hari ini ciri mengajakku pulang bersama. aku tidak ada acara lain atau teman pulang bareng lain jadi aku mengiyakannya.
***
pulang sekolah
aku berjalan berduaan dengannya di pinggir jalan yang masih diselimuti salju. entah kenapa walau sekarang masih belum gelap tetapi suasana sudah terasa sunyi. aku bisa mendengar suara langkah kaki ku dan langkah kaki ciri menginjak salju dengan jelas.
"dua sampai tiga tahun ini rasanya seperti tidak ada berita bagus yang datang ya?" ciri lagi-lagi dengan pertanyaan yang tiba-tiba muncul entah darimana.
tapi dia juga tidak salah sih, memang waktu itu bukanlah waktu yang indah. aku tidak mempunyai kenangan apa-apa saat smp karena 2 dari 3 tahun aku sekolah disana hanya ada kelas online. "benar juga." aku hanya menjawabnya seperti itu karena aku tidak tahu mau menjawab apa.
"apakah menurutmu itu salah kita rakyat jelata, penguasa yang menjalankan negara, atau bahkan tuhan?"
sepertinya tidak ada jawaban yang benar, tetapi aku tidak bisa menyebut yang terakhir yang salah karena alasan yang tidak ingin kusebut. aku tidak tahu siapa yang patut disalahkan, "kalau menurutmu siapa?" jadi aku hanya tanya balik kepadanya.
"malah tanya balik." dia mengatakan itu dengan kecewa.
tetapi jika dipikir-pikir, tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah atau sebaliknya. apakah ini hanya pertanyaan yang tidak ada jawabannya. aku tidak dapat memikirkan yang lain lagi, aku hanya dapat memikirkan itu.
"jika kamu masih tidak bisa menemukan jawabannya, aku bisa membantumu dengan mendaftar apa yang mereka lakukan saat pandemi." lalu ia mengangkat tangannya setinggi bahu dan tangannya mengepal, lalu ia mengangkat jari telunjuknya, seperti menghitung "aku mulai dari rakyat jelata. satu, mereka keluar tanpa mematuhi protokol kesehatan walau sudah diperingatkan." setelah itu dia mengangkat jari tengahnya juga. "dua, mereka tetap keluar hanya karena alasan sepele seperti nongkrong walau tahu bagaimana akibatnya." lalu dia mengangkat jari manisnya juga. "tiga, mereka terang-terangan menentang penggunaan masker dengan basis yang tidak jelas." lalu dia kembali menutup tangannya "aku hanya akan menyebut sebanyak itu, karena jika aku menambahkan yang lain paragraf ini akan jadi terlalu panjang."
apa yang dia maksud dengan paragrafnya akan jadi terlalu panjang? ah biarlah tidak penting juga. bagaimanapun juga semua itu terdengar bahwa mereka yang salah. tanpa menyadarinya, kita sudah berada di persimpangan, dan kita beda arah.
"oh udah di persimpangan, sampai jumpa besok." katanya dengan nada yang datar, sembari melihat hpnya. lalu ia belok ke kiri sedangkan aku lurus.
saat berjalan sendirian ke rumah, aku berpikir, apa yang ada di dalam pikirannya?