Akademi Pahlawan dan Kesatria, Sekolah yang menyaring anak-anak dengan kekuatan harta yang hebat untuk memilih jalur yaitu seorang Pahlawan yang menumpas kejahatan atau Kesatria yang melindungi Negera.
Sejak jaman dulu, Hero muncul dari kalangan elit yang mempunyai harta yang sangat kuat, sedangkan Knight adalah kelas bagi mereka yang mempunyai harta yang lemah.
Diskriminasi? Tidak, ini bukanlah diskriminasi.
Knight memang dikhususkan untuk untuk para pemilik harta yang lemah karena knight mengkhususkan diri mereka melakukan pelatihan fisik dan mental untuk mengimbangi Hero yang mempunyai keberuntungan saat lahir.
Keluarga Arkakusumo adalah pencetak Knight paling berbakat, bisa dibilang bahwa keturunan ini di berkati harta namun menolak secara mentah posisi pahlawan yang merepotkan.
Ini adalah perintah dari Eyang Kakung yang merupakan mantan pahlawan nasional rangking 2 yaitu pahlawan Arkakusumo itu sendiri, The great knight, Arkakusumo.
Arkakusumo adalah nama miliknya, dengan kekuatan yang setara dengan pahlawan William, dia adalah guru langsung dari The Great Hero, William.
Aku sekarang memandang tiga lukisan yang merupakan alumni paling berjasa di industri ini.
Pahlawan William, Eyang Kakung keluargaku, dan sang pahlawan nomer tiga sekarang, Arjuna Kilauan Wisesa.
Nakul melihatnya dengan rasa benci yang begitu tinggi, sejak awal dia adalah anak buangan dari keluarga Wisesa yang sekarang menjadi saudara tiriku.
"Sepertinya kita akan berpisah kelas dari sini, Nakula." ucapku yang memakai seragam kelas Pahlawan dan Nakula yang menggunakan seragam kelas Kesatria.
"Baik, kak Yudhistira." ujarnya tersenyum dan berjalan ke area akademi knight berada.
Aku juga berjalan ke area akademi Pahlawan yang digadang-gadang sebagai akademi terbaik di negeri ini.
Kelas C, aku masuk kedalam kelas itu.
Artinya, aku adalah anak-anak dengan rangking rendah,pahlawan cadangan bagi mereka.
15 orang, tak kurang dan tak lebih, mereka adalah teman sekelasku mulai hari ini.
Aura yang mereka miliki sangat besar, bahkan aku pikir ini seperti pembuangan energi yang mereka lakukan.
"Perhatikan langkahmu, bung." ucap siswa dengan harta yang dia sombongkan yaitu tongkat sihir bernama [Golden Star].
Kelas B dan Kelas A begitu rapi dan sangat tenang di aula sekarang, kelas C yang aku tempati sangat begitu berisik sebelum acara dimulai.
"DIAM MANUSIA BODOH!" teriak seorang pahlawan dengan lencana yang berbeda dengan semua, ketua OSIS akademi Pahlawan menggertak kelas yang ribut saat upacara dimulai.
Hebat, kekuatan yang menggebu-gebu seperti itu sangat hebat, aku tau rasanya memiliki aura sebesar itu, orang itu setara dengan pahlawan nasional.
Upacara yang membosankan akhirnya diselesaikan
Upacara orientasi pahlawan baru akan dimulai saat ini juga, dan kini para pahlawan yang merupakan anggota OSIS sekolah ini.
"Yap, ini adalah acara orientasi yang melelahkan bagi kami, jadi kami akan mulai saja orientasinya, silahkan kalian masuk ke kelas kalian untuk melakukan pengarahan lebih lanjut.
"BERGERAK SEKARANG!" ucapnya yang membuat semua anak kelas satu bubar atas perintah pria yang semena-mena melakukan ini semua.
Namun ada seorang siswa yang merasa apa yang dilakukan pria itu sangat menganggu, dia berulangkali menatap pria itu dengan dendam namun dia hanya bisa menahannya.
"Tenang saja teman, dia hanya begitu karena dia dulu dibegitukan juga." ujar seorang teman sekelasku yang merangkul diriku dengan pedenya.
Setruman dari kekuatan hartaku reflek membuat dirinya terkejut dan aku hanya tertawa kecil.
"Maaf teman, kekuatanku menyetrum dirimu, ya?" ucapku sembari menjabat tangannya.
"Aku Yudhistira, dari keluarga Arkakusumo." ucap kepada pria dengan postur tubuh lebih besar dariku dan dia menjabat tanganku juga.
"Mett, dari kalangan anak beasiswa." ucap dirinya dan membalas jabatan tanganku.
"Wah, kau pintar?"
"Tidak juga, aku cuman beruntung punya kekuatan harta yang hebat.' ucap dirinya dan aku tertawa bersamanya.
Dia menjadi teman pertamaku masuk kedalam sekolah ini, akhirnya kami memutuskan untuk duduk berdekatan karena orang lain seperti orang yang tak ingin diajak bersosialisasi dengan kami.
Begitu banyak tempat yang kami kunjungi, ada ruang kelas, stadium, lab dan berbagai macam fasilitas yang memadai.
Kini adalah area terakhir dimana semua murid baru bertemu dan mengharuskan melakukan pertarungan uji coba yang diwakili oleh 3 orang setiap kelas, bahkan anak kesatria juga hadir dengan kelas yang lebih banyak.
"Dari kelas kalian, yang akan menjadi perwakilan adalah Nurman, Bella dan Yudhistira." ucap Senior kami mengucap tiga peringkat tertinggi dikelas C.
"Kalian akan mengikuti festival pertarungan untuk merayakan hari orientasi akademi ini, silahkan ikut saya untuk bersiap." lanjut senior dan kami bertiga mengikutinya.
"Lawan kelas C adalah Knight kelas B." ucapku kepada kedua teman lainnya dan mereka mengangguk.
"Senang sekali ya, mereka mengadu-adukan calon Hero dengan Knight seperti ini." ucap Bella yang merupakan peringkat satu kelas C.
"Sudahlah Bell, kita harus menang dipertarungan ini." ucap Nurman yang merupakan peringkat tiga dan aku yang menempati peringkat dua.
Inilah pertarungan pertama, kebanggan kedua jurusan, Knight kelas A melawan Hero kelas A.
"Lihat pria itu, dia adalah orang paling terkenal masuk ke akademi ini, Sadewa yang merupakan pahlawan muda yang diakui oleh beberapa pahlawan nasional." seru Bella saat layar menampilkan pria yang mewarisi kekuatan harta bernama [Wind Celestial dragon, Lycius] yang merupakan cincin emerald yang membuat pengguna memanipulasi angin sesuka hatinya, harta rank S.
"Ahh ahhh, pria besar itu. Dia adalah rookie yang menjadi Duo dari Sadewa, sang Petapa yang hebat, Gatotkaca. Itulah harta yang dia gunakan." ucap Nurman saat tv itu menampilkan sosok Bima yang memiliki tinggi yang sangat berbeda dengan Sadewa.
"Gatotkaca?" ujarku dan menyeringai karena orang yang mewarisi kontrak Gatotkaca ada didepan mataku.
"Besar sekali!" tambah Bella karena postur tubuhnya yang begitu besar untuk anak kelas satu.
"Hei kau mau kemana, Yudhistira?" tanya Nurman saat aku memaksa membuka pintu ruang tunggu dan berjalan kaarena.
"Eh, anak kelas A cuman mengirimkan mereka berdua?" Penonton tercengang karena sikap yang diambil oleh kelas A, ini semua adalah permintaan tuan muda Sadewa yang meminta pertarungan hanya untuk dua orang saja.
Kelas A dari jurusan knight mengirimkan tiga orang terbaik mereka dan berdiri dihadapan Bima dan Sadewa.
[Game Set! Start!]
Para knight segera berpencar dengan harta yang mereka miliki, senjata yang mereka gunakan masing-masing menciptakan serangan yang mengepung keberadaan kedua orang itu.
"Sombong sekali kau!" teriak salah satu knight yang merupakan peringkat pertama dikelas itu, dia menciptakan begitu banyak wave dari teknik Slash miliknya dan wave itu satu persatu runtuh oleh kekuatan yang tak mereka mengerti.
"Mari kita lakukan kombo kita, Bima." ucap Sadewa yang mulai menciptakan ruang yang mengunci seluruh pergerakan Para knight.
"Teknik Area of effect, Aura Shock!" gumam kecil Bima yang melangkah mendekat kepada knight dan geteran muncul disekitar diri Bima dan mulai membuat para Knight itu gelisah saat Bima masuk kejalur tengah dalam area itu.
"Wind Strom!" ucap Sadewa yang menjadikan Bima sebagai pusat angin yang mulai berputar layaknya topan yang mulai menarik seluruh keberadaan disana.
Sorak penonton membuat suasana riuh itu menjadi memanas, Ketiga Knight itu sudah berusah agar tidak terseret kekuatan itu, namun semuanya hancur setelah Sadewa menambah intensitas angin yang berputar dan getaran Bima semakin kuat saat dia menyentuh satu persatu knight yang tersisa.
"Hebat!!"
"Ini level monster, mereka berdua benar-benar monster."
"Tapi ini sangat seru!!"
Seluruh murid baik Knight dan Hero benar-benar semangat mendukung kemenangan Sadewa dan Bima sebagai Kombo, namun pertarungan belum usai karena satu peserta lagi masih bertahan dengan tekadnya yang kuat.
"Resonansi tahap 2, New Ex Deus!" teriak seseorang yang lari dengan enam pedang yang melayang diudara dan mencari titik lemah penahan yang ada didalam sana.
"Oiii kau yang bukan peserta, mau apa kau?" MC mulai menegur diriku yang berkeliling mencari tempat dimana arena dipasang.
"Kak Yudhistira, disini!" teriak seseorang yang melompat dari bangku penonton dan mengaktifkan hartanya.
"Resonansi tahap 2-mu aktifkan, Nakula!" teriakku meminta adik tiriku mengaktifkan harta miliknya.
"Resonansi tahap 2, White Baron!" ucapnya mengatifkan Resonansi dan memunculkan sebuah tombak dan juga Shield dengan rangking A tentunya.
"Super Stab!" lanjutnya menusuk cangkang angin untuk membuka arena yang dibuat oleh Sadewa.
Aku segera berdiri di depan Nakula saat kedua orang tersebut berbalik kearahku.
"Siapa kalian?" ucap Sadewa yang melayang diudara dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan tentunya.
"Kami, Duo Arkakusumo bersaudara, menantang kalian duel di arena ini!" teriakku kepada dua orang itu.
"Izinkan kami berdua bertarung dengan mereka!" teriakku dan panitia bingung karena permintaan kami.
Begitu banyak panitia lalu lalang dan menelpon guru akademi untuk menyakan apakah ini di bolehkan, dan beberapa orang lagi sebagai mengevaluasi ketiga knight yang hebat tersebut.
"Izinkan mereka!" ucap ketua OSIS akademi Knight yang merupakan si nomer 6 di keluarga kami.
[Reyhan Belial Arkakusumo, Rank 6 di keluarga]
"Saya juga mengijinkan mereka bertarung!" ucap ketua OSIS dari Akademi Hero yang menyeringai melihat sosok yang ada di belakangku.
[Banna Aditya Wisesa, Ketua OSIS dari keluarga Wisesa]
"Arggghhhh, kalian cuman membuang waktu kami saja, kalau begitu, jika kalian kalah, apa yang ingin kalian berikan pada kami?"
Sadewa mendekat kepadaku dan menarik kerah bajuku.
"Jika kalian menang, kami berdua akan menjadi ajudan kalian paling setia!" ucapku dan Sadewa tertawa lepas dan melepas cengkaramannya.
"Terus kalau kalian kalah, lepaskan anak berbadan besar itu dari budakmu, sialan!" teriakku menunjuk sosok Bima yang sangat kebingungan karena ucapanku.
"Aku bukan budaknya, sialan!" teriak Bima yang mendekat dan membuat getaran hebat yang kami rasakan.
(Hebat, inikah kekuatan Gatotkaca?) batinku sembari mengalirkan aura milik Deus dan menghilangkan efek getaran tersebut.
"Mari kita bertarung, sialan!" ucapku tegas dengan mataku yang bersinar karena kekuatan Deus yang sudah mengalir disekitar tubuhku.
(Pertarungan kali ini, harus aku menangkan.)