Chereads / Sup Hangat / Chapter 2 - terkadang tempat lain lebih hangat daripada tempat sendiri namun masih belum tentu lebih nyaman

Chapter 2 - terkadang tempat lain lebih hangat daripada tempat sendiri namun masih belum tentu lebih nyaman

kenapa pada cuaca seperti ini penghangat ruangannya masih sempat untuk rusak sih? apalagi orang tuaku juga masih liburan ke bali, meninggalkanku sendirian kedinginan disini dengan alasan bahwa aku masih ada sekolah dan bla-bla-bla.

ding-dong

suara bel rumah berbunyi

siapa juga dingin-dingin kesini, apa dia sudah bosan hidup atau tidak waras? aku sangat tidak ingin keluar dari selimutku, tetapi orang itu terus menekan belnya, membuatku sangat risih.

aku berjalan menuju pintu depan dengan menggunakan full armor. yaitu topi rajut (atau toque jika kalian ingin terdengar keren), sweater, sarung tangan, balaclava, celana panjang hangat (aku tidak tahu namanya, dan tidak punya keinginan untuk tahu), kaus kaki dan sepatu walaupun aku didalam ruangan.

aku membuka pintunya, di balik pintu itu adalah suis, tetanggaku. ia satu angkatan denganku, tetapi dia di kelas 1-2.

"ada apa?" tanyaku dengan lesu.

"a-anu, orang tuaku mengajak kamu pergi ke pemandian air panas, kamu mau ikut?"

aku tidak bisa menolak kan? kan? pergi ke onsen pada cuaca seperti ini, dengan kondisi di rumah yang seperti itu, sungguh keberuntungan yang tiada tara.

"tentu saja! tunggu sebentar, aku mau siap-siap dulu." lalu aku lari menuju ke kamarku dan menyiapkan barang-barangku secepat mungkin, lalu kembali lagi ke pintu depan.

kita berangkat!

(di pemandian air panas)

suis memang bilang kalau kita akan ke pemandian air panas, tetapi aku tidak mengira bahwa mereka mengajakku ke penginapan yang ada onsennya.

aku sudah selesai mandi, dan ayah suis mengajakku bermain kartu, karena dia tidak tahu mau melakukan apa hingga makan malam nanti.

"ren, kamu tahu kan permainan kartu yang orang giliran pertama menaruh kartu, terus giliran selanjutnya harus menaruh kartu dengan bentuk yang sama?" tanya ayah suis.

"yang kalau tidak sama harus menambah itu ya? dan yang habis duluan menang." aku pernah memainkannya saat kemah. "saya tahu kok."

"aku sering memainkannya tetapi aku masih tidak tahu apa namanya." katanya dengan tertawa kecil, aku juga tidak tahu apa namanya jadi aku ikut tertawa.

untuk kalian yang tidak pernah memainkannya, di kartu remi kan ada 4 bentuk atau jenis atau logo atau entah apa kalian menyebutnya. ada keriting (♣) wajik (♦) hati (♥) daun (♠). pertama kartu dibagi 4 setiap orang, dan sisanya diletakkan di tempat yang semua pemain bisa menggapainya. setelah itu pemain giliran pertama menaruh kartunya dan pemain giliran selanjutnya menaruh kartu yang berbentuk sama, yang angkanya paling banyak dia mendapatkan giliran pertama di ronde selanjutnya. jika pemain selanjutnya tidak punya maka dia harus mengambil dari sisa kartu itu hingga mendapatkan kartu yang sama. jika kartu yang ditaruh di samping tadi sudah habis dan pemain selanjutnya tidak mempunyai kartu yang sama, dia harus mengambil kartu yang sudah dikeluarkan pemain sebelumnya, dan permainan lanjut dari yang angka kartunya paling banyak. yang kartunya habis duluan dia yang menang. dan jangan lupa as itu 1 dan joker tidak dipakai.

dia memulainya dengan mengeluarkan as daun, dia sepertinya percaya diri dengan kartunya hingga dia berani kalah di ronde pertama. "ngomong-ngomong ren, bagaimana suis saat di sekolah?"

aku menaruh 4 daun, lalu aku melanjutkannya dengan 3 hati, aku pernah mendengar bahwa strategi terbaik adalah mengeluarkan kartu kecil dulu di awal-awal.

"saya juga kurang tahu, karena kelas saya jauh dari kelasnya."

"begitu ya, tapi kamu masih berteman baik dengannya kan?" katanya, ia meletakkan 5 daun.

"iya, kita terkadang pulang bareng saat dia tidak ada kegiatan di klub." dia belum menaruh kartunya, padahal ini gilirannya. "pak, sekarang giliran anda."

dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu. tetapi setelah aku bilang bahwa ini gilirannya, dia langsung mengeluarkan king hati. "ren maaf tiba-tiba, kamu mau pacaran ama suis?"

aku terkejut, entah darimana dia tiba-tiba bilang itu. aku tidak menganggapnya lebih dari tetangga, dan aku ingin tetap seperti itu, tetapi mungkin saja aku tadi salah dengar. "maaf, bisa bapak ulangi?" tanyaku sembari menaruh 4 hati.

lalu dia meletakkan king lagi, kali ini daun. kartunya hanya tersisa satu. "aku khawatir dengannya jika dia pacaran dengan orang yang aku tidak kenal, jadi kamu mau atau tidak pacaran dengan suis?" ulangnya.

aku mengambil kartu di samping, walau aku sudah tahu bahwa aku sudah kalah.

bukannya aku benci suis atau semacamnya, tetapi pacaran tidak bisa tiba-tiba ditentukan oleh orang tua, setidaknya pacaran yang normal dan saling menyukai. selain itu, aku juga punya kenangan yang buruk darinya.

wah akhirnya dapat kartunya, saat itu juga aku sadar tanganku sudah penuh dengan kartu. "maaf pak, tetapi saya tidak bisa berpacaran dengannya."

lalu dia melempar kartu terakhirnya ke lantai dan berdiri lalu nyengir dan berkata "yah siapa juga yang mau menjodohkan suis denganmu." setelah tertawa dia menambahkan, "tadi canda kok."

candanya jelek, seriusan.

setelah itu pelayan di penginapan bilang makan malam sudah siap, aku dan ayah suis berjalan menuju ruang makan. di tengah meja makan ada satu panci besar berisi nabe yang berisi daging sapi, sayuran dan seafood. tak lupa juga ada nasi di sampingnya.

semua mengambil nasi dan lauk masing-masing, aku hanya mengambil secukupnya. aku penasaran kenapa keluarga suis mengajakku, dan tidak kesini hanya bertiga saja. aku bertanya kepada mereka, "maaf kalau ini tidak sopan, tetapi kenapa anda mengajak saya kesini?"

"ah ga apa kok." balas ibu suis dengan tersenyum. "jadi gini, beberapa hari lalu aku dapat kupon menginap disini, lalu aku bilang ke ayah dan suis. lalu ayah bilang kalau dia ingin mengajak kamu agar dia ada teman sesama pria saat menginap." tambah ibu suis.

"oh begitu, terimakasih pak sudah mengajak saya!" terimakasihku dengan tersenyum kepada ayah suis.

kita berempat melanjutkan makan hingga kenyang, ayah suis ketagihan hingga menambah 5 kali. aku kagum dengan perutnya yang mampu menampung makanan sebanyak itu.

setelah itu kami semua mandi, bergantian tentunya, lalu tidur.

***

keesokan harinya.

***

aku kurang tidur. dia mengorok semalaman dan aku tidak bisa tidur hingga jam 4 pagi. sekarang sudah jam 8 dan kita harus checkout jam 10 nanti.

"ren, kenapa kamu terlihat lesu seperti itu?" tanya ayah suis.

"ah enggak kok, saya memang kalau bangun tidur seperti ini." jawabku, tentu saja aku tidak bisa bilang bahwa karena dia mengorok aku tidak bisa tidur.

dia tersenyum dan berkata "aku kira kamu tidak bisa tidur atau kenapa. cuci mukamu lalu kita sarapan, setelah itu kita siap-siap untuk pulang."

aku mengangguk dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukaku. sepertinya dia tahu kalau dia suka mengorok saat tidur, dan karena keluarganya sudah terbiasa mendengarkan dia mengorok jadi dia merasa bahwa itu tidak mengganggu.

setelah mencuci muka ku, aku berjalan ke ruang makan dengan mata yang masih sulit untuk dibuka. walau aku masih mengantuk, aku dapat melihat bahwa sarapannya adalah sukiyaki.

mataku langsung terbuka saat memakannya, masakannya enak sekali hingga aku dan ayah suis minta tambah ke pelayannya, tetapi dia bilang bahwa tidak ada tambah. kita berdua yang merasa tidak puas lalu berjalan kembali ke kamar dengan murung, lalu mengemas barang-barang bawaan kami.

setelah itu kita pulang, untungnya cuaca sudah tidak terlalu dingin seperti kemarin. aku tertidur di mobil karena terlalu ngantuk dan suis membangunkanku saat sudah sampai dirumah.

lalu aku mengucapkan terimakasih lagi kepada mereka dan keluar dari mobil, ayah suis berkata "apakah kamu sudah mempertimbangkan tawaranku kemarin ren?" aku menjawab dengan keras "aku menolak!" mendengarkan itu, ayah suis tertawa terbahak-bahak sedangkan ibu suis dan suis hanya diam karena bingung.

setelah itu mereka kembali ke rumah mereka dan aku masuk rumah dan langsung menuju kamar untuk tidur.