Nu pake ikut-ikutan mau di hukum segala," Ketus Alex

"Kita tuh sahabat. Harus saling membantu. Lo gak inget apa siapa yang suka minjemin kita duit? Yang traktir kita makan? " Balas Danu

"Ya iya sih. Tapi gak gini juga. Dia enak bareng cewe di toilet bisa khilaf, Lha gue bareng lo najis gue kalo sampe khilaf," Balas Alex bergidik.

"Dihh! Emang gue mau sama lo? Najis!" Bantah Danu

"Gue juga gak mau kali. Mending sama Sagiri. Kalo khilaf kan enak, astagfirullah mantap,"

"Huekk! Kalo dia tau mau di khilafin sama lo, di udah hijrah duluan kali. Mana mau dia sama lo! Udah burik, bego, miskin pula,"

***

Avara dan Langit sudah sampai di toilet lantai atas. Mereka sangat ikhlas menerima hukumannya, mereka sama sekali tidak pernah mengeluh soal ini.

"Va, lo yang luar aja ya. Biar gue yang di dalem," Titah Langit dan di setuju Avara. Mereka pun mulai melakukan tugasnya masing-masing, Avara membersihkan toilet bagian luar dan Langit membersihkan toilet bagian dalam. Hingga keheningan pun tercipta di antaranya.

"Va, lo capek gak? Sorry ya lo harus di hukum kaya gini," Ucap Langit dari dalam

"Gak papa santai aja."

Tak ada balasan lagi dari Langit. Ia hanya ingin cepat selesai dan cepat beristirahat.

"Wahhh Ada tukang bersihin WC nih. Upsiii," Siswi berkuasa itu datang berdiri di hadapan Avara dan menendang ember berisi air di dekat Avara.

~To be continued~