Chereads / CINTA DARI LANGIT / Chapter 2 - 02 || Terus Kenal

Chapter 2 - 02 || Terus Kenal

Langit terkejut saat mendengar itu. Tangannya bergetar, jantungnya berdegup kencang. "Tumor dok?"

"Iya, jika benar ada dan bersarang, harus segera dilakukan pengangkatan tumor, tapi saya akan beri resep terdahulu untuk mengurangi rasa sakit di kepala adek. Dan harus di minum secara teratur ya. Nanti setelah obat habis bisa kembali ke sini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jika bisa harus di dampingi oleh keluarga ya,"

Langit masih tidak percaya dengan keadaannya saat ini. Air matanya akan segera jatuh tapi ia masih bisa menahannya. "Ba-ba-baik dok,"

Kini seorang ketua geng motor yang tampan, gagah, ternyata terdeteksi mengidap tumor di kepalanya. Entah apa yang harus ia lakukan ke depan nya dan seperti apa keadaannya di kemudian hari. Bagaimana kalau orang tuanya mengetahui? Bagaimana respons mereka?

***

Pagi ini semua murid SMA Natakusuma mulai melakukan pembelajaran. Termasuk di kelas barunya Avara, di jam pertamanya adalah olahraga. Semua siswa di kelasnya sudah mengenakan pakaian olahraga dari rumah. Kecuali Avara.

"Va, kok lo gak pake baju olahraga?" Rere menghampiri Avara begitu Menyadari Avara hanya menggunakan seragam putih abu.

"Belum dapet Re," Balas Avara

"Yaudah gue anterin ngambil nya yuk,"

"Yaudah bentar gue simpen tas dulu yaa,"

Kurang lebih 5 menit dari kepergian Rere dan Avara untuk mengambil baju olahraga di ruang tata usaha, Pria yang kemarin tidak masuk sekolah karena pingsan itu hari ini mulai masuk kembali entah bagaimana perasaannya saat ini. Mungkin masih hancur terlihat dari cara Ia berjalan yang sedikit membungkuk dari biasanya.

"Welcome back to my class Langitheja Fernando," Sambut Alex membuka kedua lengannya. Alex senang sekali mencairkan suasana meskipun sering di anggap aneh.

"Apasi," Langit melewati Alex begitu saja tanpa membalas sambutannya. Ia langsung duduk dengan tatapan kosongnya.

Alex mendekat dan sedikit berbisik "Eh, eh, eh ada Hot News nih di kelas kita,"

"Apa? Lo ke ciduk mesum sama Sagiri di belakang sekolah?" Duganya.

"Yeee, bukan! Itu lho di kelas kita ada murid baru cewe. Cantik banget dah," Bantahnya di lanjutkan dengan senyum girangnya.

Langit menghela napas panjang "Nih ya, secantik-cantiknya cewe yang ada di kelas kita, itu pasti lebih cantik cewek yang ada di kelas lain," Sama sekali ia tak tertarik dengan Hot News dari Alex. Baginya itu hanya sebuah omong kosong.

"Tapi ini beda Lang," Sanggah Alex tak terima.

"Ahh udah lah gak penting. Buruan kelapangan, Udah di suruh ke sana." Langit bangkit dan segera menuju ke lapangan.

"Vara.. udah belum? Cepet udah di suruh kelapangan," Rere berteriak sekencang-kencangnya di depan pintu toilet.

"Iya-iyaa, gue simpen baju dulu ke kelas ya," Balasnya yang mulai keluar sembari merapikan pakaian barunya.

"Gak usah deh kejauhan. Simpen di loker gue aja sini," Rere segera merebut seragam dari tangan Avara dan di masukkan ke dalam lokernya yang tak jauh dar lapangan.

***

Semua murid kelas 11 IPA 1 sudah berjajar membentuk barisan dan merentangkan kedua lengannya memberi sedikit jarak satu sama lain seperti yang sering mereka lakukan sebelum memulai olahraga. "Lho Pak kok Pak Reza nya gak ada?" Tanya ketua kelasnya setelah guru piket datang memberi tugas.

"Pak Reza lagi ada halangan dulu, sekarang kalian pemanasan terus yang mau main basket, voli, atau apa saja silakan. Yang penting olahraga. Bapak tinggal dulu, nanti bapak cek lagi," Titah guru piket di sekolahnya.

"Baik pak,"

Atas instruksi guru piket, mereka pun langsung melakukan tugasnya, dengan sangat rapi mereka berjajar di lapangan dan mengikuti gerakan sang ketua kelas.

Alex menepuk keras bahu Langit "Lang, tuh murid baru Lang," Sambil terus berusaha menunjuk punggung Avara karena saat itu Avara berdiri di barisan depan, sehingga tidak nampak jelas di mata Langit.

Langit menghela napas panjang "Gue gak peduli Alex," Kekeh Langit saat melihat bagian punggung Avara.

"Lo pedulinya sama Novi ya?" sambung Danu.

"Najis Gila!"

"Tuh nengok," Alex kembali menepuk pundak Langit kali ini agak sedikit kasar memaksa agar ia melihat tunjukannya. Langit pun menghela napas panjang. Ia mengikuti saja perintah Sahabatnya. Alih-alih berdecak kesal, Langit malah membulatkan matanya setelah melihat objek yang Alex tunjuk. Objek itu tersenyum untuk seseorang di belakangnya . Membuat kecantikannya semakin jelas terpampang.

"Ngedip kali liatin nya," Danu menyiku kasar pria yang memfokuskan pandangannya ke satu objek.

Orang yang di sikunya tak merespons apapun meskipun membuyarkan diamnya. Ia hanya butuh berjalan menghampiri Objek tujuannya. Di susul Danu dan Alex yang masih tidak habis pikir sahabatnya ini terpesona dengan sosok Avara.

"Haii," Napasnya masih memburu setelah berlari. Ia tersenyum lebar. Meskipun di balas dengan kerutan dahi. Sepertinya Avara merasa tidak asing dengan sosok di depannya ini.

"Kamu? Kamu cowok Mabuk yang pingsan itu kan?"

"Sssstttt" Langit menutup mulut Avara dengan telunjuknya lalu bergeser mengelus lembut pipinya. Ia tak ingin jika ucapan Wanita yang belum ia ketahui namanya ini membuat ia terkena masalah lagi.

"Apaan sih? Lepas," Avara menepis kasar lengan Langit.

Langit menyodorkan tangan kanannya. "Aku Langit. Sepertinya kita akan berjodoh,"

"Kenapa?" Tanya Avara heran. Ia sama sekali tak menjabat tangan Langit yang masih menggantung.

"Emangnya kamu gak mau?" Langit menarik kembali tangannya dan beralih merapikan rambutnya.

"Secantik-cantik nya cewe yang ada di kelas kita, pasti lebih cantik cewe yang ada di kelas lain, makan tuh ludah lo sendiri," Nyinyir Alex di balas dengan Danu yang menyiku keras badan Alex.

Avara menghela napas panjang mendengar ucapan dua orang aneh yang bersahabat ini "Gak tertarik," Tegasnya. Penolakannya ini di balas dengan senyuman. Ia merasa semakin tertantang untuk menarik perhatiannya lagi.

'Inikah namanya cinta, oh inikah cinta? Terasa bahagia saat jumpa, dengan dirinya..' Danu menyanyikan sepenggal lagu itu hanya untuk menggoda Langit. Sungguh kedua Pipinya memerah.

"Gue rela deh lo deketin Avara," Alex meruncingkan bibirnya. Ia sudah pesimis saja. Ia menyadari ia pasti kalah dengan Langit.

"Avara," Langit menyeringai

***

"Dia siapa sih Re? Gak jelas." Avara menampikan kekesalannya begitu beristirahat di tribun lapangan.

"Langit? Dia ketua YoungStar. Geng motor yang lumayan terkenal di daerah sini. Kasusnya di sekolah udah lumayan banyak, tapi masih aja banyak yang suka sama dia. Ya emang ganteng sih, tapi sering bermasalah," Avara mengerutkan keningnya begitu mengetahui sikap asli pria yang tadi mengganggunya.

"Contohnya?"

"Ya kaya tauran, bolos, banyak deh. Emang lo ketemu sama dia kemaren?"

"Iya sih. Tapi udah lah gak usah di bahas,"

"Eh Va, alesan lo pindah apa sih sebenernya?"

"Sebenernya karena Aldo sih. Mantan gue di SMA lama gue. Orangnya kurang lebih kaya si Langit lah, ketua Mantle. Geng motor paling terkenal se SMA lama gue. Dia orangnya arogan, Pembuat onar di sekolah, yang paling gue benci dari dia, gue di jadiin taruhan,"

"Hah? Taruhan? Taruhan gimana?"

"Iyaa. Sebelum gue pacaran sama dia, ternyata dia buat perjanjian sama anggota Mantle yang lain. Dia balapan, terus yang menang dapet gue, bisa deketin gue gitu. Mungkin pada saat itu Aldo yang menang. Makanya gue benci banget sama yang namanya geng motor," jelas Avara lagi.

"Oalah pantes sikap lo kaya gitu sama si Langit,"

"Yang bikin gue pindah sekolah sih karena si Aldo itu ngemis-ngemis pengen balikan sama gue, teror gue terus. Jadi ya lebih baik gue pindah sekolah aja,"

"Gila kali tuh orang," Balasnya melongo tak percaya

"Udah gak usah bengong. Basket yuk," Avara bangkit dari duduknya. Ia tidak mau membahas laki-laki aneh itu ataupun mantan sialannya bisa-bisa mood nya semakin turun.

Niat hati ingin memperbaiki mood nya, Pria tadi malah semakin membuat Avara kesal setelah ia tiba-tiba muncul dan merebut bola yang di lempar Rere. Ia mendekap bolanya di pinggang bak pembasket profesional. "Hai Vara,"

Avara menggeleng tak habis pikir dengan tingkah laki-laki ini. "Kenapa?"

"Gue belum punya nomor WhatsApp lo," Langit mendekat dan memandang wajah cantik milik wanita di hadapannya.

"Lo pikir gue mau ngasih gitu aja?" Avara kembali merebut bola yang di dekap Langit.

Langit tersenyum dan berlalu. Sungguh Avara ini sudah membuatnya jatuh cinta.

***

15 menit lagi jam pelajaran olahraga akan berakhir, Avara dan Rere memutuskan untuk segera mengganti pakaiannya karena setelah ini mereka bisa bersantai menunggu pergantian jam pelajaran berikutnya.

Avara dan Rere berjalan ke arah yang berbeda. Rere menuju kelas dan Avara menuju loker tempat ia menyimpan bajunya tadi. Ia terkejut begitu menutup kembali lokernya wajah laki-laki aneh tadi sudah berada di hadapannya.

"Dorrrrr!!" Senyum jahil Langit lontarkan. Jantungnya serasa berhenti sekejap. Ia menghela napas panjang dan menutup matanya. Cowok aneh ini akan berbuat apa lagi.

"Astaga Langit, kenapa sih lo harus ganggu gue terus?"

"Gue belum bilang terima kasih soal kemaren,"

"Sama-sama! Udah?" Tegasnya.

"Belum," Langit amat sangat menyebalkan, membuat Avara geram.

"Apa lagi?"

"Nomor WhatsApp lo?" Langit menyodorkan ponselnya.

Avara menarik napas panjang. "Oke!" Avara menyerah. Bisa-bisa laki-laki ini akan terus mengganggunya.

"Lah kok Avara doang sih namanya," Protes Langit saat menerima ponsel nya kembali

"Berharap banget gue namain cinta?"

"Setuju. Gue ubah ya," Langit mengotak-atik ponselnya mengganti kontak yang bernama Avara menjadi Cinta di lengkapi emotikon love.

"Najis,"

"Gak papa dong. Kalo bisa nanti lo namain Cinta juga,"

"Ga!!" Tegas Avara dan meninggalkan Langit.

Langit tertawa kecil melihat tingkah teman barunya itu. "Yess,"

~To be continued~