Sang nomer satu di keluarga, Kak Sri Andayani Arkakusumo, dengan harta [The Illustrator, Arcane] yang merupakan sebuah kuas besar yang dapat mewujudkan kekuatan menciptakan ilusi objek yang dapat bergerak.
Dia adalah pelatih pribadiku yang sekarang sedang mengajari diriku latihan bela diri, Abah bilang kalau kekuatan yang aku miliki sangat bergantung dengan cara badan yang kokoh dan kuat, di test kelima aku menyerah.
Uni Erisa dan Kak Annie pulang minggu lalu, mereka akan kembali ke United Palace untuk melanjutkan studi mereka.
*Uni = sebutan kakak perempuan dalam bahasa Padang
Erisa menjelaskan kepada Abah kalau diriku mengalami Snow white curse yang membuat aku tertidur setahun setelah dia menemukan aku.
Aku tidak yakin kalau Kak Erisa menemukanku begitu saja, namun aku yakin kalau dia adalah orang yang mengalahkan Don Alatas dan membuat pria itu bungkam.
"Kak Sri, boleh aku bertanya sesuatu?" ucap diriku setelah latihan kuda-kuda yang dia berikan.
"Boleh, apa itu adik kecilku?" ujar dirinya dan aku melepas seluruh petir dalam tubuhku.
"Adik tiriku terus melihat aku disana, apakah boleh dia ikut latihan bersama kita?" ucap diriku menunjuk gadis berumur 12 tahun yang dari tadi mengeluarkan energi besar dan mencuri perhatianku selama latihan.
"Keluar kamu sini, Sinar." lanjutku dan ternyata tidak hanya dia, si kakak tua yang seumur denganku, Nakula keluar dari tempat persembunyiannya.
"Salam kenal, aku Nakula Narayana Wisesa." ucap tekad kuat Nakula didepanku dan kak Sri.
"Anoo, maaf kami menganggu kak Sri, namaku Sinar Narayana Wisesa." ucap malu Sinar yang mengumpat dibelakang kakaknya.
"Kalian menarik juga, hubungan kakak adik harus aku seperti ini." ucap Kak Sri sembari mengusap kepala Nakula dan Sinar.
Kak Sri sangat berbeda dengan lainnya, tegas dengan para orang dewasa dan lembut dengan anak muda yang sedang tumbuh pesat.
"Baik, aku akan mengabulkan permintaanmu, Yudhistira." lanjutnya dan mereka berdua tertawa lebar setelah mendengar ucapan Kak Sri.
"Tapi aku bingung, kalian itu sudah menjadi keluarga Arkakusumo, bukankah nama Wisesa sudah dapat dihapus?" ucapku bertanya kepada adik dan kakak itu.
"Nama kami belum selesai diubah oleh Abah, katanya belum direstui oleh keluarga lainnya." ucap Nakula dan kami mengerti betapa ketatnya keluarga Arkakusumo ini.
Bisikan tak mengenakan datang dari arah Batara, Batari dan kakaknya si nomer Tiga, Mandala.
"Abaikan mereka Sinar, Nakula. Mereka akan selalu begitu kecuali kau mengalahkan mereka." ucapku dan Nakula terlihat yang terpancing duluan karena ucapan itu.
"Hentikan Kak Nakula. Kak Yudhistira dan Kak Sri sudah mau mengajak kita latihan bersama, jangan buat kekacauan, kak." ucap Sinar dan Nakula menghentikan langkahnya.
Namun, diantara ketiganya, Batara terlihat maju kehadapan Nakula.
"Berani sekali kau memeloti keluargaku, anak pungut sialan!" hina Batara sembari mencekal leher Nakula.
"Hentikan bajingan brengsek!" teriakku mengeluarkan aura Ex Deus saat dia melakukannya kepada adik baruku.
"Hentikan itu, Batara. Kau itu tak ada kapok-kapoknya, ya." ucap Kak Sri melepaskan tangan Batara dari Nakula.
"Kak Sri, dan Yudhistira. Aku terima kasih kepada kalian, tapi aku gak berniat mundur setelah mendengar ucapannya." ucap Nakula menyeringai dan aura yang begitu besar dan mata Nakula berubah.
"Ayo Duel denganku, anak manja!" teriak Nakula dan kumpulan aura itu membentuk harta utama miliknya.
"Itu yang aku tunggu, ayo kita ke arena bajingan!" ucap pede Batara dan akhirnya Kak Sri hanya bisa menepuk jidatnya karena hal ini terjadi.
[Ruang Arena utama keluarga Arkakusumo]
"Ingat, pertarungan hanya ada dua cara, kalahkan lawan sampai pingsan, atau buat dia menyerah. Lebih dari itu, aku akan menghentikan pertarungan kalian." ucap Kak Sri yang mengawasi pertarungan adik-adiknya itu.
"Mandala, tolong aku mengawasi dari arah sana, kau bisakan mengentikan serang mematikan?" ucap Kak Sri dan Abang dari Batara itu mengangguk.
"Tentu saja Kak Sri, mereka paling hanya anak-anak rangking A, tidak mungkin lebih dari itu, kan." ujar Mandala menyeringai karena dia adalah pemilik harta Rangking S, dia adalah Knight bintang 4, dibawah Rama dan Kak Sri satu bintang.
"Siapkan rasa malumu, aku akan menginjak-injak dirimu, sialan." ucap Batara dengan tombak yang ia genggam, Heavy Spark.
Sedangkan Nakula, dia menggenggam sebuah tameng besar yang merupakan kekuatan sejatinya
"Harta Rangking D? yang benar saja?" ucap Mandala memandang tameng yang digenggam oleh Nakula.
[Turtle Shield, Baron]
"Hei, harta Rangking D ingin mengajak Heavy Spark Rangking A-ku bertarung? Kau gila?" ucap Batara dan melakukan beberapa tebasan dengan Heavy Sparknya.
"Tidak juga, Batara. Aku kira kau salah mengira tentang hal ini." teriak diriku yang membuat Mandala, Batara dan Kak Sri menatapku
"Itu adalah Living Treasure, Rangking D hanya awal dia digenggam." ucapku menjelaskannya dan terlihat rangkingnya bertambah.
"Baik, tanpa waktu yang panjang. Pertarungan antara Batara dan Nakula, Dimulai!" ucap Kak Sri setelah beberapa saat semuanya melihat kenaikan rangking benda itu.
(Pada akhirnya itu hanya rangking B.) batin Batara dan dia menembakan peluru air dari tombaknya.
Tentu saja dengan mudah kekuatan perisainya memblok tembakan itu, tapi itu hanyalah teknik Batara memperluas jangkauan genangan air di sekitar Nakula.
(Teknik itu lagi.) gumamku melihat sifat Batara yang selalu sama.
Teknik berpindah tempat miliknya sangat menyebalkan, namun itulah kekurangan dari Batara, dia mempunyai kantung energi lebih sedikit untuk melakukan teknik dari heavy Spark.
Pertarungan tameng dan tombak adalah sesuatu yang selalu menjadi pertanyaan besar, siapakah yang akan menang saat tombak yang menusuk tameng dan tameng menahan tombak.
Namun serangan milik Batara sekarang tidak seperti kemarin saat aku mengajaknya bertarung, aku yakin Mandala mengajarinya melakukan gaya bertarung yang sekarang dia gunakan.
"Lemah!"
"Lemah!"
"Lemah!"
Kata-kata itu selalu diucapkan oleh Batara yang menyerang Nakula yang melakukan pertahanan terus menerus, Nakula tak bergeming sedikitpun dan meresponnya dengan menahan setiap kibasan tombak dengan air yang mendorong keras pria itu.
Pasti Mandala berpikir bahwa adiknya melakukan hal hebat, dari matanya saja sudah terlihat bahwa dia bangga Adiknya sudah berkembang sejak kekalahannya saat itu.
"Resonansi tahap satu." gumam Nakula yang tersenyum kecil yang membuat aku tersadar kenapa dia Berani sekali dengan menantang bocah sombong itu.
Gelombang aura muncul dari tubuhnya yang membuat semua terkejut, tameng itu sedang melakukan hal yang seharusnya dia lakukan.
"Resonansi tahap satu." ucapku yang membuat Kak Sri dan Mandala terbalak melihatnya.
[Rangking A, Calamitry Shield, Black Baron]
Benda itu merubah sosoknya menjadi tameng kutukan dengan kekuatan kegelapan begitu besar didalamnya.
"Hanya berubah bentuk seperti itu, mana mungkin bisa merubah kekuatanmu, bocah sialan!" teriak Batara yang panik melihat bentuk tameng ungy yang mengkilap.
"Ayo kemari serang aku, bajingan." ucap Nakula dengan mata yang mengikuti warna dari tameng itu.
"Resonansi tahap satu, Great Spark!"
Tombak milik Batara berubah sepenuhnya menjadi tongkat sihir, Batara juga sudah mencapai kekuatan Resonansi, kekuatan yang tidak dia keluarkan saat bersamaku.
"Flood Attack!" teriak dirinya dan sebuah lingkaran besar muncul diatas arena layaknya bak yang sedang di penuhi air yang begitu banyak dan kencang.
"Kau ingin membunuhnya, Batara?" teriak Kak Sri yang turun karena dengan menganggam Arcane ditangannya.
"Black hole!" ucap Nakula yang mengarahkan tamengnya ke atas kepalanya dan membidik satu titik dimana dia mengeluarkan sebuah lingkaran hitam berukuran bola yang menghisap air yang baru saja menjatuhi mereka.
Bola hitam itu menghisap seluruh air yang dikeluarkan Batara dan tak ada satupun air yang jatuh kearena karena bola hitam itu.
Mandala terlihat mengeluarkan Harta kesayangannya, Xeon yang memiliki wujud dua buah kapak yang bisa bersatu menjadi sebuah busur.
"Ayo bertarung denganku, bangsat!" ujar dirinya yang berdiri didepan Batara yang kelelahan karena kekuatan besar yang baru saja dia keluarkan terhisap habis oleh Nakula.
"Aku yang akan meladeni dirimu, Mandala." ucap diriku masuk kearena dengan enam pedang yang mengelilingi diriku dan sebuah katana aku genggam.
"Aku, sebagai Kakak tertua dari Nakula dan Sinar, akan meladeni nafsu bertarungmu." lanjut diriku menatap kuat mata Mandala dan Kak Sri yang melihatnya segera memberikan dentuman keras menggunakan Arcane miliknya.
"Tidak boleh, Yudhistira. Kau juga Mandala, kau sudah bukan anak kecil lagi." ucap Kak Sri yang menjadi penengah kami berdua.
"Pertarungan kali ini aku nyatakan seri, karena keduanya sama-sama terkulai lemas, dan arena akan aku tutup untuk hari ini." tegas Kak Sri dan Mandala menggerutu karena keinginannya tak terkabul.
"Ayo Batara, Batari. Kita pergi dari sini." perintah Mandala kepada adiknya dan membawa Batara dengan menggendong dirinya.
Kak Sri, aku dan Sinar mendatangi Nakula yang sepertinya tidak bisa berjalan karena kekuatan besar tadi.
Hari ini, latihan kami akhirnya dihentikan oleh Kak Sri dan kami membawa Nakula kekamarnya dan dia tertidur setelah dokter memeriksanya.
Kekuatan besar yang menyelimuti Nakula benar-benar membuat Kak Sri mengadukannya kepada Abah, aku menjadi saksi akta ketika Kak Sri mengajakku bertemu dengan Abah, begitu juga dengan Sinar.
Setelah penjelasan itu, akhirnya solusi ditemukan.
Aku dan Nakula akan di rujuk ke sekolah Akademi Pahlawan dan Kesatria untuk menerima pelatihan, tentu saja Abah mau kami berdua menjadi Kesatria atau Knight.
Karena pada dasarnya, keluarga Arkakusumo adalah keluarga Knight ternama di negeri ini.
Akhirnya setelah persiapan selama 3 bulan dan aku menyelesaikan penyetaraan sekolah menengah pertama.
Kami berdua masuk kedalam Akademi Pahlawan dan Kesatria di tahun ajaran baru bersama dengan murid baru lainnya.
[Arc 1 - Pahlawan dan Harta, selesai]
[Arc 2 - Akademi Pahlawan dan Kesatria, dimulai]