Pagi ini Langit dan geng motornya YoungStar tampak di penuhi amarah saat mengejar kawanan geng motor lainnya yaitu Mantle. Mantle adalah musuh bebuyutan YoungStar, entah karena apa yang jelas tidak akan pernah ada kata damai di antara mereka.
"Woii berenti lo!!" Begitulah Langit berteriak jauh di belakang Mantle.
tak sampai menyiap sang musuh, Langit menepi. Entah untuk apa sepertinya ada masalah. Terlihat dari keningnya yang mengerut dan kedua tangannya meremas-remas kepalanya. "Arrgghhhh kepala gue!"
Keberhentian Langit sang leader diketahui Alex anak buah sekaligus sahabatnya di sekolah. "Lang kenapa?" Alex menepi untuk memastikan keadaan sahabatnya. Kekhawatiran nampak di wajah Alex, ada masalah apa dengan Langit? tidak biasanya Langit berhenti begitu saja.
"Gue gak papa. lo lanjut aja kejar mereka," Sesekali ia menahan rasa sakitnya. Iya, Ia tidak mau Alex tahu kenapa ia sebenarnya.
Instruksi itu di setujui Alex dengan menganggukkan kepalanya. Syukurlah Alex sudah berlalu.
Ia beranjak dari motornya dan memilih untuk duduk di pinggir jalan yang cukup sepi. Belum genap ia duduk, Pandangannya sudah mulai samar-samar, kaki pun mulai sulit untuk menopang badannya. Sampai akhirnya Langit terjatuh dan tergeletak begitu saja tanpa peduli trotoar yang kotor.
Lima menit berlalu, Langit masih tergeletak di posisi yang sama. untung lah ada seorang gadis cantik memakai baju seragam yang sama dengan yang Langit pakai. Gadis itu tampak kebingungan. ia menghampiri tubuh Langit dan ia terkejut begitu melihat seseorang di hadapannya tak sadarkan diri.
"Kak bangun kak!!" Gadis itu terus menepuk-nepuk bahu Langit. Ada apa dengan pria ini?
Pergerakan terlihat dari tubuh kaku milik Langit. Ia memegang kepalanya dan mulai membuka matanya perlahan. Wajah gadis yang belum dikenalinya pun tepat di depan tangkapan matanya. Dimana ia sekarang? Kenapa wajah cantik bak bidadari ini ada di hadapannya. "Gue di surga ya?" Terkaannya yang belum sadar sepenuhnya.
"Iewww kakak mabok ya?" Gadis yang di sangkanya bidadari itu menjauhkan wajahnya saat mencium bau alkohol dari mulut Langit. Sungguh laki-laki ini menjijikkan ia pingsan pasti karena habis pesta miras. pikirnya.
Pria setengah sadar itu memainkan kedua matanya melirik ke kiri dan kanan. apakah ia benar-benar di surga? "Gue bukan di surga ya? Tapi kok bisa ada bidadari di sini?" Sungguh Langit tidak peduli dengan tuduhan gadis di hadapannya. Ia sama sekali tidak membantah kalau ia tidak mabuk.
"Kak? Heii! Are you okay?" Gadis berseragam itu semakin kebingungan. Matanya tak lekang memperhatikan laki-laki linglung itu. Kenapa harus bertemu orang seperti ini sih?
Meskipun sempat tersadar, namun tak bisa di pungkiri, sakit di kepalanya semakin menjadi. Membuat Langit kembali pingsan, bedanya kali ini di hadapan seseorang yang di sangka bidadari.
"Kak!! Bangun! Kok pingsan lagi sih? TOLONGGG!! TOLONG!!!" Teriakan gadis panik ini membuat seorang pengemudi mobil berwarna putih menepi dan segara menghampirinya.. "Kenapa dek?"
"Ini pak tadi pas saya temui sudah pingsan. Sepertinya mabuk," Saat itu Avara benar-benar panik. sepertinya Pria ini memiliki masalah serius.
Pria itu semakin mendekat ke arah tubuh tak berdaya laki-laki berseragam SMA itu, dan langsung mengecek nadi di pergelangan tangannya. "Euhh ada-ada aja anak jaman sekarang. Ini teman adek?"
"Saya tidak pernah melihat orang ini pak,"
"Ya sudah kita masukin ke mobil saya aja," Balas penolong itu dan langsung mengangkat tubuh pria berseragam SMA itu.
"Pak tapi saya gak bisa bantu ke rumah sakit. Saya harus sekolah,"
"Ya sudah gak papa kamu sekolah saja, saya pergi dulu ya," Sang penolong itu langsung membawa Langit ke rumah sakit terdekat.
***
SMA NATAKUSUMA
Danu masuk ke dalam kelasnya dengan tegap. Sahabat Langit yang satu ini sedikit jaim, Itu lah sebabnya saat masuk ia hanya fokus pada tujuannya. "Langit mana?" Danu duduk di bangkunya, bangku ke tiga di samping Alex.
"Tadi sih dia berenti di pinggir jalan. Gak tau deh kemana," Dia Alex, terkenal tengil dan kocak. Kelakuannya ada saja yang membuat teman-temannya geleng-geleng kepala.
"Terus lo gak nanya?" Danu menatap sinis.
"Ya gue tanya, tapi dia malah nyuruh gue lanjutin ngejar mereka," Balas Alex ragu. Jawabannya ini membuat Danu menampilkan sikap bodo amat kepada sahabat teranehnya.
Danu mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak bernama Langit. Namun usahanya nihil Langit tak kunjung menjawab panggilannya.
"Gak di angkat Lex," Seru Danu setelah beberapa kali mencoba menghubungi Langit.
"Ya gue gak tau Nu," Alex mengangkatkan kedua bahunya.
Mereka juga anggota YoungStar yang di ketuai Langit. Dari beberapa anggotanya, hanya mereka yang satu sekolah dengan Langit.
"Selamat pagi anak-anak," Seorang wanita muncul dari balik pintu. Ia adalah wali kelas di kelas yang di singgahi Danu dan Alex juga Langit.
"Pagi buu,"
Alex mengangkatkan lengan kanannya. "Bu hari ini gak ada pelajaran ibu kan. Kok ibu masuk sih bu?" Serunya.
Wali kelasnya menghela napas panjang mendengar pertanyaan murid kesayangannya.
"Emang gak ada Alex. Ibu kesini mau ngasih tau, kelas kita akan kedatangan murid baru," Jelas wali kelas
"Wahhh cewek atau cowok bu? Kalo cewek cantik gak bu?" potong Alex lagi
"Alex, tolong ya kalau ada yang bicara di depan di dengarkan dulu. Jangan di potong," Masih pagi pun kesabaran Bu Ririn sang wali kelas sudah teruji oleh murid random seperti Alex
"Maaf bu khilaf hehe," Balasnya dengan senyum tanpa dosanya. Membuat Danu teman di sampingnya menyiku keras badan Alex, tindakan Danu justru di balas Alex dengan meruncingkan bibirnya.
"Sudah-sudah, Silahkan masuk," Ucap Bu Ririn mempersilahkan
Dengan segan murid baru itu memulai melangkahkan kaki memasuki kelas barunya.
"Halo. Perkenalkan nama saya Avara Jasmine, bisa di panggil Avara. saya pindahan dari SMA PERSADANA, salam kenal semuanya, semoga bisa berteman dengan baik," Avara membawakannya begitu anggun dan segan terlihat dari wajah cantiknya yang di hiasi beribu kegugupan. Kalau Langit ada di kelas, mungkin ia akan mengenalinya. Iya Avara adalah gadis yang menemukan Langit di trotoar tadi.
"Haii Avara. Aku Alex," sapa Alex berdiri dengan pandangan yang tak lepas dari wajah cantik milik Avara.
"Halo Alex salam kenal," Avara tersenyum ia belum tau karakter Alex. Kalau ia sudah tau mungkin ia akan berpikir dua kali untuk melemparkan senyum termanisnya.
"Masyaallah Danu damage-nya gak ngotak tolong lah," Alex menepuk-nepuk pundak Danu dengan tatapan masih pada wajah cantik milik Avara.
"Heh! Gak usah norak deh, najis gue dengernya," Sangat kasar Danu menarik Alex untuk menghentikan kekonyolannya. Membuat Alex mengerutkan bibirnya.
"Maaf ya Avara dia emang gitu. Manusia tergila di kelas ini. Banyakin sabar ya," Danu menyeringai
Avara hanya tersenyum melihat kelakuan dua orang aneh yang bersahabat itu.
"Sudah-sudah jangan ribut! Silahkan duduk Avara," Bu Ririn mempersilahkan
"Baik bu,"
Tempat duduk Avara sudah di persiapkan oleh Rere sahabatnya sejak SMP. Avara memilih pindah ke Natakusuma karena ada Rere, jadi ia tidak terlalu kesepian.
"Langit kemana?" tanya Bu Ririn saat mengetahui bangku yang biasa di duduki Langit kosong.
"Enggak tau bu, tadi sih berangkat bareng Saya tapi dia berhenti di pinggir jalan gitu aja. Gak tau kemana deh," Jawab Alex. Kali Alex mulai bisa berbicara serius.
"Euhh itu orang udah bolos lagi aja,"
Wajah Bu Ririn kembali memerah setelah mendengar kabar kurang mengenakan tentang Langit. Langit memang kerap tidak masuk sekolah tanpa alasan.
"Ya sudah Ibu tinggal dulu jangan ada yang keluar, sebentar lagi Pak Budi datang," Lanjut Bu Ririn dan meninggalkan kelasnya.
Setelah beberapa menit di tinggalkan Bu Ririn, seorang guru kembali masuk. Kali ini seorang pria. Ia adalah Pak Budi guru Matematika yang Kiler parah.
"Emm ada tugas ya?" Tanya Pak Budi tiba-tiba.
"Nu!! Lo udah ngerjain belum?" Bisik Alex yang mulai panik. Jelas lah Pak Budi terkenal dengan guru yang tanpa segan-segan ketika menghukum muridnya.
"Udah dong!!" Sombong Danu menghela napas panjang dan bersantai.
"Gue nyontek ya Pliisss," Pintanya dengan wajah yang semakin panik
"Yu di kumpulkan tugasnya!" Pak Budi mulai beranjak dari kursinya mengambil Spidol dari laci mejanya dan mulai menuliskan sesuatu di papan tulis.
"Gue mau ngumpulin dulu ahh," Dengan santainya Danu merebut kembali buku PR nya dari Alex.
"Ehh tunggu, ada anak baru yaa? Siapa namanya?" Konsentrasi Pak Budi beralih dan sedikit melangkah ke depan.
Merasa dirinya di panggil, Avara mulai berdiri dan mengangkatkan lengan kanannya. "Saya pak, nama saya Avara,"
"Oke Avara, Di sekolah kamu sudah masuk ke materi ini?" Tanya Pak Budi menunjuk tulisannya di papan tulis.
"Sudah pak!" Jawabnya segan
"Bisa mengerjakannya di depan?" Pak Budi mengangkatkan alisnya menandakan ia menyuruh Avara untuk segera menghampirinya dan mengerjakannya.
Avara mengangguk bersedia "Baik pak," Lalu melangkah menuju papan tulis. Lagi dan lagi dirinya menjadi pusat perhatian semua makhluk yang ada di kelas barunya.
"Oke, PR nya jangan dulu di kumpulkan, perhatikan dulu ke depan. Avara akan mengerjakan soal dari materi yang akan kita pelajari hari ini. Perhatikan ya!" Titah Pak Budi yang beranjak memantau setiap muridnya.
"Alhamdulillah, cepet Nu sini bukunya," Pinta Alex merebut kembali buku PR Danu. Ketenangan mulai Alex rasakan seolah semesta berpihak padanya.
Semua murid jelas memperhatikan Avara yang sedang mengerjakan soal di depan. Kecuali Alex ia sangat serius dengan mata yang tak lekang melirik ke arah buku yang berbeda, penanya menari ke sana kemari membentuk angka demi angka. Hingga tanpa ia sadari...
"Serius banget ngerjain nya," Bisik seseorang
"Oiya dong!" Balas Alex tanpa niatan untuk melihat siapa yang berbicara dengannya.
Sepertinya Alex sangat ingin cepat selesai agar tidak ketahuan Pak Budi. Namun semesta saat ini sama sekali tidak berpihak kepadanya.
"Coba di depan kerjain nya!" Tegas Pak Budi merangkul Alex dan meremas kasar bahunya. Rupanya Alex baru menyadari dan langsung melirik ke arah seseorang yang mengajaknya bicara.
"Pak Budi? Halo Pak hehe, sehat Pak? malem Bapak nonton MU gak Pak? Menang lho Pak," Ucap Alex menengadahkan kepalanya.
"Cukup! Bapak tadi suruh perhatikan Avara. Bukan ngerjain PR. Mana nyontek pula," Bentak Pak Budi tanpa ampun
"Maaf Pak saya Lupa Hehehe," Balasnya menggaruk kepala yang tidak gatal. Matilah pak Budi sudah pasti menghukumnya.
"Sekarang kamu ke depan jelasin apa yang sudah di kerjakan Avara," Titah Pak Budi menekan keras meja Alex.
"Saya pak?" Bisa-bisanya anak aneh ini bertanya seperti itu
"Bukan! Danu!" Balas Pak Budi geram
"Alhamdulillah! Nu ke depan Nu, lo yang di suruh," Titah Alex mendorong Danu sahabatnya
"Kamu Alex ganteng," Bentak Pak Budi. Sungguh kegeramannya sudah di ambang batas normal.
Rupanya Alex mulai ketakutan melihat guru matematikanya sudah marah besar. dengan sangat terpaksa, Alex mulai melangkahkan kakinya ke depan meski tidak tau apa yang harus ia jelaskan.
"Jelasin!" Titah Pak Budi lagi mendekatinya.
"E-e-e-emm, aduh pak saya kurang paham," Alex mulai memelas.
"Makanya kalo ada yang di depan perhatikan, jangan membuat acara di dalam acara. Paham?" Tutur Pak Budi yang mulai duduk kembali di bangkunya.
"I-i-iya pak paham," Alex menunduk malu
"Yaudah sekarang kamu duduk. Dan Avara coba jelasin ke temen-temen hasil pengerjaannya,"
Dengan sangat lantang Avara mulai menjelaskan pengerjaannya kepada semua teman-temannya.
***
Pria tampan bernama Langit itu mulai bangun dari pingsannya. Ia bingung kenapa ia berada di tempat yang berbeda. Kali ini pencahayaan tidak terlalu mengganggu pandangannya ketika terbangun. "Suster?" Ucapnya pelan saat menyadari ada seorang perawat di sampingnya.
"Oh adek sudah sadar? Mau di bawakan minum?" Perawat itu mendekat
"Boleh sus, emm saya kok bisa ada di sini?" Tanya Langit mulai duduk dari baringnya.
"Tadi kata orang yang membawa adek kesini, adek pingsan di jalan, adek habis minum minuman beralkohol?" Tanya perawat sembari memberikan minum pada Langit.
"Saya memang habis minum tapi sedikit. Dan saya pingsan karena waktu itu kepala saya pusing banget," jelas Langit lagi dan lawan bicaranya hanya tersenyum mengiyakan
"Emm Terus yang nganterin saya kesini siapa?"
"Ohh iya bapak Junaedi. Dan beliau sudah pulang. katanya sedang ada pekerjaan," Jelas Perawatnya lagi. Dan di balas dengan senyuman mengerti oleh Langit.
"Ada orang tua yang bisa di hubungi dek? Dokter akan membicarakan hasil tes kesehatan adek,"
"Mama sama Papa saya lagi di luar negeri sus. Dan saya tinggal sendiri, jadi bisa di bicarakan dengan saya saja sus?"
"Baiklah. Nanti Dokter akan ke sini, saya tinggal dulu sebentar ya, kalo ada apa-apa bisa panggil saya," Perawat itu langsung meninggalkan Langit setelah mendapat persetujuan darinya.
"Terus cewek tadi siapa yaa?" Monolognya mengingat wanita yang menolongnya tadi. Di akhiri senyum kagum dengan kecantikan wanita tadi
***
Siang itu waktunya jam istirahat. Semua siswa bergerombol memasuki kantin untuk melepas penat dari pembelajaran. Termasuk Alex dan Danu.
"Anjir ke gep lagi gue sama Pak Budi!" ucap Alex dengan mulut penuh dengan cilok. Alex sama sekali tidak menunjukkan ke kapokkannya.
"Lo sih gak hati-hati!" Balas Danu yang juga sedang makan cilok tanpa melirik ke arah sahabatnya.
"Ya-ya gue mana tau Pak Budi bakal nyamperin gue,"
"Lo nya aja yang bodoh gak nengok ke Pak Budi," Kekeh Danu mendekatkan mulutnya ke wajah Alex
"Nu, Avara Nu ajakin ke sini Nu!" Ucap Alex saat melihat Avara dan Rere mulai memasuki kantin.
"Woii! Jangan jelalatan. Gue bilangin ke Sagiri lo ya!" Bentak Danu
"Ja-jangan dong! Lo mah aduan gak asik! Gak temen!" Balas Alex meruncingkan bibirnya.
"Ya abisnya kaya baru liat cewe cantik aja," Balik Danu Kesal
Alex meruncing bibirnya ia harus merelakan kesempatannya untuk duduk bersama dengan Avara.
"Ehh coba lo telepon lagi si Langit. Kali aja di angkat," Titah Alex mulai serius.
"Bentar," Tut-tut-tut-tut..
"Halo," Ucap Langit di seberang sana
"Astaga Langit! Lo kemana aja si?" Tanya Alex kesal
"Motor gue mogok," Simpel Langit
"Euhh pantesan! Si Novi nanyain tuh. Kangen katanya!" Samber Danu dengan senyum ledeknya
"Najis!!" Balas Langit jijik
"Gak boleh gitu. Nanti CLBK lhoo," sambung Alex
"Mana ada anjir. Udah ah! Gak guna lo nelpon gue! Bye!!!"
Langit segera mengakhiri panggilannya secara sepihak. Membuat Alex dan Danu tertawa begitu puas.
"Padahal gue mau bilang soal Avara," Ucap Alex masih tertawa ria.
"Tobat lo! Sagiri mau di kemanain?"
"Tetap di hati gue, always in my heart," Jawabnya sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Najis, pacar gepeng aja bangga lo!"
***
"Sus, kapan ya saya bisa pulang?" Tanya Langit saat perawat datang untuk mengecek tetes infusnya.
"Masih ada pemeriksaan yang lainnya dek. untuk kepulangan Bisa langsung di tanyakan pada Dokter, sebentar lagi Dokter akan datang,"
"Baik sus! Hufftt"
Hari pun mulai malam. Cukup lama Langit menunggu hasil pemeriksaannya. Akhirnya di pukul 11 malam Dokter yang memeriksa Langit datang. Dengan APD lengkap Dokter itu langsung Mengatakan keadaan Langit.
"Tidak ada orang tua yang bisa di hubungi dek?" Tanya Dokter itu serius.
"Orang tua saya di luar negeri dok,"
"Baik, Harusnya saya mengatakan ini kepada keluarga yang mendampingi, Tapi tidak apa-apa. Bisa adek jelaskan kepada orang tuanya ya. Begini, setelah di lakukan pemeriksaan menyeluruh kami mendeteksi ada sesuatu di area otak. Kemungkinan itu adalah tumor.
Langit terkejut saat mendengar itu. Tangannya bergetar, jantungnya berdegup kencang. "Tumor dok?"
~To be continued~