[Kediaman Bangsawan Arkakusumo, kota wisata Nagari]
"Bagaimana Yudhistira, sudah lama kau tidak pulang, apa kau kangen suasana ini?" ucap Erisa berdiri di sampingku, aku melihat suasana yang sudah banyak berubah.
"Kau kenapa? Apa kau tidak mau pulang?" tanya Erisa sekali lagi yang melihat aku diam saja dan melihat mataku seperti orang yang enggan untuk masuk kedalam keluarga yang penuh dengan api didalamnya.
"Ayo Uni, temani aku kedalam." ucapku sembari menggandeng tangan Erisa dan temannya yang mengikuti kunjungan juga ikut kedalam.
Semua orang terkaget melihat aku masuk kedalam dan tak ada satupun yang bersikap normal saat aku datang.
"Tuan muda Yudhistira!" teriak salah satu pelayan yang dulu selalu ada disampingku.
"Tuan selamat!" ucap dirinya yang merupakan pengasuh yang selalu menemaniku saat aku kecil.
Dia menangis seadanya saat memeluk diriku, aku hanya bisa menenangkannya dengan menepuk punggungnya.
"Sudah ya Bi Ira, aku gak apa-apa kok." ucap diriku dan membuat dia mengelap air matanya seketika.
"Aku ingin ketemu Abah, Bi." lanjutku dan dia mengangguk dan memberi salam kepada Erisa dan temannya.
"Ah benar, Bi Ira. Tolong ambilkan translator headset, kita kedatangan tamu dari luar juga." ucap diriku kepada Bi Ira dan dirinya mengangguk karena perintahku.
"Wah wah, lihat siapa yang kembali dari kematian, sudah kau bergurunya mendapatkan kekuatan untuk mengalahkan kami." ucap seseorang laki-laki seumuran denganku yang datang bersama dengan seorang gadis yang merupakan sepupu yang seumur denganku.
"Jangan begitu, Batara. Yudhistira kita itu berani pulang karena sadar kalau dia itu lemah." ucap gadis itu menyeringai kepadaku.
"Jaga mulutmu ya, bajingan!" ujar Erisa membuat gadis itu tertunduk karena kekuatan harta yang dia miliki.
"Sudah Uni, jangan terpancing amarah mereka." aku menenangkan Kak Erisa yang mengeluarkan kekuatan hartanya dan dia menarik setelah permintaanku.
"Kak Batara, dan Kak Batari, kalau memang ingin bertarung denganku, akan aku ladeni kalian setelah aku bertemu Abah." ucap diriku sembari menyentuh kedua pundak mereka dan sentuhan listrik ditanganku membuat mereka menggeliat karena setrum kejut yang aku berikan.
"Ayo Uni, and Miss Annie, let's meet my father." ucap diriku kepada kedua tamuku.
"Yang sopan sedikit ucapannya ke tamu ya, bajingan!" bisikku kepada kedua kembaran itu dan berjalan memasuki area kerja keluarga bangsawan Arkakusumo.
"Hallo, Penjaga Abraham. Aku ingin bertemu dengan Abah." pintaku dan dia memeluk diriku saat melihat aku berbicara.
"Harusnya kau sapa aku dulu, tuan muda." ucap dirinya memeluk diriku dengan erat.
"Maafkan aku paman, terima kasih telah menyambutku." ucap diriku dan dia memelukku tambah erat.
"Maaf paman tidak bisa melindungi Ibumu, tuan muda." ucap dirinya dan aku hanya terdiam saja.
Peristiwa empat tahun lalu, Ibuku, mendiang Ariani Winata Arkakusumo di tembak oleh oknum Knight saat bertugas untuk menertibkan pusat area mall yang sedang di incar oleh Villain bernama [Black Mamba] yang juga menyebabkan kematian yang begitu banyak.
"Tak apa Paman, boleh aku masuk sekarang?" ucapku setelah pelukan dari ajudan paling setia di sini untuk melayani ayahku.
"Masuklah, ayahmu sudah menunggumu." ucap Paman Abraham dan aku tersenyum.
"Tapi kayaknya gadis yang sedang bersamamu cantik juga, apa mereka berdua pacarmu?" bisik paman kepadaku.
"Paman bisa saja, tidaklah paman. Mereka yang sudah menolongku." ucap diriku membalas bisikan dan akhirnya aku meminta mereka berdua masuk juga.
"Ayo kita temui ayahku, Uni, Miss Annie." ucap diriku tepat di depan gerbang yang merupakan pintu masuk kedalam ruangan ayahku yang harus dibuka oleh kekuatan yang besar.
"Baik Yudhistira, ayo temui ayahmu." ucap Kak Erisa dan Kak Annie juga tersenyum saat aku melihat dirinya.
"Kalau begitu, kalian mundur dulu, yah." ucap diriku kepada keduanya dan mereka mengangguk, mengiyakan permintaanku.
"Mau aku bukakan, tuan muda?" tanya Paman Abraham dan aku menggelengkan kepalaku.
"Ini ujian terakhirku, paman. Aku akan memperlihatkan ke ayah bahwa aku sudah kuat." ucap diriku dan seluruh tubuhku dipenuhi oleh listrik yang merupakan kekuatan dari Ex Deus.
"Tuan Muda?" tangis Paman Abraham melihat seluruh bagian gerbang terbuka penuh oleh diriku dan seluruh rambutku berdiri setelah melakukannya dengan energi listrik yang masih menyelimuti diriku.
"Aku datang, Abah!" ucap diriku menatap kekuatan Absolute dari keluarga Arkakusumo, Knight terbaik di negeri ini.
[Rajo Gadang nan Cadiak, No. 1 Knight, Sultan Iskandar Arkakusumo.]
"Yudhistira, masuklah!" senyum Abahku yang berdiri setelah melihat gerbang besarnya dibuka oleh orang selain dirinya dan Abraham.
"Ex Deus, resonansi kedua!" ucap diriku mengalirkan petir ditubuhku menjadi tiga pedang yang melayang diudara.
"New Ex Deus!" batinku dan mengarahkan salah satu pedangku kearah ayahku.
Dengan mudah, pedang petir itu dia genggam dengan tangan kosongnya dan membalikkannya kepada diriku dengan kecepatan yang sangat tak normal.
"Selamat datang kembali, anak sulungku!" teriak dirinya menyeringai dengan raga harimau besar menjadi kekuatannya selama ini.
[Harimau Putiah, Panjago Nagari]
Abahku adalah kontraktor juga, sama seperti kekuatanku ini, aku merasakannya saat aku pertama kali melihatnya bertarung.
Akhirnya aku paham, dari siapa asal aku tidak mendapatkan harta seperti yang lain, dari kekuatan yang sedang menatapku dengan aura Harimau putih itu, aku paham sekali bahwa dia juga orang yang tidak memiliki harta di masa lalu.
Aku tersenyum melihat ayahku yang sudah full power menatapku yang juga sudah full power dengan kekuatan Ex Deus ini.
"Ayo kak Erisa, Kak Annie, masuklah." pinta diriku menghilangkan seluruh kekuatan petirku dan menyapa Abahku dengan benar, sekarang.
Reuni aku dengan Abahku baru saja dimulai, setelah sekian lama aku menghilang dari keluarga ini.